SERGIO

By Aaeliiaaa

1.2M 75K 5.5K

[ ENDING ] Namanya Sergio Rejandra. Pemuda yang amat sangat mencintai sosok Gracera Angeline dalam hidupnya. ... More

[ SERGIO - Prolog ]
[ SERGIO - 01 ]
[ SERGIO - 02 ]
[ SERGIO - 03 ]
[ SERGIO - 04 ]
[ SERGIO - 05 ]
[ SERGIO - 06 ]
[ SERGIO - 07 ]
[ SERGIO - 08 ]
[ SERGIO - 09 ]
[ SERGIO - 10 ]
[ SERGIO - 11 ]
[ SERGIO - 12 ]
[ SERGIO - 13 ]
[ SERGIO - 14 ]
[ SERGIO - 15 ]
[ SERGIO - 16 ]
[ SERGIO - 17 ]
[ SERGIO - 18 ]
[ SERGIO - 19 ]
[ SERGIO - 20 ]
[ SERGIO - 21 ]
[ SERGIO - 22 ]
[ SERGIO - 23 ]
[ SERGIO - 24 ]
[ SERGIO - 25 ]
[ SERGIO - 26 ]
[ SERGIO - 27 ]
[ SERGIO - 28 ]
[ SERGIO - 29 ]
[ SERGIO - 30 ]
[ SERGIO - 31 ]
[ SERGIO - 32 ]
[ SERGIO - 33 ]
[ SERGIO - 34 ]
[ SERGIO - 35 ]
[ SERGIO - 36 ]
[ SERGIO - 37 ]
[ SERGIO - 38 ]
[ SERGIO - 40 ]
[ SERGIO - 41 ]
[ SERGIO - 42 ]
[ SERGIO - 43 ]
[ SERGIO - 44 ]
[ SERGIO - 45 ]
[ SERGIO - 46 ]
[ SERGIO - Epilog ]
[ SERGIO - Extra Part & Info Terbit ]
INFO
Pre - Order
Pre - Order ke-2

[ SERGIO - 39 ]

16.7K 1.3K 145
By Aaeliiaaa

Grace menjatuhkan tubuhnya ke atas ranjang. Ia menghela napas panjang. Apa maksud Sergio menawarinya tumpangan sore tadi?

Omong-omong, tadi sepulang sekolah Grace tidak membonceng salah satu di antara Sergio maupun Ferdinan.

Gadis itu memilih untuk menaiki angkot. Dan entah apa yang terjadi setelah mobil angkutan umum itu melaju meninggalkan gerbang sekolah.

“Kak, lagi ngapain?” teriak Arion dari luar kamar. Sejak kemarin, Arion mengurangi kegiatan di luarnya untuk menemani kakaknya.

“Tiduran.”

“Jalan, yuk!” ajak Arion sambil mengetuk pintu kamar kakaknya.

“Kemana?”

“Ke pasar malam. Banyak jajanan di sana. Ayolah Kak, aku yang traktir.”

Grace bangkit lalu membukakan pintu untuk adiknya yang tampan itu. Ia menatap Arion yang sudah siap berangkat.

Penampilan pemuda itu sangat sederhana. Hanya jaket hitam dan kaus putih sebagai dalamannya.

“Boleh. Kakak siap-siap dulu.”

Arion menggaruk tengkuknya yang gatal. Ia memundurkan langkah lalu pintu ditutup oleh Grace dari dalam.

“Kak Grace.”

***

“Hai, boleh kenalan?”

Grace mengernyit saat ia keluar dari toilet, dua orang pria langsung mengajaknya berkenalan. Kaki kecil Grace melangkah menjauh, namun salah satu dari mereka segera meraih pergelangan tangannya.

“Nggak sopan!” desis Grace sembari menyentak kasar tangan yang sudah menyentuh kulitnya.

“Nama kamu siapa, Cantik?” tanya pria dengan tato di lengan kirinya yang terekspos. Satu pria lainnya berpenampilan lebih rapi dengan jaket dan rambut yang tertata.

Grace mengedarkan pandangan. Sepi. Tentu saja sepi. Karena toilet ini ada di ujung area pasar malam.

Bagaimana ini? Grace mulai ketakutan.

“Nggak jawab dia.” Dua orang itu tertawa. Grace sampai harus menahan nafas mendengar tawa menyeramkan dari mereka.

“Mau ikut Abang nggak, Cantik? Kalo mau kenalan dulu, dong. Ayo, siapa nama kamu?”

Dalam hati, Grace merutuki mereka. Dasar, ia harus bagaimana kalau aksesnya menuju jalan keluar dihadang oleh pria-pria itu.

“Ya elah, Neng. Belagu amat, cuma nanya nama doang. Belum nanya alamat sama nomor HP,” celetuk si pria rapi.

“Sabar, Bro. Cantik-cantik gini harus diperlakuin lembut.” Pria bertato menepuk pundak lebar sekawanannya, ia terkekeh.

“Siapa namamu?” tanya pria bertato hendak menyentuh dagu Grace, namun gadis itu segera menepisnya dengan kasar.

“Jangan kurang ajar!” Grace makin kalut saat keduanya terkekeh remeh.

“Ayolah, Cantik. Jangan sok jual mahal, nggak cocok.” Pria bertato meneliti penampilan Grace dari atas ke bawah lalu tersenyum miring.

“Tapi cocok sih, body goals.” Keduanya tertawa bak orang gila. Grace menarik nafas panjang berusaha untuk tak menangis.

“Bajingan,” umpat gadis itu hendak berlari.

“Eits, mau kemana nih? Belum juga request nama, udah mau pergi aja,” pekik pria rapi menahan pergelangan tangan Grace lagi.

“Ya udah, kita ngenalin diri duluan aja. Kalo nama Abang, Bima, kalo ini—”

BUGH!

“Berengsek. Lo sentuh cewek gue bangsat!”

Pria rapi bernama Bima itu terbatuk-batuk setelah dada nya mendapat serangan tiba-tiba. Si pria bertato melotot terkejut, begitupula dengan Grace yang menganga.

Sergio lagi, Sergio lagi. Pemuda itu menghantamkan kepalan tangannya lagi tepat di wajah Bima sampai si empu terlempar dan terkapar di tanah lapang.

“Erik, tolongin gue!” Bima menyerukan nama Erik, pasti itu nama pria bertato.

BUGH!

“Pecundang. Lawan gue kalo bisa, anjing.”

Grace memundurkan langkah. Itu Sergio. Sergio yang asli. Sergio dengan wajah kerasnya, dan juga dengan otot lehernya yang mencuat geram.

Itu Sergio. Si pemarah dan si arogan. Grace sampai harus menutup mulut saking shock nya. Sergio-nya yang pemarah kembali.

“Sini lawan gue, Erik bajingan!” Sergio mendorong tubuh Bima sampai pria itu ambruk terbentur dinding toilet. Jelas, Sergio menyerangnya membabi buta disertai oleh kemarahan.

Erik meringkuk lalu berlari terbirit-birit saat netra kelam Sergio menyorotnya tanpa ampun.

“Temen macem apa itu?” gumam Sergio sambil menendang tungkai Bima yang menghalangi jalannya.

“Sergio, udah!”

Sergio yang hendak mengejar Erik, langsung menoleh dengan wajah mengerikannya kearah Grace.

“Sialan lo.” Sergio mendekati Grace dan langsung memeluk tubuh gadis kesayangannya itu. “Gue udah bilang berkali-kali, jangan pernah keluar malem, itu bahaya buat cewek kayak lo.”

Sergio berbisik rendah. Begitu mengerikan bagi indera pendengaran Grace. Gadis itu meronta kuat dan langsung mundur.

“Ngapain lo di sini?” tanya Grace membuang muka dan menatap sosok Bima yang tak sadarkan diri.

“Ngikutin cewek gue. Ngapain lagi?” Sergio tersenyum miring, ia meraih dagu sang pujaan hati agar menatapnya.

“Balik sama gue, Grace!” bisik Sergio di depan wajah Grace yang ketakutan. Lebih takut ketimbang saat bersama dua pria tadi.

“Nggak akan,” balasnya memejamkan mata sejenak. “Nggak akan pernah.”

“Kenapa?” Sergio menatap dalam wajah cantik gadis yang paling ia sayangi itu. Nada suaranya sudah normal, namun tidak dengan wajahnya yang penuh ancaman.

“Kamu udah ngecewain aku,” gumam Grace membuka mata. Ia meneguk ludahnya kasar melihat wajah Sergio yang masih memerah.

“Aku nggak pernah ngecewain kamu. Kamu pikir selama ini aku diam karena apa?” Sergio makin memajukan wajahnya. “Kamu deket sama Ferdinan, kamu pikir aku nggak marah?”

Aku-kamu lagi?

“Aku marah, Sayang. Aku cemburu,” bisik Sergio meraih Grace lagi untuk ia dekap. Gadis itu meronta dengan memukuli dada bidang Sergio berkali-kali.

“Kita udah nggak ada hubungan,” sarkas Grace membuat pelukan Sergio melonggar.

“Sejak kapan kita nggak ada hubungan?” tanya Sergio menaikkan alis. Ia terkekeh saat Grace membuang muka lagi.

“Sejak kamu selingkuh sama Amora.”

Kekehan Sergio luntur. Grace sampai tertawa miris dalam hati.

“Aku nggak pernah selingkuh asal kamu tau. Amora ngejebak aku, dan foto itu—”

Sergio menyeringai, “foto itu Ferdinan yang ambil.”

“Terserah kamu.” Grace mengambil ancang-ancang untuk berlari. Ia memekik saat dengan mudahnya Sergio meraih tubuhnya, lagi.

“Mulai detik ini, kamu pacar aku. Kita balikan, eh tapi, kan, kita nggak pernah putus.”

Sergio mengecup pipi kanan Grace sampai gadis itu mengeluarkan air mata. Ketahuilah, sedari tadi Grace sudah menahan tangis. Sergio brengsek, membuatnya super ketakutan.

“Nurut sama aku, Sayang. Aku nggak akan pernah kecewain kamu, karena di dunia ini cuma aku yang bener-bener cinta sama kamu. Cuma aku.”

Sergio memejamkan mata. Sisi lain dari dirinya ingin memeluk tubuh Grace sampai remuk. Rasa rindunya yang menggebu-gebu membuat Sergio buta akan fakta bahwa Grace masih kecewa.

“Kamu nggak bener-bener cinta sama aku. Sama kayak Ferdinan, itu cuma obsesi.” Grace membenamkan wajahnya di dada bidang Sergio karena kesal.

“Obsesi?” Sergio terkekeh lalu mengecup puncak kepala Grace. “Apa itu obsesi?”

Obsidian Sergio menyorot tubuh Bima yang sedikit bergerak. Mengeratkan rengkuhannya, Sergio mendesis geram.

“Kita pulang.”

***

Arion mengusap wajahnya kasar. Di mana keberadaan kakaknya itu. Ia sudah mengelilingi setiap sudut area pasar malam yang ramai ini, namun tetap tak dapat menemukan sosok yang paling ia sayangi.

Pemuda dengan rambut berantakan itu mengedarkan pandangannya lalu menggeram khawatir.

Tentu saja khawatir, Grace hanya berpamitan ingin ke toilet dan ia disuruh untuk menunggunya di dekat wahana bianglala. Namun sampai sekarang Grace tak kunjung kembali.

TING!

Dengan segera, Arion membuka pesan yang baru masuk. Ia mengernyit.

Sergio
Dia balik bareng gue.

Apa-apaan ini? Arion mencoba menghubungi Grace, lagi dan lagi ponselnya tidak aktif.

Shit.

Arion menunduk. Sialan. Sergio mengambil kakak perempuannya lagi. Tidak bisa dibiarkan, Arion akan berusaha sekeras mungkin untuk menjauhkan Sergio dari Grace meski nyawa taruhannya.

Tentu kalian ingat, bahwa Arion sudah memiliki dendam besar kepada Sergio. Yang diam bukan berarti pendiam, dan Arion yang lembut tidak berarti selemah itu.

Mari kita kenali sisi asli seorang Arion.

•••

Halo, fren.

Maaf ya update nya lama. Minggu ini jadwalku padet banget. Atau mungkin minggu besok juga, udah mulai PAT.

Tapi tenang, aku usahain tiap minggu pasti up walaupun cuma sekali.

Terima kasih, untuk 190k readersnya. Sehat dan sukses terus buat yg selalu dukung cerita ini. Semangat!

02 April 2021

Continue Reading

You'll Also Like

ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

4.2M 248K 31
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...
196K 8.1K 20
[⚠️WARNING BANYAK ADEGAN KERAS, SEDIKIT PERUBAHAN ALUR DARI PART XIX [ APARTEMEN] . SO PEMBACA LAMA DI HARAPKAN MENBACA KEMBALI PADA PART XIX DAN SE...
101K 6.4K 14
Bagaimanakah kehidupan para bijuu setelah PDS 4?."Kurama kau harus mandi !" teriak naruto sambil menarik kurama. "TIDAK MAU!" balas kurama sengit.
Arzella By Vinnie

Teen Fiction

205K 14.2K 33
Teen fiction Berawal dikhianati sang pacar, Zella akhirnya bertemu dengan Arderas Kaizen. Cowok yang katanya paling anti sama cewek. Kisah mereka jug...