Mobil Yerin kini tengah memasuki kawasan rumah sakit tempat kerjanya untuk sementara, walaupun ia tak tau sampai kapan ia berada di sini.
Ia turun dari mobil putihnya, dan melihat beberapa orang yang sedang duduk dengan penuh luka di luar rumah sakit, dan beberapa perawat juga berusaha mengenakan kursi roda dan membawa mereka masuk satu persatu.
Langkah kakinya berjalan masuk ke dalam rumah sakit berlantai 2 itu, manik matanya masih melihat banyaknya pasien yang belum mendapat perawatan.
"Chogiyo..."
"Chogiyo..."
Manik mata Yerin melihat seorang anak kecil sekitar 10 tahun, ia berusaha berbicara pada beberapa perawat yang melintas, namun tak ada yang mendengar ucapannya. Dan akhirnya Yerin berjalan mendekat, ia berjongkok "Ada apa" ucapnya
Gadis itu menghapus bekas air matanya, tubuhnya juga terdapat beberapa luka di tangan, kaki dan wajahnya "Tolong.. ibuku terjepit di sana" jawabnya sambil menunjuk ke arah luar.
Yerin berdiri "Bisa kau tunjukkan jalannya" gadis itu mengangguk dan menggenggam tangan Yerin untuk membawanya ke tempat tujuan.
Mulut Yerin sedikit terbuka kala mendapati sebuah bis yang terbaring miring di tanah tak jauh dari lokasi rumah sakit. "A-apa yang terjadi?" tanya Yerin yang masih melihat bis di hadapannya.
"Bis kami kehilangan kendali, dan inilah yang terjadi" jawab gadis itu
"Sieun"
"Oh eommaa" gadis itu berlari kala mendengar namanya di panggil oleh sang ibu "Eonni, tolong ibuku" ucapnya lagi yang kini telah berada di samping ibunya "Aku membawa seseorang, dia akan membantu ibu"
Yerin melihat ke arah belakang, ia membutuhkan seorang pria untuk membantunya mengangkat bis itu. Yerin berjalan menuju seorang pria, ia menahan perawat itu yang hendak membawa pasien masuk "Aku butuh bantuanmu, ikut aku sebentar" titah Yerin
"Maaf tapi__"
"Pria ini tidak apa apa, hanya ada luka kecil"
"Sekarang ikut aku" Yerin lantas menarik perawat itu untuk ikut bersamanya, dan meninggalkan pria yang terluka itu, walaupun pria itu berteriak tak jelas di belakang.
Yerin dan perawat itu tiba di sana "Bantu aku mengangkat bis ini"
"Nde?? Tapi ini sangat berat"
"Lalu mengapa belum ada pertolongan dari pemadam, bis ini bisa saja meledak kapanpun"
"Tapi__"
"Kau ini pria bukan"
"Setidaknya bantu aku untuk mengeluarkan kakinya"
"Aish" kesal Yerin kala perawat itu masih saja diam di tempat, bahkan tak menjawab ucapannya.
Yerin membuka tasnya, dan mengeluarkan suntikkan dari sana "Ka-kau seorang dokter" ucap perawat itu, Yerin tak menjawab, ia lantas berjongkok dan menusuk sebelah paha wanita itu. Yerin berdiri "Kau, bisakah kau bantu menarik ibumu" gadis itu mengangguk dengan cepat.
"Hitungan ketiga tarik ibumu, kau mengerti"
"Ne"
Yerin melirik pria itu yang masih diam "Ya.. apa yang kau pikirkan, apa kau masih ingin diam di situ"
Perawat itu pun mulai berjalan mendekat dan memengang ujung bis itu begitu pula dengan Yerin. Yerin mulai menghitung, dan mengangkatnya di hitungan ketiga. "Aku pikir ini takan berhasil" ucap Perawat itu.
"Tak ada yang tidak mungkin jika kita mencobanya"
"Walaupun hanya sedikit" Yerin kembali menghitung, dan gadis itu membantu menarik sang ibu.
Mereka berdua kini terengah engah kala telah berhasil menyelamatkan wanita itu setelah beberapa kali. "Eonni" gadis itu berhambur kedalam pelukkan Yerin "Terima kasih eonni, kau menyelamatkan ibuku" ucapnya, dan mendapat deheman dari Yerin. "Paman, terima kasih" ucapnya lagi pada perawat itu. Perawat itu mengangguk dan manik matanya melirik ke arah Yerin.
"Jangan melihatku, bantu wanita ini, ia sudah kehilangan banyak darah" ucap Yerin, ia lantas berdiri membawa tasnya dan berjalan pergi. Perawat itu mendengar ucapannya dan menggendong wanita itu untuk di bawa ke dalam.
~~~
Di rumah sakit Jungwon, di ruangan Taehyung. Saat ini ia sedang duduk diruangannya, bersandar pada kursinya sambil menatap langit langit ruangannya. "Tingg" ia mengambil ponselnya.
Putriku Rin
"Papa.. malam ini papa akan pulang bukan"
"Aku akan menunggu, jangan terlalu malam"
"Arraseo, papa akan pulang lebih awal hari ini"
Balas Taehyung.
Taehyung kembali mengingat kejadian hari itu, hari dimana Yerin pergi dari rumah meninggalkan adik, suami dan anaknya yang bahkan baru menginjak umur 1 tahun.
"Apa anda tau mengapa ia ingin menjadi seorang dokter" ucapan Wendy seketika melintas di pikirannya.
"2 tahun aku berpacaran dengannya, aku bahkan tak tau apapun soalnya" ucapnya
Ia menuliskan nama Yerin diponselnya, berniat menelphonenya. Namun ia urungkan dan menyimpan ponselnya kedalam saku beranjak dari kursinya dan berjalan keluar. Melihat jam tangannya, dan waktu telah menunjukkan pukul 5 sore. Ia menaiki lift dan menekan tombol 6. Lantas keluar dan menuju tempat directur. Ia mengetuknya dan masuk setelah mendapatkan jawaban dari dalam.
Jung Myeon langsung berdiri dari kursinya "Ohk dok. Kim, duduklah" titahnya yang lantas berjalan menuju sofa single dengan Taehyung yang duduk di sofa sampingnya. "Ada perlu apa anda kemari" ucapnya
"Soal itu.. aku ingin menanyakan tentang dok. Jung yang di pindah tugaskan"
"Apa itu ada hubungannya dengan kedatanganku?" tanya Taehyung
"Ah soal itu, tentu saja tidak"
"Pihak rumah sakit Kirin sendiri yang meminta dok. Jung untuk berada di sana untuk sementara waktu"
"Tenang saja, ini tidak ada hubungannya dengan kedatangan anda"
"Begitu rupanya" Taehyung berdiri dari duduknya "Terima kasih atas waktunya" sambungnya
"Anda sudah mau pergi"
"Ne.. masih ada beberapa pasien yang harus saya tangani" setelahnya, Taehyung pun pamit pergi dari sana.
~~~
Yerin kembali masuk kedalam rumah sakit yang masih sangat asing baginya. Menuju UGD dan manik matanya mendapati banyak korban yang terluka akibat kecelakaan bis itu.
"Yaakk.. kau ini bagaimana, aku yang datang lebih awal, mengapa nenek itu yang mendapatkan perawatan lebih dahulu" teriak seorang pria dari salah satu bangkar
"Saya minta maaf, tapi luka anda hanya luka ringan" jawab perawat wanita muda.
"Biarkan saja nenek itu, sebentar lagi dia juga akan mati"
"Cepat, sembuhkan lukaku" teriak pria itu
Yerin berjalan ke arah sumber suara, ia melihat pria itu yang bahkan hanya sebuah luka goresan di tubuhnya, di bandingkan dengan sang nenek yang kini tengah terluka di bagian kepalanya.
"Saya minta maaf__" ucap perawat namun terpotong saat Yerin datang
Yerin mendekati bangkar pria itu "Siapa kau?" tanya pria itu kala Yerin berada di sampingnya "Dimana dokter lain" ucap Yerin
"Ah itu.. mereka sedang melakukan operasi besar, jadi tak semua dokter disini" jawab perawat itu
"Oy... aku tanya, siapa kau"
"Berisik" Yerin mengeluarkan plester dari tasnya dan memberikannya pada pria itu "Lukamu hanya luka kecil, jadi pasang saja sendiri, dan pergi dari sini" ucap Yerin, karena pria itu tak mengambil plester itu, Yerin pun menyimpannya di lemari kecil samping ranjang dan berjalan ke arah sang nenek.
"Oy.. aku masih ada urusan denganmu" Yerin berbalik "Wae? Apa kau akan menangis karena luka kecil itu" ucapnya
Pria itu turun dari ranjang dan berdiri tepat di hadapan Yerin "Jangan bermain main denganku"
"Aku?? Bermain main?? Sejak kapan aku melakukannya"
"Kau.." tangan pria itu terangkat dan hendak menampar wajah Yerin namun tamparannya di hentikan oleh Yerin.
"Tuan, nyonya.. tolong jangan buat keributan disini" ucap perawat itu
Yerin melepaskan tangan pria itu, dan pria itu pun mengalah dan pergi dari sana. Para korban dan perawat yang melihat itu pun kembali pada tugas mereka.
"Nenek.. apa kau mendengarku" ucap perawat itu, pada yang nenek yang kini tengah berbaring.
Manik mata Yerin teralihkan pada sang nenek "Dia kehilangan banyak darah" manik matanya beralih pada tabung pendeteksi "Jantungnya juga mulai melemah" ia lantas melipat kedua tangannya di dada "Itu percuma, pendarahan di otak, nenek ini tak bisa di selamatkan" sambung Yerin dan lantas berjalan pergi.
"Tunggu.. bagaimana anda bisa tau jika nenek ini takan bisa selamat" langkah Yerin terhenti, "Apa kau tau dimana ruangan directur?" tanya Yerin
"Jangan mengalihkan pembicaraan"
Yerin menghembuskan napas dan berbalik "Lihat sekelilingmu"
"Ini bukan waktunya untuk menyelamatkan satu orang, pekerjaanmu masih banyak, masih banyak nyawa yang masih bisa di selamatkan, jangan terpaku oleh satu orang saja" ucapnya dan lantas berjalan pergi.