Aneh, Taehyung tidak mengerti kenapa Jeongguk terus mengikutinya selama pembelajaran berlangsung. Tapi juga ada untungnya.
Jeongguk itu siswa akreditasi yang pastinya punya otak berkapasitas tinggi. Jadi Taehyung memanfaatkan pemuda Jeon untuk membantunya menyelasaikan pengamatan yang lagi-lagi mengenai tumbuhan.
Jika saja Jeongguk tidak menempelinya maka Taehyung yakini lembar pekerjaannya akan kosong tanpa coretan sedikitpun.
"Aku tau kau bodoh, tapi jangan sampai otak bodohmu dikendalikan oleh para setan." Jeongguk berujar tanpa menengok Taehyung yang tengah melamun.
Taehyung sendiri tersadar. Mendengus kemudian mendengar ucapan sinis dari Jeongguk yang menyinggungnya.
"Tidak masalah bodoh selama punya orang untuk disuruh-suruh." Taehyung menyeringai. Sedangkan Jeongguk tidak menanggapi.
Saat tengah berdiri di sebuah pohon tinggi yang Taehyung tidak ketahui namanya, guru olahraga tampannya- menurut Taehyung- datang dengan senyuman.
Taehyung balas tersenyum saat gurunya itu menghampiri. "Kau kesulitan?" Tanya guru Minho padanya.
Taehyung menggeleng semangat. Merasa sangat senang saat matanya dapat pemandangan indah seperti wajah tampan guru Minho.
Seharian ini, Taehyung harus melihat wajah menyebalkan Jeongguk yang hanya memasang satu macam raut wajah. Datar.
"Baguslah." Minho menepuk puncak kepala Taehyung. Membuat Taehyung tersenyum malu-malu.
Jeongguk sendiri terkejut mendapati pemandangan langka di depannya. Tangannya mencengkram lembar kerjanya yang sedikit lecak karena ulahnya sendiri.
Taehyung selalu berwajah sinis saat di dekatnya. Namun dengan gampangnya si pembuat onar itu tersenyum malu-malu dihadapan si guru sialan?
"Dapatkan kesulitanmu." Jeongguk melempar lembar kerja Taehyung yang tadinya tengah ditulisinya. Kemudian melenggang pergi meninggalkan Taehyung yang menatapnya kesal.
"Dasar Aneh!" Taehyung berteriak mengumpati Jeongguk. Sedang Minho hanya terkekeh kecil.
Di malam hari, Taehyung mengendap-endap pergi keluar villa. Tangannya membawa tasnya dengan kaki menjinjit.
Beberapa kali menengok ke kanan dan ke kiri untuk memastikan keadaan. Sekarang pukul tiga dini hari dan pastinya seluruh anggota sekolah tengah tertidur.
Jeon Jeongguk tidak menjadi pengecualian. Pemuda Jeon juga tengah tertidur saat ini.
Mengenai pertanyaan Jeongguk saat sarapan kala itu, Taehyung tidak menjawab. Menurutnya Jeongguk tidak perlu tau urusannya.
Namun yang sebenarnya adalah Taehyung ingin segera pulang karena ada tawaran balapan dengan hadiah yang besar. Sebuah mobil sport mahal. Taehyung benar-benar terbuai walaupun sebenarnya ia juga punya uang yang cukup untuk membeli tanpa perlu repot-repot balapan.
Tapi rasanya akan berbeda saat berhasil menang dengan beli sendiri. Soal kendaraan, Park Bogum rela datang ke Jeju atas permohonan Taehyung.
Walaupun hadiahnya akan dibawa pulang oleh Taehyung saja, tapi nama besar kelompoknya juga akan diangkat naik.
Tawaran balapan ini diajukan oleh kelompok malam paling disegani. Itu karena kelompok motor yang akan melawan Taehyung juga seringkali menjadi antek-antek polisi untuk menyelidiki seseorang yang punya kasus kriminal.
Awalnya Bogum juga sedikit terkejut, biasanya kelompok itu hanya akan mengajukan tawaran jika ingin melakukan 'sesuatu' baik di arena balap atau pada kelompok yang diajaknya bertanding.
Kembali pada Taehyung yang kini telah melihat mobil hitam Bogum terparkir sedikit jauh dari villa. Tersenyum senang dengan langkah yang dibuat semakin lebar.
Sayangnya, Taehyung harus berhenti di tempat saat tangannya dicekal. Membuat pemuda Kim menengok kebelakang dan menemukan Jeon Jeongguk yang menatapnya tajam.
"Apa yang kau lakukan?" Pertanyaan Jeongguk dilayangkan dengan suara rendah yang sedikit membuat Taehyung gentar.
"Bukan urusanmu!" Taehyung membentak dengan tangan yang berusaha melepaskan cengkraman Jeongguk.
"Oh, apa yang kiranya bisa dilakukan seseorang di pukul segini? bukankah hanya pelacur saja yang keluar dari kandanganya di malam hari?" Jeongguk menyeringai.
Sedangkan Taehyung tersentak. Ucapan Jeongguk sedikit menohok hatinya. Pelacur? Taehyung terkekeh dalam hati. Jelas saja jika Jeongguk punya pemikiran begini. Bukankah itu karena dirinya sendiri yang memberi tubuhnya pada sosok didepannya?
"Itu bukan urusanmu. lepaskan tanganku!" Taehyung kembali memberontak. Sayangnya Jeongguk tidak membiarkannya lepas begitu saja. Pemuda Jeon malah memyeretnya masuk kembali.
Taehyung ingin berteriak memanggil Bogum disana. Namun jika ia melakukannya maka akan memancing keributan dan semua itu hanya akan berakhir buruk.
Apalagi jika Jimin sampai tau kelakuannya. Taehyung yakin Jimin akan marah dan mendiaminya selama beberapa hari.
Taehyung diseret kembali ke dalam kamar inap mereka. Melemparnya masuk begitu saja saat telah berada di dalam.
"Apa maumu?!" Taehyung berteriak marah. Tasnya telah dilempar oleh Jeon Jeongguk ke sembarang arah.
"Kau bukan siapa-siapa yang bisa melarangku melakukan kesenanganku Jeon!" Taehyung menyalak. Menunjuk Jeongguk dengan jari telunjuknya yang menghadang tepat diwajah pemuda Jeon.
Jeongguk sendiri hanya diam tanpa kata. Menatap nyalang kearah Taehyung yang kini menarik kerah bajunya.
Taehyung terlampau kesal hingga akhirnya melayangkan bogem mentah ke rahang Jeongguk hingga pemuda Jeon tersungkur.
"Dengar Jeon. Apapun yang kulakukan, semuanya tidak ada hubungannya denganmu! Semua yang kulakukan adalah urusanku dan kau tidak berhak mencampurinya!"
Nafas Taehyung tersengal-sengal akibat terlalu marah. Matanya telah memerah dan berkaca-kaca.
Jeongguk kemudian bangkit. Mendekati Taehyung yang kini menundukkan kepalanya. Tanpa diduga pemuda Jeon malah mendekap Taehyung. Membuat Taehyung tenggelam dalam pelukannya yang hangat.
"Apa yang kau cari? uang? Aku akan memberimu berapapun." Jeongguk berujar dengan suara yang melembut.
Sayangnya Taehyung tidak menangkapnya dengan baik, Taehyung menangkapnya sebagai sebuah hinaan.
"Tidak. Aku ingin kesenangan dan kau tidak akan mengerti!" Dengan kasar, Taehyung mendorong tubuh tegap Jeongguk.
Hendak melangkah keluar kembali jika saja Jeongguk tidak mencengkram tangannya lagi.
"Kau tidak bisa diperingati dengan baik-baik Taehyung." Jeongguk menggeram rendah. Menarik pemuda yang lebih pendek darinya hingga membuat Taehyung menubruk badannya.
Taehyung terkekeh sinis. "Aku terbiasa dikasari. Walau kau bersikap selembut apapun, aku tidak akan terbuai!" Kemudian kembali memberontak.
Jeongguk membalas seringai Taehyung. Sebelum membisikkan kata yang berhasil membuat kedutan menyakitkan di hati pemuda Kim.
"Kalau begitu, aku akan mengajarimu dengan kasar, jalang."
Malam itu berakhir dengan Jeongguk yang menyetubuhi Taehyung kembali. Tidak ada kata halus. Jeon Jeongguk benar-benar memperlakukannya seperti seorang jalang murahan.
Taehyung sendiri hanya bisa pasrah. Tubuhnya tidak bisa melawan. Hatinya juga entah kenapa berdenyut nyeri.
Ini adalah kali kedua Jeongguk menggahinya. Meski sama-sama dengan kasar, tapi hari ini ada perbedaan yang Taehyung rasakan.
Hari ini, Taehyung merasa benar-benar berada di titik bawahnya saat tubuh dan hatinya sama-sama berdenyut nyeri tak tertahankan.
Entah kenapa, Taehyung begitu membenci kata-kata Jeongguk hari ini.
©queen_na1