|| 𝗧𝗢𝗚 || The Lost Disgrace

By ElisaVertgi_

10.6K 2K 657

Anak laki-laki yang terlahir dari dua darah terkuat, memiliki garis keturunan langsung dari Khun Edahn dengan... More

⁂Distrik Merah
⁂Namanya, Eliano
⁂Aneh?
⁂Linglung
⁂Ran, si jenius kecil
⁂Siapa?
⁂ Awal spekulasi
⁂Terimakasih
⁂Sengit
⁂Reuni
⁂Distorsi Ruang?!
⁂Rahasia yang tak lagi terjaga

⁂Tempat para regular

460 119 40
By ElisaVertgi_

••••

Dua tahun berlalu semenjak kejadian pengasingan Aguero. Terdengar berita burung dimana Aguero menaiki menara tak lama setelah kejadian itu.

Di tengah jalan di sebuah koridor sepi, pria berambut biru gelap menyender menatap halaman sambil menunggu seseorang.

"Kak?"

Wajah itu menoleh, ia pun berdiri berhadapan dengan anak laki laki yang telah berumur 11 tahun itu. Mereka saling melempar pandangan untuk beberapa saat.

"..Kenapa memanggilku?"

Eliano memecah lamunannya, pria itu tertawa canggung sambil mengusap tengkuk miliknya.

"Jadi begini..bagaimana jika kau urungkan saja niat untuk menaiki menara?"

Kedua manik ungu menatap lurus. Telah lama ia tak menunjukkan banyak ekspresi di sana.

"..Memangnya kenapa?"

Baru saja kemarin ia mendapat kabar bahwa Headon mendatangi Khun Edahn untuk membawa nya menaiki menara. Tapi sekarang pria berambut biru gelap terlihat berusaha menghentikannya.

"Disana berbahaya-

"Kak Asensio, aku sudah mendengarnya ratusan kali..dan aku tetap takkan mengurungkan niat pergi kesana. Kau juga tak seperti biasanya, sebenarnya apa hal yang berusaha kau katakan padaku namun takbisa mengatakannya secara langsung?"

Asensio melirik kebawah, menghela nafas memerhatikan pergelangan tangannya sejenak. Keringat bergulir dari dahinya. Mulut yang setengah terbuka itu kini ditutup.

"Aku punya janji dengan 2 orang,"

"Ayah dan ibuku?"

"Bukan. Janji dengan ayah berbeda. Hanya Adeline, dan satu lagi-"

Sebelah matanya terpejam menahan sakit, ia melirik pergelangan tangannya yang bercahaya hingga mengeluarkan asap.

"Kak! Tanganmu-"

"..Ia yang agung namun tak mendapat hidup abadi...kehadirannya pun mampu merubah takdir,"

Mantra menjalar dari tangan hingga ke wajahnya, pria berambut biru gelap itu terduduk di tanah sambil mencengkeram pergelangan tangan yang jadi dasar penyebabnya.

"Sudahlah kak! Hentikan!!"

Eliano mengejar pria itu dan memegang pundaknya yang lebar. Asensio terlihat terengah-engah hingga mantra nya kembali menyusut seperti semula, meninggalkan jejak seperti luka bakar.

"..Maaf aku tak bisa mengatakan sisanya, aku harap kau mengerti bahwa yang kau cari taklah semanis yang kau kira. Menara itu berbahaya. Jika saja..jika saja aku bisa menghilangkan tanda ini, maka aku sudah mengatakan semuanya kepadamu."

Eliano menatap dengan cemas, melirik wajah Asensio yang terlihat lelah. Pemilik manik ungu itu mengepal tangannya, kemudian mengalihkan pandangan.

"Maafkan aku, tapi aku akan tetap menaiki menara. Kakak jangan memaksakan diri," Eliano tersenyum tipis kemudian berdiri, "Aku harap hanya Elena, tak lagi, aku tak mau ada lagi selainnya."

-------


Eliano berjalan menelusuri koridor setelah menaiki beberapa anak tangga.

Di hari ulangtahun nya ke- 11,

Eliano mendapatkan kabar dari ayahnya bahwa Headon mendatanginya malam itu.

"Tak usah menaiki menara. Mereka semua akan mencoba membunuhmu." Ujar Edahn yang sedang duduk di balkon kamarnya. Eliano yang berdiri di depan pintu kamar ayah nya itu lalu mengerjapkan mata. Ia melangkah beberapakali ke dalam.

"Ayah, tolong izinkan aku menaiki menara. Mengenai mereka yang mencoba membunuhku, aku akan berusaha mengatasinya..Ayah tau bukan? Tujuanku hanyalah mencari ibu..jika sudah bertemu, aku akan berhenti menaiki menara seperti katamu."

Edahn mengernyit, lalu menggeleng kukuh.

"Tidak tidak. Aku tak bisa, aku menyayangimu dengan sepenuh hatiku, jika kau terluka nantinya aku tak bisa menahan kekuatan ku untuk membuat menara itu terguncang. Fug atau Tentara Zahard, semuanya berbahaya bagimu."

Eliano lantas tersenyum tipis. Ia menaikkan tangannya hingga di depan dadanya. Lambang keluarga terlihat jelas di baju kebangsawanan-nya.

"Ayah memiliki janji yang ayah jaga selama 11 tahun. Aku senang mendengarnya. Ayah lihat, dengan kekuatanku..aku membuktikan bahwa aku pantas untuk menjadi penerus keluarga, ayah mungkin masih tak percaya akan kemampuanku, tes atau apapun itu..asal aku diizinkan menaiki menara, aku akan melakukannya."

Edahn melirik anak laki-laki di depannya, lalu kembali mengalihkan pandangannya. Eliano pun tersenyum pahit, mengira bahwa sia sia saja bujukan pada ayah nya itu.

"Janji."

"Janji?"

"Aku hanya ingin sebuah janji, perjanjian yang harus dipegang antara kita,"

"..Apa itu?"

Eliano menatap kebawah beberapa saat, lalu membuka sedikit mulutnya.

"Janji-

"Janji Masa lalu?"

Eliano dan Edahn lantas mendelik, suara yang tak dikenal tiba-tiba terdengar di dekat mereka. Namun lain di Edahn yang mengenalinya dengan baik, pria itu segera menoleh ke samping. Disana ia terlihat tersenyum, menampakkan gigi-gigi tajamnya.

"Hahaha? Aku rasa 'Lama tak bertemu' Tak cocok dikatakan kepadamu, hai Khun Edahn?"

Walau lawan bicaranya tertawa, Edahn justru menatap tajam padanya.

"Ya, kita baru bertemu kemarin. Headon,"

"Aku kira kau lupa, dan tak berniat menyampaikan pesanku kepada putra mu."

Eliano sontak melebarkan mata begitu Headon menoleh kearahnya.

"Hai Khun Eliano Zahard. Adeline tidak cocok berada di namamu. Aku memikirkannya semalaman tentang namamu yang harus kupanggil agar terdengar keren."

Eliano terkejut. Keringat mengalir di pelipisnya. Belum pernah melihat makhluk seperti Headon sebelumnya.

"Tenang saja. Aku hanya lah penjaga menara yang bertugas memilih regular yang akan menaikinya, dan aku disini karena itu. Tahun ini ada banyak peserta-peserta hebat, aku harap Evankhell tidak menyiksa mereka semua."

Eliano terdiam lalu menunjuk diri nya dengan ragu.

"Benar! Kau terpilih sebagai salah satu regular! Aku datang untuk menjemputmu!"

"Tapi ayah-

"Kenapa dengannya? Aku yakin dia masih ingat disaat dulu menara dengan paksa untuk membawanya menjadi regular. Dia tak bisa apa-apa."

Edahn mendecih, angin di sekitarnya tiba-tiba menjadi kuat, matanya memancarkan petir. Di arahkannya tangan ke depan melancarkan serangan, Headon lantas terkekeh. Tongkatnya di hadang untuk menahan serangan. Bunyi ledakan tak dapat ditahan, Edahn diam saja seakan tau bahwa serangannya tak mempan.

"Apapun yang terjadi, Eliano-

"Tetap akan menaiki menara!"

*Whushh*

Cahaya merah datang, dengan tongkatnya, Headon lalu membuka jalur di langit, membentuk seperti pusaran yang akan menelan apa saja di dekatnya.

Edahn membelalak menatap jalur yang akan membawa Eliano pergi. Angin kencang membuat rambut panjang itu berkibar.

Sesekali Eliano mengerjap lambat, melindungi matanya dari kencangnya udara. Rambut gelombangnya berkibar, menampakkan dahinya. Dengan senyum lebar ia lalu menoleh ke ayahnya.

"Terimakasih, Ayah!"

Mata Edahn kian membesar, menatap bayangan Eliano yang makin memudar. Tangannya diulurkan, mencoba menggapai. Namun cahaya itu lebih cepat. Hilang lah putranya bersama sang penjaga menara, Headon.

"TUNGGU-!!!"

*Whushhh*

Dengan menutupnya jalur yang dibuat cahaya itu, langit kembali terang, angin kuat pun berhenti dengan sendirinya. Edahn menyandar di pagar balkon dengan kepala menunduk, ia lalu memijat pangkal hidungnya.

"Sialan."

Langkah kaki cepat terdengar, Asensio datang dengan sebuah lembaran.

"Ayah, cahaya tadi- Ah.. "
Tanpa dijelaskan, Asensio tau dari raut wajah ayahnya dan hilangnya keberadaan shinsu Eliano yang dirasakan tadi olehnya.

"Ada apa?"

"Tidak..Aku hanya ingin mengatakan, bahwa kabar seorang irregular beredar di kalangan tentara Zahard."

Edahn berhenti, lalu melirik pria berbamut biru gelap.

"Irregular?"

"Benar, ada 2 orang. Laki-laki dan perempuan. Mereka bilang, laki-laki itu menghilang saat tes di lantai 2 dan akhirnya dinyatakan mati. Sedangkan yang perempuan kini berada dilantai 12."

"Hah! Aku yakin laki-laki itu masih selamat dan sedang berada di suatu tempat kini. Kau tau, Irregular tak mati semudah itu." Edahn menyeringai mendengarnya. Tak lama kemudian kembali berwajah masam mengingat susahnya tes di lantai 2 yang dikenal dengan nerakanya Evankhell itu.

Namun apapun yang dia perbuat untuk mencegah anaknya menaiki menara sungguh sia sia. Headon, penjaga menara dan itu lah tugasnya. Ia tak bisa membatalkan sebuah pengiriman kecuali regular itu sendiri yang menolak undangannya.

Sedangkan Eliano, ia benar-benar ingin menaiki menara.

Edahn kembali melirik Asensio yang terlihat menatapi langit dengan cemas.

"Aku ingin kau mengirimkan sesuatu, kepada Eliano."

------


Eliano mengerutkan dahinya lalu perlahan membuka matanya. Barusan ia terjatuh setelah terbawa cahaya itu. Ia lalu duduk dari posisinya yang terlentang. Rumput-rumput tinggi bewarna emas kecoklatan menutupi pandangannya.

Tanpa mengetahui apa-apa, Eliano berniat duduk sebentar. Untuk sementara, ia berpikir betapa hebatnya ia setelah pergi dari lingkungan Istananya.

"HIATTTTTT!!!"

Suara keras terdengar, seorang perempuan terlihat melompat tinggi dengan tangan mengepal. Raut wajahnya terlihat senang, kemudian sadarlah Eliano bahwa ia lah yang diincar.

*Duashhh*

Eliano bangkit, segera melompat dari tempat itu. Tercengang dengan kekuatan perempuan tadi yang dengan mudahnya menghancurkan tanah hingga bebatuan melayang ke udara.

Saat ia terfokus, kini di belakangnya seorang laki-laki mencoba memukulnya dengan sebuah kayu. Karena sedikit terlambat, Eliano reflek berputar dan menerima pukulannya dengan lengan. Kekuatan yang dia terima cukup besar hingga membuatnya terlontar dan beberapa kali berputar di tanah permukaan.

Eliano mengernyit merasakan memar di lengannya. Ia lalu bangkit sambil menahan sakit, sementara laki-laki dan perempuan tadi mulai mendekat.

"Ah, ku kira tadi point ku. Seharusnya aku tidak teriak saat mencoba menyerang." Ujar perempuan itu. "Kau yang bodoh menyerang secara terang-terangan." Jawab laki-laki di sebelahnya.

Berhenti, mereka kaget begitu Eliano berdiri di hadapannya. Laki-laki tadi sedikit memiringkan kepala lalu menyeringai.

"Hei, Dia masih Bernyawa. Orang biasa pasti sudah pecah kepalanya."
Ucapnya.

"Ah, aku lihat tadi dia sempat mengelak dengan tangannya. Jatuh dari ketinggian itu pun, boneka ku masih utuh." Tambah perempuan di sebelahnya.

Dilihat berapa kali pun, mereka berdua terlihat mirip. Dengan rambut hitam lurus, mata merah dan tahi lalat di bawah mata kiri mereka. Dibilang saudara pun terlalu mirip. Paling tepat jika menyebut mereka kembar.

"Aku tak tau kenapa kalian menyerangku, tapi..bisa kita berhenti dan berbicara dulu?" Ujar Eliano yang sontak membuat mereka berdua tertawa kencang.

"HEI! Dunia ini tidak selunak yang kau kira. Kenapa kau tidak kembali, dan menyerah menaiki menara? Tatapan mu itu membuat rasa ingin bertarungku hilang." Ujar Laki-laki itu, mengibaskan tangannya beberapa kali.

Eliano paham apa yang dimaksud lawan bicaranya, namun ia memilih diam. Eliano hendak berbalik, namun sebelum itu gadis di sana melirik nya dari atas hingga kebawah.

"Ah? Keluarga Khun, ternyata."

Perempuan itu melebarkan matanya, kedua alis terangkat ke atas. Menangkap sebuah rajutan berlambang Khun di baju Eliano yang kini ia kenakan.

Laki-laki itu ikut melirik. Kemudian tersenyum lebar.

"Kau tau kan? Bahwa Ha dan Khun tidak berhubungan baik. Kira-kira apa ya yang terjadi jika aku mengalahkanmu disini? Keluarga Khun pasti tak terima." Ucap nya, sambil memainkan kayu di tangannya.

"Ah.." Eliano berhenti, kemudian melirik dari ujung mata, "Keluarga Khun takkan mengatakan apa-apa jika kau hanya mengalahkanku. Setidaknya kau harus mengalahkan setengah dari jumlah kami?" Kesal mendengarnya, laki-laki itu tersenyum seraya melototinya, tak sengaja meremat kayu yang ia genggam hingga patah.

"Haha! Lihat bocah ini. Minggir kau Nero, biar aku yang membereskan anak ini."
Geramnya.

Laki-laki itu menyingsingkan lengan baju nya lalu bersiap dengan tangannya yang mengepal.

*Wushh*

Mereka berdua dengan cepat saling mendekat, Eliano dengan petirnya kemudian menangkis segala serangan yang dilontarkan.

Saat hendak membuat serangan lebih kuat, aura merah keluar dari tubuhnya. Laki-laki itu menatap tajam dengan mata merahnya yang menyala.

Merasakan kekuatan besar, Eliano segera melapiskan tubuhnya dengan petir. Jarinya ditekuk membuat sekumpulan energi berbentuk tombak.

*Bzzztttt* Ctarrr*

Mereka berhenti begitu mendengar suara ledakan. Sekejap tadinya langit berubah menjadi gelap diiringi dengan suara petir yang menggelegar.

Asap mengepul ke udara karena bekas ledakan itu.

"Ronde Berikutnya, diharapkan para pemain memilih tim beranggotakan 3 orang, dalam 3 detik. Karena jumlahnya ganjil, kalian akan dikelompokkan berdasarkan jarak terdekat."

Mendengar pemberitahuan itu, Eliano melirik mereka di dekatnya. Begitu pun dengan mereka. Mau tak mau, mereka kini harus setim.

"Selamat! Mereka yang memiliki tim berhak ke stage selanjutnya!"

Terkejut waktunya sudah habis, laki-laki itu mendelik kemudian berteriak pada lighthouse yang mengapung, "APA? AKU BAHKAN BELUM SELESAI BERPIKIR! AKU TAK MAU SE TIM DENGAN SI BIRU INI!" Geramnya.

"Cahaya akan membawa kalian ke gedung."

"Oi! KAU TAK MENDENGAR KAN KU?!" Teriak nya lagi. Kali ini kekehan lambat terdengar di balik lighthouse yang mengawasi mereka.

*Wushhh*

Sekejap mereka sampai di sebuah ruangan besar. Melirik sekitar, fokus Eliano terpecah begitu laki-laki tadi menyerang.

*Duash*

"HAHAHA! BAGAIMANA? APA WAJAHMU YANG RUPAWAN ITU TERLUKA?" Laki-laki itu tertawa dengan kencang hingga semua orang fokus padanya.

"Eh?"

Tangannya ditahan, Eliano menyingkirkannya dari wajahnya yang baik baik saja. "Tidak bisa kah kau bekerjasama sebentar saja? Kau bertingkah kekanakan."

Anak berambut hitam mengatupkan gigi kesal, dan kembali menarik tangannya. Langkah kaki terdengar dari ruangan yang menggema. Seorang laki-laki kini memasuki ruangan.

"Halo para regular!" 

 
"Ah, dia itu ranker! mungkin dia pengawas ujian kita!"

"Benarkah? Berarti dia sudah menaiki seluruh lantai?"

"Iya! Itu ranker!"

  
"Aku mendapat laporan bahwa peserta tahun ini luar biasa! Langsung saja, untuk mempercepat mereka yang pantas..Kami mengadakan sebuah ujian bonus! Crown Game! Ujian dimana jika kalian menang, akan langsung naik ke lantai selanjutnya, dan jika kalah..Takkan mendapatkan rugi apapun!"

"Ujian itu...Pernah diselenggarakan ketika 2 Irregular, 2 Anak dari keluarga besar, dan 2 Putri Zahard ada di waktu yang sama!"

"Ah! Benarkah? Yang Ada Putri Endorsi Zahard? Aku dengar Irregular itu Kalah dan mati saat ujian ini."

"Kau benar! Putri Zahard memang tak bisa ditandingi!"

  
Eliano melirik dari ujung mata, Putri zahard tak asing lagi di telinga. Namun Irregular? 'Apa itu orang yang datang dari luar seperti yang dikatakan oleh si surai kuning dulu?' Pikir Eliano saat mengingat kembali ucapannya. Eliano menoleh pada si kembar di sampingnya.

Tak lagi dengan teriakan, kini ia bicara dengan tenang, "Kita akan mengikuti ujian itu. Ah, kita belum berkenalan." Laki-laki tinggi itu mengulurkan tangan, Eliano sempat terdiam lama melihat uluran tangan itu.

'Baiklah, ayo coba sekali lagi.' Ia sempat ragu mengingat selama ini nasib hubungan yang ia jalani, setelah berpikir lama, ia pun menerima uluran tangan itu.

"Zero Ha, 13 tahun. Dia Nero Ha, adik kembarku. Kami dari direct line keluarga Ha." 

"Khun Eliano, 11 tahun." 

Zero dan Nero sontak terkejut.

"11 Tahun? bukan kah itu terlalu muda untuk menaiki menara? Bahkan Yeon Ehwa menaiki menara di usia 14 tahun!" Tanya Nero, sedikit kaget. Sedangkan Zero membuang muka sambil menyembunyikan tampang kagetnya, 'Jadi aku dikatai kekanakan oleh anak berumur 11 tahun?!' Teriaknya dalam hati. 

"Haa...Baiklah, itu bukan masalah. ayo kita lihat sekuat apa regular lain sehingga mereka mengadakan ujian secara khusus seperti saat kedatangan Irregular dulu." Ujar Zero, membuka jaketnya.

------


Kini mereka berada di tempat lain, berada di sebuah ruangan kecil dibalik pagar yang akan terbuka jika menekan tombolnya. Penyelenggara ujian memberi instruksi, beberapa tim akan turun untuk memperebutkan sebuah kursi yang akan diduduki.

Setelah semua paham, bel pun berbunyi.

Zero dengan cepat menekan tombol di dinding.

*Pippp*

"Hei, kau mau langsung masuk?" Tanya Eliano yang sedikit kaget karena mereka belum mendiskusikan kapan akan memasuki arena.

"Tidak bisa mengamati saja, kita harus turun langsung ke lapangan. Kalah atau menang itu hanya bonus." Ujar Zero, melangkah keluar sambil menekukkan jari jemarinya.

"Kau tau, Zero itu paling berbakat di antara anak seumuran kami. Ia mengidolakan kakak sepupu kami, Ha Yuri Zahard yang terpilih menjadi putri." Ungkap Nero, kembarannya.

Eliano mengangguk tanda mengerti, saat mereka berada di ruangan yang luas, tim lain pun menampakkan diri.

Eliano mendelik begitu melihat lawannya.

Dia sudah mengira, namun belum bisa memastikannya, bahwa ledakan petir di padang rumput tadi merupakan seorang jeonsulsa berbakat di keluarga Khun. Tak hanya satu, Ran dan Ryeka kini berdiri berhadapan dengannya.

"Ran..!" Seru Eliano lambat.

Zero dan Nero menoleh serentak kepadanya, "Kau kenal dia?" Tanya Nero.

"Tentu, dia saudaraku. Dia benar-benar kuat!"

"Huh..kau hanya melihat ke arahnya? Lihat lah sekeliling mu. Ada 1 tim lagi yang berambut biru biru. Ada apa dengan Keluarga khun tahun ini? Aku tau mereka punya banyak Anak, tapi...yang seperti ini–"

"Ah! Lihat! Coba ku hitung. 1..,2..,5.., 6! Ada 6 anggota keluarga Khun disini! Belum mulai, tapi sudah menarik. Siapakah yang akan berhasil menduduki tahta?"

Ran mendecak menatap tajam pada Eliano. Pemilik manik ungu pun mengalihkan pandangannya.

'Kau pasti akan berusaha membunuhku, ya?' 

Selain Ran, Eliano bertemu lagi dengan 4 orang Keluarga Khun yang sempat menjadi temannya saat itu.

Xera, Laren, Ryeka Dan Popo.

Semua berkumpul, entah apa yang dipikirkan Headon, namun semua yang berada disana memiliki dendam, "Hei, apa yang kau pikirkan? Fokus! Pertandingan akan dimulai!" Seru Zero pada Eliano di belakangnya.

"Ah, aku.. Aku–"

"Tch. Ran atau siapalah namanya itu! Aku akan memukul kepalanya dengan mahkota! Kau jangan jadi beban! Aku terpaksa se tim denganmu!" Cerca Zero memukul pundak si surai biru, "Kau tadi berlagak saat menghadapi kami, tapi takut saat berhadapan dengan saudaramu. Kau meremehkan kami atau apa, huh?" Tambah Nero sambil mengerlingkan matanya.

"Baiklah! Pertandingan, Dimulai!!"

   
• • • •
• • • •
• • • •

Ilustrasi Zero Ha & Nero Ha


Thank Beforehand to eehee_

Continue Reading

You'll Also Like

38.5K 3.2K 69
#taekook #GS #enkook "Huwaaaa,,,Sean ingin daddy mommy. Kenapa Sean tidak punya daddy??" Hampir setiap hari Jeon dibuat pusing oleh sang putra yang...
361K 4K 82
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
126K 1K 6
isinya jimin dan kelakuan gilanya
219K 33.2K 60
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...