Married Dadakan

By sweetiesone

164K 13K 3.8K

Arevin nero ardiaz, salah satu anak kembar keluarga Nero yang harus menanggung permusuhan beruntun yang ayahn... More

01. Pertemuan Kampret
02. Sah!
03. Definisi Cowok Nyebelin
04. Revan Vs Revin
05. Berbeda
06. New Life
07. Why?
08. Kesal
09. Pain
10. Bisa pasti bisa
11. teror satu
12. Revan
13. Plan
14. misi dan visi
15. Perbincangan sore
16. Malam Minggunya Kita
17. Pacar saya
18. Permulaan
19. Sedikit Tanda
20. Official
22. Keluarga Adijaya
23. Pertemuan para William
24. Insiden
25. Mulai terlihat
26. Mulai bergerak
27. Mama
28. Pengorbanan pertama
29. Kepergian Aleta
30. Medan Perang
31. Ungkapan lama
32. Akhir Cerita
TERIMAKASIH
SPIN OFF ; Mengejar Cinta Muslimah

21. Keraguan

2.5K 335 106
By sweetiesone

Leta menghela nafas menatap nanar lapangan basket yang cukup luas didepannya.

Dua hari yang lalu Ujian Nasional telah usai tinggal menunggu pengumuman kelulusan saja.

Terhitung sudah satu minggu sejak kejadian dimana ia terancam gagal mengikuti ujian, terhitung pula sudah satu minggu ia menjaga jarak dari Nino.

Awalnya Leta enggan mempercayai kemungkinan Nino menjadi pelaku namun setelah melihat video kecelakaan Revan, ia tidak bisa menyangkal. Orang itu mirip Nino atau mungkin Nino?.

Leta cukup lelah, ia mendongak menatap langit yang cerah hari ini berharap ketika ia berkedip semua masalah ini akan hilang. Kehidupannya yang semula juga akan kembali tapi kenyataannya tidak seperti itu.

"Eh?"

Leta terkejut menatap sebotol minuman didepannya, tatapannya pun beralih kepada sang pemegang botol, Revin.

Lelaki itu sekarang berbeda, lebih menerima keberadaannya. Sedikit membuat lega, walaupun tidak ada Nino masih ada Revin.

"Makasih ganteng," ucap Leta sumringah meraih botol dari tangan Revin.

Leta memutar tutup botol yang masih tersegel, cukup merepotkan. Melihat keadaan disampingnya, Revin yang cukup terlatih sekarang sangatlah peka. Ia meraih paksa botol tersebut dari tangan Leta, memutar keras tutup botolnya dan terbuka sungguh mudah bagi lelaki.

Revin mengulurkan kembali botol terbuka itu. "Parah, dedek sangat terkejut!," pekik Leta dengan muka syok menatap Revin yang hanya mengernyit tanda tidak mengerti.

Revin menaikkan alisnya meminta penjelasan namun hanya gelengan kepala Leta yang ia dapatkan.

Dengan masih menatap Revin, Leta meneguk air dari botol. "Mungkin karena udara panas ya lo jadi sedikit peka," ungkap Leta menutup kembali botol yang baru saja ia minum seperempat.

Revin berdecak, peka salah tidak peka salah juga hanya Tuhan, Mama dan  cewe sendiri yang tau bagaimana benarnya.

"apa gak apa kalau gue dan Revan laporin Nino ke polisi?," tanya Revin mulai membuka obrolan serius. Karena ini menyangkut sahabat Leta jadilah Revan menyuruhnya bertanya pada Leta dahulu.

Leta menghela nafas, memang tidak bisa terus menerus lari dari masalah.

"Itu hak lo berdua kali, jangan libatin gue. tapi," Leta menunduk, "Nino satu-satunya orang yang ngerti gue, masalah gue, beban hidup gue, dia udah kaya kembaran gue sendiri kalau gue boleh minta, tolong jangan lapor polisi tapi gue gak bisa minta begitu karena gue bukan orang yang egois," lanjutnya tersenyum kecut.

Ini juga sulit bagi Revin, dia tidak bisa melihat Leta yang ceria menjadi pemurung, tapi tidak bisa juga melihat pencelaka kembarannya terus hidup bebas tanpa merasa berdosa. Apalagi, tidak menutup kemungkinan Nino adalah putra Aiden, musuh papanya.

"lebih bagus kita bicarain dulu sama Revan, mungkin juga sama Nino," ucap Revin berdiri berjalan menjauh dari tempat Leta berada.

Leta tersenyum tipis menatap kepergian Revin, ia hanya bisa berpasrah dengan keputusan dua saudara kembara itu.

Nino adalah rumahnya, Revin juga rumahnya sangat sulit membela salah satu, apa ia tidak bisa membela dan mempertahankan kedua rumahnya.

Leta hanya ingin hidup damai dengan cinta Revin dan perasaan kesaudaraan Nino. Mungkin ia cukup serakah ingin keduanya hingga Tuhan mengambil salah satunya.

— Married Dadakan —

"Jadi bener Nino itu anak haramnya Aiden?," tanya Vano pada Revan yang sedang memainkan ponselnya.

Revan melirik kemudian mengangguk, "Dari informasi begitu, tapi kagak tau gue bingung."

"Ta—"

Ucapan Vano terjeda kala pintu ruang UKS tempat mereka bersantai terbuka dari luar dengan sosok Revin disana.

"Ayo bicara sama Nino," ajak Revin begitu masuk menatap dua pengangguran yang tengah tiduran di ranjang UKS.

Vano dan Revan saling bertatapan, mungkin si Revin mentalnya sedang terguncang begitu pemikiran mereka sekarang.

"Bicara sama musuh apa gunanya Vin?," Vano mulai membuka suara bangkit dari posisi awalnya menjadi terduduk.

"Gue setuju sama Revin, let's talk talk dulu sama Nino daripada su'udzon mulu yang ada nambah dosa gue yang udah overload," sahut Revan ikut terduduk nampaknya pembicaraan ini cukup serius.

"Tunggu apalagi, ayo cari Nino," Vano berdiri, membernarkan seragamnya yang sedikit kusut mengajak kedua sahabatnya.

Revan dan Revin mengangguk, "gue ajak Leta,"

— Married Dadakan —

Leta meneguk saliva dengan kasar, aura didepannya sangat amat ganas. Ruang kelas kosong ini begitu mencekam ditambah tatapan ketiga lelaki didepannya sungguh kosong Leta sangat takut mereka kesurupan.

Tidak lama kemudian pintu yang sedari tadi tertutup kini perlahan mulai terbuka menampakkan sosok Nino yang sudah satu minggu ini tidak Leta lihat.

"Oit bro kenapa nih?," tanya Nino begitu masuk menatap ketiga lelaki yang tengah duduk di meja kelas.

"Leta! Lama gak ketemu, lo hindarin gue ap—,"

"to the point aja," ucap Revin memotong perkataan Nino pada Leta yang hanya menunduk dalam.

Semua sontak menoleh menatap Revin yang tengah menatap sengit ke arah Nino. Nino sendiri begitu bingung, seingatnya ia tidak pernah memiliki masalah dengan Revin.

"Lo yang bikin Revan kecelakaan?," tanya Vano mengalihkan tatapan mereka semua dari Revin menuju dirinya.

Dunia serasa berhenti, atau mungkin mereka berlima sedang lag. Semenit berikutnya Nino tertawa keras sambil menepuk pelan meja didepannya. Orang-orang ini sungguh aneh.

Melihat Nino yang malah terlihat sengaja mengejek spontan keempat manusia dari kubu seberang melotot kesal. Nino menghentikan tawanya, cukup untuk sekarang. Ia teringat kembali pertanyaan Leta yang sama waktu itu.

"masih bisa ketawa lo? Bukti udah ada masih mau ngelak," Vano menyodorkan ponsel yang tengah memutar sebuah video.

Disana memang benar lelaki yang sengaja merusak motor Revan memakai jaket hitam bertuliskan “London” sama seperti jaket yang tengah Nino pakai sekarang, wajar saja jaket kesayangan pakai saja terus.

Disana juga nampak sang pelaku mengenakan helm full face berwarna hitam dengan garis putih, persis seperti milik Nino.

Nino menggeleng pelan, "ini bukti? Gini ya bruh pertama, jaket ini nih banyak yang pakai ya meski agak mahal, helm itu banyak juga yang jual dan pake apa iya itu bukti? Jangan nuduh kalau nggak valid betul,"

Leta tersenyum tipis, Nino tetaplah Nino santai di segala situasi, tidak pernah serius dan yang paling penting masih bisa tertawa saat diserbu Revan, Revin dan Vano.

"Lagian di hari itu gue pulang sama Leta, yakin itu gue? kalau emang gue pelakunya gue pasti suruh orang ada duit ngapain bertindak sendiri," Nino melanjutkan ucapannya tadi sembari tersenyum miring.

Leta kembali teringat, Nino benar hari itu mereka pulang bersama kerumah Nino. Semua menjadi sangat rumit sekarang.

Revan, Revin maupun Vano berpikir kembali nampaknya memang benar karena mereka juga melihat sendiri Leta dan Nino pergi bersama ke rumah sakit waktu itu.

"Walaupun itu bukan lo tapi lo anaknya om Aiden sama tante Andraya kan?,"

Nino terkesiap menatap Vano yang baru saja berucap, bagaimana mereka bisa tau tentang ayah kandungnya. Kelewatan sekali sampai harus mencari tau keluarganya.

"Terus ngapa kalau gue anaknya Aiden? Ada hubungan apa sama lo pada?,"

"Jelas-jelas, om Aiden musuh keluarga gue, gak tau atau pura-pura gak tau?," tanya Revan mulai angkat bicara.

"Salah kalau lo nanya gue," Nino terkekeh, "Gue tinggal sama Mama Andraya tapi gak dengan Aiden gue ada keluarga baru jadi lo pada salah nanya ke gue, lagi pula lo semua yakin tuh bangkotan anaknya cuma gue?," lanjut Nino menatap kesal, cukup sudah main-mainya.

"tante Andraya ada hubungan masa lalu sama papa gue kalau lo belum tau juga, bukannya itu bikin diri lo yang paling mungkin hm?," Revin mulai angkat bicara seperti biasa menatap dingin pada Nino.

"Lawak lo badut, mama gue mungkin dulu bejat tapi sekarang kaga beda sama si onoh, cukup, berhenti cari informasi tentang gue ataupun mama, apapun urusan lo semua sama papa Aiden gue gak perduli, gue anak papa Bian," jelas Nino berbalik ke arah pintu meraih gagang pintu hendak membukanya.

"Leta, kalau lo masih ragu sama gue jauhin gue, nanti kalau udah ilang ragunya dateng lagi aja gue tetep temen lo selama lo percaya sama gue,"
"Dan buat lo vin, kadang yang deket bisa jadi yang paling ganas, ati-ati bro," nasihat Nino membuat Revin mendongak menatap dirinya dengan pikiran yang tengah berkelana.

"Duluan, jangan cari gue kalau niat lo pada nanya beginian lagi, kalau masalah lain cari dah bebas," ucap Nino sebelum keluar tenggelam oleh pintu kayu.

Leta menunduk khitmat meremas ujung roknya, pada akhirnya rumahnya selama bertahun-tahun kini ia ragukan sehingga nampak jauh.

Nino, gue gak bisa.

— Married Dadakan —

Silahkan tinggalkan jejak dengan menekan tombol bintang.

next?



Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 128K 61
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
285K 20.2K 38
Ini tentang Rizky Delana, sang Bad boy yang paling disegani di sekolahnya. Minum, tawuran, rokok dan perempuan, seolah tidak pernah lepas dari cowok...
186K 18.4K 48
Dingin. Kasar. Berhati batu. Begitulah caraku menggambarkan Giannuca. 10 tahun sudah aku menyukainya secara sepihak. Sampai akhirnya aku merasa, haru...
58.7K 4.3K 33
Satu semester akhir menjadi penentu kelulusan. Namun, semua tak sesuai harapan. Tsabita siswi cerdas dan tidak neko-neko hamil di luar nikah, tanpa t...