Aku di Sini, Se!

By writerdea

2.2K 861 3.9K

[ Selamat bengek eh- Selamat membaca ] ⚠️❗CERITA INI MENGANDUNG UWU-UWUAN, UNSUR BENGEK NGIK-NGIK, KEKERASAN... More

🎬# PROLOG
🎬# CAST
🎬# OLLUX
🎬#GELISAH
🎬# STOP PACARAN!
🎬# TERCIDUK
🎬# AMBIGU?!
🎬#KELAI TEROS!
🎬#COWOK MANJA
🎬#KONSER BLACKPINK
🎬# BERGELUD
🎬#SOFFAN KAH BEGITU?
🎬#PUSYING

🎬# ALANKAA NGAMBEK

182 83 514
By writerdea

Kembali lagi dengan LanTa.

Jangan lupa Vote dan Comment sebanyak-banyaknya okee. Bantu share cerita ini ke teman-teman kalian agar kita bisa saling berbagi kebengekan.

⚠️ DILARANG PLAGIAT CERITA INI ‼️

-GEMBIRA READING-

☠️ SKALA ROBERT☠️

....

Langkah Sea terhenti di depan toilet, begitu juga dengan Alankaa.

"Kenapa?" tanya Alankaa bingung.

"Kamu jangan ikut masuklah!" kata Sea sedikit ketus.

Alankaa terkekeh. Ia pun membiarkan Sea masuk ke dalam toilet. Otak Alankaa menjelajah mencari cara, karena ia tahu walau Sea sudah membersihkannya pasti masih berbekas. Oh ya! Ia berlari menuju koperasi sekolah untuk membeli seragam baru. Tidak mungkin bukan, Sea belajar dengan pakaian basah?

Sea keluar dari toilet dan sedikit kaget Alankaa menyodorkan seragam untuknya.

"Pakai, jangan sampai masuk angin," ucap Alankaa.

....

Alankaa melambaikan tangan kepada Sea. Sea pun masuk ke dalam rumahnya. Cowok itu kembali ke dalam mobil.

"Eh, iya, katanya lo mau ajak gue? Ke mana?" tanya Gita yang berada di dalam mobil Alankaa.

"Ke mall, Yang," ucap Alankaa memasang seatbelt.

Gita tersenyum senang. Tentu saja, ia mau pergi jalan dengan Alankaa. Setibanya di tempat yang dituju, mereka berdua berjalan ke tempat menjual beberapa pakaian.

"Pilih mana yang lo suka aja," ucap Alankaa sembari menatap ke seluruh penjuru. Ia tertuju pada sebuah kaos. "Ini suka nggak?" tanya Alankaa kepada Gita.

"Nggak ih. Terlalu norak hiasannya." tolak Gita, kemudian mengambil sebuah hoodie berwarna putih dengan gambar flamingo hitam. Ia tertarik dengan hoodie tersebut. "Ini aja gimana?" tanya Gita menunjukkannya kepada Alankaa.

Alankaa tersenyum, "Oke."

"Lo nggak beli?" tanya Gita sembari berjalan.

"Nggak ah. Mau cepat-cepat makan dulu. Laper gue," tutur Alankaa mengelus perutnya.

"Biar gue yang bayar," cegat Alankaa saat Gita memberikan sejumlah uang kepada karsir.

"Nggak usah ih--"

Kalimat Gita terpotong saat telunjuk Alankaa berada di depan bibirnya. Alankaa tidak mau Gita menolak. Gita tertunduk, menyembunyikan rona merah. Begitu saja, sudah membuatnya berbunga-bunga. Selanjutnya, mereka pergi ke Restoran Korea di dalam mall tersebut. Gita menatap tangan Alankaa yang tidak lepas menggenggam tangannya.

"Mau makan apa?" tanya Alankaa setelah mereka sampai di restoran tersebut.

"Ikut lo aja dah."

Setelah memesan, Alankaa sibuk mengamati hoodie tersebut. Ia merasa ada yang janggal.

"Ini nggak kependekan ya?"

"Nggak, itu memang modelnya, Lan."

"Makasih ya, Sayang," ucap Alankaa menampakkan senyum manisnya.

"Untuk apa? Harusnya gue yang bilang gitu ke lo," kata Gita sedikit bingung.

"Ya kan lo udah bantu milih baju yang cocok untuk ulang tahun Dea besok, Yang."

DEG! Rasanya sampai tembus ke tulang. Hati Gita merasa sedikit nyeri menerima kenyataan, bahwa hoodie itu bukan untuknya. Terlalu berharap tinggi, dan terjatuh sangat sakit.

"O-oh, i-iya."

....

"Neng, siapkan bubur lagi satu," ucap Om Bagus sembari memberikan nasi goreng kepada pembeli. "Om, ke masjid dulu. Titip ya, Neng Sea."

"Siap, Om!" Dengan semangat Sea menyiapkan bubur untuk pembeli. Ya, Sea diam-diam melakukan kerja sampingan. Kenapa? Bukankah ia termasuk keluarga kaya? Sea memang berada di lingkaran penuh harta. Akan tetapi, orang tuanya seakan-akan lupa dengannya. Uang saku sama sekali tidak diberi dan Sea sendiri juga selalu tidak diberi ruang untuk berbicara. Pria itu terlalu sibuk.

"Bubur lima, makan di sini." Kemudian cowok itu dengan entengnya duduk di atas meja. Tidak hanya itu, cowok dan teman-temannya tersebut juga merokok sembarangan.

Sea mendecak sebal. Ia paling tidak suka bau rokok. Ia pun menyiapkan pesanan mereka. Setelah itu, dibawakannya bubur itu dengan nampan.

"Permisi."

Cowok-cowok itu masih sibuk dengan game di ponsel mereka. Mereka sama sekali tidak mendengar dirinya. Ayolah, Sea ingin menaruh makanan tersebut di atas meja, tapi diduduki oleh mereka.

"Permisi!" Kali ini Sea meninggikan sedikit suaranya, membuat dua cowok tersadar.

Mereka memberikan ruang untuk Sea menaruh bubur pesanan mereka. Betapa terkejutnya Sea saat cowok itu melemparkan beberapa uang lembar ke wajahnya. Cowok ini memang tidak ada etika!

"Tuh. Uang lebihnya ambil aja," kata cowok itu cuek.

"Ya nggak usah lempar juga kali. Menyebalkan!" gumam Sea mengambil uang tersebut yang terjatuh di tanah.

Oh tidak. Cowok itu mendengar umpatan Sea dengan suara kecil itu. Sea bingung kenapa cowok itu terus menatapnya dengan ekspresi datar. Ia berusaha tidak memikirkan hal itu.

"Lo tadi bilang apa?"

"Apa?" tanya Sea bingung.

"Lo ... tadi ngumpatin gue apa?" tanya cowok itu memperjelas pertanyaannya.

Sea memutar bola matanya malas. "Menyebalkan."

Tangannya terkepal menahan emosi. Berani-beraninya, ia berkata seperti itu dengan lancang. Hm, sepertinya Sea tidak tahu, ia sedang berhadapan dengan siapa sekarang. Ketua Geng JAVAZOS, Skala Roberts.

"Lo tahu, gue siapa?" tanya Skala masih berusaha sabar.

Sea menilik Skala, "Pernah liat aja, kagak."

Wah, tanpa sadar Sea telah memancing emosi Skala keluar. Skala melangkah maju, berhadapan dengan Sea yang seketika menegang. Ada rasa waspada melihat wajah Skala yang seperti ingin menyerangnya. Cowok lainnya hanya sibuk bermain game online.

Mata mereka tidak sengaja saling bertabrakan. Skala dengan mata elangnya dan Sea dengan mata polosnya. Mata Skala menatap mata Sea dalam. Semakin ia masuk ke dalam mata itu, entah kenapa ada perasaan aneh di dalam dirinya. Kenapa mata itu ... seperti memancarkan cahaya, tapi juga ada sisi gelap di sana. Anehnya lagi, tatapan mata itu membuat amarah Skala hilang seketika.

Sea semakin memundurkan langkahnya, ketika wajah Skala semakin mendekat. Kepala Sea terhantuk dinding gerobak. Skala mengunci tubuhnya membuat Sea tidak bisa berkutik. Sungguh, sangat susah untuk menelan saliva, melihat wajah tampan milik Skala dari dekat. Skala, cowok itu kembali mendekatkan wajahnya.

Tepat jarak mereka tersisa dua centimeter, Skala berkata "Cantik."

Cewek itu bergidik ngeri. Ia keluar melewati bawah lengan Skala yang mengunci tubuhnya itu.

"Eh, nama lo siapa?" tanya Skala.

"Wadoh! Udah ketemu calon kah, Bos?" tanya salah satu cowok yang termasuk teman Skala.

"Bukan siapa-siapa," jawab Sea seadanya. Ia mengalihkan fokusnya membungkus bubur.

Skala tersenyum. "Nama lo?"

Sea tidak menjawab. Tentu ia tidak akan memberikan namanya sembarangan kepada orang asing.

"Lo anak SMA?"

Tidak ada jawaban.

"Sekolah mana lo?"

Masih sama. Tidak ada jawaban.

"Kurang fasih berbahasa Indonesia kali, Bos?"

Skala menghela napas sambil mengedikkan bahu. Ia mendekati Sea dari belakang.

"Gue Skala. Dan Skala akan mendapatkan nama bukan siapa-siapa secepat mungkin, bahkan lebih dari nama," tutur Skala yang akhirnya mengambil kunci motornya.

"Cabut," kata Skala mengajak empat temannya.

Seketika mereka kelabakan menghabiskan bubur mereka. Jika tidak dihabiskan, bisa rugi mereka. Karena ingin cepat-cepat, Tom terselak daging ayam. Daging ayam itu masuk ke dalam mulutnya, lalu kembali keluar melalui hidung. Sea yang merasa jijik melihatnya, langsung menutup matanya dengan tangan.

"Eh, eh, itu upil lo gede banget!" celetuk Onyong dengan polosnya.

"Daging ayam ini anj-- uhuk! TOLONG INI GIMANA CARA NGELUARINNYA?!!"

"OTTOKE! OTTOKE!"

Bukannya membantu, mereka malah ikut panik. Onyong malah menumpahkan air ke wajah Tom. Tidak punya otak mungkin? Ditambah lagi dengan Aryo yang malah memberikan instruksi layaknya seorang dokter yang sedang membantu persalinan seorang ibu hamil.

"Ayok, tarik napas. Hitungan ke-TIGA, DORONG!"

Skala memejamkan matanya. Ia berbalik membelakangi mereka. Bagaimana bisa Skala berteman dengan mereka yang sama sekali tidak memiliki otak? Ia memijat hidungnya, lalu menghela napas. Skala tersadar Sea menatap heran mereka dan dirinya.

Cowok itu memaksakan senyumnya, menahan malu mempunyai teman seperti itu.

"Bukan teman gue."

...

Angin malam berhembus tenang. Suasana di depan rumah Sea terlihat sepi dan sunyi. Alankaa masih menunggu Sea di depan pintu. Berkali-kali ia mencoba menghubungi, tapi tidak ada jawaban dari Sea.

"Apa gue ketuk aja kali ya?" Baru ingin mengetuk, Alankaa langsung berubah pikiran. Ia ingat pesan Sea, bahwa Alankaa tidak boleh mengetuk pintu dan masuk ke dalam rumahnya. Alankaa sendiri tidak tahu penyebabnya apa.

Dalam beberapa tahun ini, Alankaa tidak pernah diizinkan masuk oleh Sea. Padahal, masa kecil Alankaa terkadang bermain di rumah Sea. Entah apa yang terjadi di dalam sana. Alankaa akan selalu menunggu Sea menceritakannya, mungkin sekarang Sea butuh waktu.

"Apa jangan-jangan Sea nggak ada di rumah?" Alankaa sedang berdiskusi dengan pikirannya.

Segera, cowok itu menaiki motornya untuk bersiap mencari keberadaan Sea. Setelah Alankaa benar-benar menghilang, seorang gadis melangkah jinjit, masuk ke dalam rumah. Itu Sea. Sebenarnya, Sea sudah datang dari tadi, tapi karena ia melihat Alankaa di depan pintu, ia harus menunggu. Sea yakin, Alankaa akan menanyakan mengapa dirinya pulang malam sendirian. Pertanyaan itu ingin ia hindari. Cukup sudah, ia membohongi Alankaa dan melanggar aturan Alankaa untuk tidak pergi sendiri.

"Maaf, Kaa," lirihnya menatap jendela.

Drrtt drrttt

"Hallo."

"Hei, Sey. Kamu di mana? Di rumah kan? Atau lagi di luar? Aku jemput sekarang--"

"Aku di rumah, Kaa. Maaf tadi aku ... aku lagi di kamar mandi." Oke, Sea berbohong.

"Oh, oke, ku kira ada apa."

"Eum, kamu kenapa tadi ke rumah?"

"Hmm, nggak tahu. Cuma ikut kaki berjalan ke mana. Kayaknya kakiku rindu mijak rumahmu."

Cewek itu meringis. Sea melihat ke arah jam dinding. Satu menit lagi akan pergantian hari. "Kaa, aku tidur ya. Ngantuk," kata Sea sembari membaringkan tubuhnya yang lelah.

"Selamat malam, Sey."

Sea tersenyum. "Sel--"

Happy Birthday to us
Happy Birthday to us
Happy Birthday, happy birthday
Happy birthday to you and me

Astaga! Hari ini adalah ulang tahun mereka dan Sea melupakan hal itu.

"Selamat ulang tahun, Kembaran," ucap Alankaa lagi.

Sea merasa kaku untuk berkata-kata.

"Aku ada di depan," beritahu Alankaa, lalu memutuskan sambungan teleponnya.

Sea menemui Alankaa di luar, walau harus melewati hal yang seharusnya tidak ia lihat. Alankaa mengembangkan senyumnya saat Sea muncul dari dalam.

"Buat kamu," beber Alankaa menyodorkan paper bag berwarna hitam.

"Kaa, aku belum beli kado untukmu loh," kata Sea menjadi tidak enak. "Nanti aja deh aku terimanya. Setelah, aku beli kado untukmu baru aku terima ya--"

"Urusan kado untuk aku besok aja mah. Sekarang kamu terima dulu. Sedih nih kalau ditolak," bujuk Alankaa berlagak kecewa.

Sea mengangguk kikuk. "Wih, hoodie!" seru Sea saat melihat isi dalam paper bag tersebut. Hoodie yang dipilih oleh Gita saat itu. Alankaa bernapas lega karena Sea sangat menyukai hadiah tersebut.

"Malam nanti aku mau ajak kamu ke taman. Nanti kamu pakai hoodie itu."

"Siap dong!"

Lagi-lagi Alankaa tersenyum. Ia mengacak puncak kepala Sea, "Tidur. Udah larut."

Baru saja Sea ingin berbalik, tatapannya terhenti begitu menyadari Alankaa memakai ... sepatu hak tinggi! Itu sepatu perempuan kenapa terpasang di kaki Alankaa?! Cewek itu berdeham sebentar. Alankaa mengikuti arah pandang Sea. Ia baru menyadari, ia salah memakai sepatu.

"LO PAKAI SEPATU HAK TINGGI! Ada rencana mau transgender, Kaa?! Yang benar aja kamu. Lama-lama aku dandanin sekalian biar tambah cantik!"

"Astagfirullah, bu-bukan! Aku tadi baru nyari kamu, terus aku pulang ke rumah. Eh, saat tahu kalau kamu di rumah, aku buru-buru datang ke sini tanpa merhatiin aku pakai sepatu apa, Seo!"

"Awas jatuh nan--"

DUBRAK!

Baru saja Sea ingin berkata untuk berhati-hati, Alankaa sudah terjatuh lebih dulu. Cowok itu meringis, merasakan kakinya yang sepertinya terkilir.

"Kan apa aku bilang!, mampus!" Sea tertawa sekejap. Ia menjulurkan tangannya untuk membantu Alankaa berdiri. Sayangnya, Alankaa kembali terjatuh karena masih tidak seimbang dengan kakinya yang masih mengenakan sepatu hak tinggi itu.

Alankaa mendengus kasar. Persetan untuk hak tinggi itu. Cowok itu mengangkat dua lengannya seperti anak kecil sedang meminta digendong.

"Endooong!" lirih Alankaa dengan suaranya diubah menjadi anak kecil yang merengek.

(Gendong)

Sea membulatkan matanya sempurna. Sifat manja Alankaa sedang aktif sekarang.

"Huft." Dengan malas Sea kembali menjulurkan tangannya untuk mengangkat Alankaa berdiri.

Cewek itu membalikkan tubuhnya, membelakangi Alankaa.

"Buruan!" pinta Sea menunggu Alankaa naik ke atas tubuhnya.

Dengan cepat, tangan cowok itu melingkar di leher terbuka Sea dan tubuhnya mulai diangkat Sea. Alhasil Sea menggendong cowok dengan tubuh yang lebih besar darinya. Namun, jangan pikir ini yang pertama kalinya. Dahulu, Sea juga pernah menggendong Alankaa karena cowok itu tidak ingin bergerak, sebelum Ankaa mau membelikannya robot Spiderman. Akan tetapi, pada waktu itu Alankaa dan Sea masih berumur sepuluh tahun sehingga tubuh Alankaa masih sama dengan Sea.

"Anjir! Lo berat banget!"

"Biarin," kata Alankaa cuek. Ia sibuk menenggelamkan wajahnya di ceruk Sea, menikmati aroma sahabatnya itu.

Sampainya di halaman rumah Arcturus, Sea memijat bahunya yang pegal. Tatapannya mengarah pada Alankaa yang masih setia memakai sepatu hak tinggi itu. "Demi apa sih itu kaki cantik banget loh, Kaa!"

Alankaa berdecih tak terima. Dia cowok dikata cantik? Mau taruh di mana wajah tampannya ini? Untung keadaan di depan rumah dirinya sepi. Sepatu hak tinggi dibuang sembarang arah oleh Alankaa.

"Sana pulang ih!" Kaki cowok itu menendang-nendang di udara sebagai kode mengusir Sea.

Sea mengerjap. Ia mengelus dadanya, bersabar menghadapi Alankaa yang sepertinya sedang mengambek. Ingin sekali, Sea mengoyak wajah Alankaa.

"Andai mereka tahu sifat ketuanya seperti ini," gumam Sea dapat didengar oleh Alankaa.

"Apa!"

"Fine, gue pulang!" kesal Sea.

Semakin ke sini sifat Alankaa semakin kekanak-kanakan, tapi tidak jika sedang berhadapan pada Geng OLLUX dan pacarnya. Setelah sampai di halaman rumah sendiri, Sea menengok ke belakang menatap Alankaa yang sibuk memijat kaki di gazebo rumah cowok itu. Cowok itu sempat melihat ke arahnya, lalu membuang wajahnya sambil melirik-lirik. Sea tersenyum melihat tingkah Alankaa. Sea membuka pintu, lalu memasuki rumahnya.

Setelah mengetahui Sea tidak berada di sana, Alankaa kembali menatap rumah di seberangnya, rumah Sea. Lekukan ke atas bibirnya terlukis di sana.

"Semoga akan selalu seperti ini."

Alankaa pun juga masuk ke dalam rumahnya.

Tuhan tahu ada dia yang sedang dilanda rasa kecemburuan. Tidak hanya untuk hari ini. Orang itu menatap miris melihat kedekatan mereka berdua.

"Apa artinya gue di hidup lo, Kaa? Kayak Nggak ada."

...

Cuma mau ingetin untuk bernapas, readers!

SEKILAS INFO :
Kalian bisa pantengin AdDS up part baru dengan cara :
• Tambahkan Aku di Sini, Se! ke perpustakaan
• Cek wall writerdea atau aldexxrn91
• SW Dea : 08115391979 (sekalian bisa talk-talk nih^^)
Di sana info AdDS akan dipost.

NEXT? COMMENT DENGAN EMOT FAV


#exproject

Continue Reading

You'll Also Like

560K 27.1K 74
Zaheera Salma, Gadis sederhana dengan predikat pintar membawanya ke kota ramai, Jakarta. ia mendapat beasiswa kuliah jurusan kajian musik, bagian dar...
RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.7M 230K 69
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
483K 51.4K 21
*Spin off Kiblat Cinta. Disarankan untuk membaca cerita Kiblat Cinta lebih dulu untuk mengetahui alur dan karakter tokoh di dalam cerita Muara Kibla...
488K 37.2K 27
Hanya Aira Aletta yang mampu menghadapi keras kepala, keegoisan dan kegalakkan Mahesa Cassius Mogens. "Enak banget kayanya sampai gak mau bagi ke gu...