My Mate , That's Diavolo Crim...

By danedheera

232K 16.9K 20.2K

" She's my girl . Don't touch her . Nobody can steal her from me . I don't care who both of you are . Even th... More

β†­One
β†­ Two
β†­Three
β†­ Four
β†­Five
β†­ Six
β†­ Seven
β†­ Eight
β‡œNine
β†­Ten
β†­ Eleven
β†­Twelve
β†­ Thirteen
β†­ Fourteen
β†­Fifteen
β†­Sixteen
β†­Seventeen
β†­Eighteen
β†­ Nineteen
β†­Twenty
β†­Twenty One
β†­ Twenty Two
β†­ Twenty Three
β†­Twenty Four
β†­ Twenty Five
β†­ Twenty Six
β†­ Twenty Seven
β†­ Twenty Eight
β†­ Twenty Nine
β†­ Thirty
β†­ Thirty One
β†­ Thirty Two
β†­ Thirty Three
β†­ Thirty Four
β†­ Thirty Five
β†­ Thirty Six
β†­Thirty Seven
β†­ Thirty Eight ✨
β†­Thirty Nine ✨
β†­ Forty
β†­Forty One
β†­ Forty Two
β†­ Forty Three
β†­ Forty Five
β†­ Forty Six
β†­ Forty Seven
β†­ Forty Eight
β†­ Forty Nine
β†­ Fifty
β†­ Fifty one
β†­ Fifty Two
β†­ Fifty Three
β†­ Fifty Four
β†­ Fifty Five
β†­ Fifty Six

β†­ Forty Four

2.3K 221 549
By danedheera




' The best feeling is that when I look at you , you're already staring at me. '

_________________




Ting tong !

Ting tong !

" Ya ! Sekejap ! " Laung Hana dari kawasan dapur . Tangan yang dibasuh direnjis-renjis di sinki .

Dia melangkah melewati ruang tamu. siapa yang menekan loceng ? Kalau Qaz, tidak mungkin sebab Qaz ada kunci spare . Dia berperang dengan asakan hati .

Namun demikian pergerakan tergendala sejurus sahaja adiknya Shen menggeleng kepala , menghalang dia untuk membuka pintu .

Dari mana adiknya muncul pun dia tidak tahu . Muncul seperti hantu . Mujur Hana tidak mudah terkejut .

" Tak apa . Biar Shen yang pergi tengok . Akak pergilah sambung makan balik . " Shen sukarela untuk membuka pintu.

Hana mengangguk . Dia kembali ke dapur walaupun hatinya masih tertanya-tanya .

Shen membuka pintu . Iris mata meliarkan ke setiap kawasan dan terhenti di sesuatu sudut .

Selipar disarung ke kaki . Dia berjalan ke hadapan . Satu kotak kecil yang di tape dilihat tanpa riak . Shen capai dan kertas kecil yang disisip di bahagian tepi kotak diraih dan dibaca .

Shen tersenyum sinis setelah membaca ugutan yang khas dituju kepada abang iparnya tapi gerangan yang mencari pasal dengan Qaz ini tidak kenalkah Qaz bagaimana ?

Sorry to says...

You messed with the wrong person, dude .





•♕•♕•





Iris mata memusatkan pandangan pada susuk tubuh lelaki yang sangat dikenali sedang baring di tepi sebatang pokok besar menghadap dada langit sambil meletakkan tangan di atas dahi .

Kaki berderap menuju ke sana . Rambut yang dilepaskan dibiarkan berterbangan dibawa angin sepoi-sepoi bahasa .

Tiba di sisi Hafine , Dellia Jasmien menundukkan badan . Menghalang daripada pancaran cahaya matahari di samping mengambil kesempatan untuk menatap wajah Hafine yang tenang dibuai mimpi dengan lebih lama .

" Mesti tidur mati ni . " Dellia Jasmien membuat telahan .

Sangkaannya benar bahawa lena Hafine tidak terasa terganggu biarpun tangannya dilambaikan di hadapan muka Hafine .

Namun , semua itu tidak bertahan lama saat lehernya sepantas kilat diraup ke bawah oleh tangan kekar milik Hafine . Hampir menjerit Dellia Jasmien dibuatnya .

Mata yang terkatup rapat perlahan- lahan terbuka seraya hujung bibir menyenget sinis . Anak mata betul- betul memanah di mata Dellia Jasmien .

" Aw-awak pura-pura tidur ke ? " Sedikit gugup suara Dellia Jasmien setelah terkantoi mencuri pandang wajah sang suami .

Hafine masih tersenyum senget .

" Seronok tenung muka aku ?... Ke kau tenung bibir aku ? " Soalan berbalas soalan .

" Mana ada saya tenung bibir awak . Dah lah bibir macam ikan jerung . "

" Ikan jerung ? " Mata Hafine mengecil . Makin ke bawah leher Dellia Jasmien dipaut . Dan-

Cup !

Satu ciuman menyapa pipi kanan Dellia Jasmien .

" Hey ! "

Cup !

Di sebelah kiri pula .

" Yah ! Encik Hafine . Ini sekolah . Bukan rumah . Malulah orang nampak nanti . " Jelas Dellia Jasmien dengan muka menahan sabar dengan gelagat Hafine . Bertalu-talu kedua-dua pipinya dikucup . Makin dihalang , makin dilakukan .

Pergerakan Hafine tergendala .

" What your means by that ? Ouh... Kiranya kalau kita di rumah , aku boleh buat apa sahaja dekat kau ? Kalau macam itu , balik nanti kita buat ya . " Usik Hafine dengan senyum nakal .

" Ei ! Awak ni kenapa gatal sangat ni ? " Pipi Dellia Jasmien mula berona merah . Hafine ini selalu cakap tidak bertapis . Malulah dia .

" Like what I said before , aku gatal dengan kau saja . So , kau kena banyak-banyak bertahanlah dengan perangai mengada aku ni . "

Dellia Jasmien mengguling bebola mata . Tangan Hafine yang masih memaut batang lehernya dipegang .

" Boleh tak awak lepaskan leher saya? Leher saya dah lenguh . Kalau awak terus begini ... Mungkin saya akan berjalan seperti zombie nanti . Awak nak ke isteri awak ni jalan seperti zombie ? "

" Boleh juga . Mana tahu sewaktu kau berjalan nanti , ada orang offer kau jadi pelakon untuk zombie movie sekaligus aku boleh jadi terkenal sekali , bukan ? "

Bibir Dellia Jasmien mengetap . Tidak lama kemudian , pautan dilehernya terasa melonggar . Kini , lengannya pula menjadi mangsa .

" Duduk sini. Sandar dekat pokok. " Arah Hafine tanpa riak . Dellia Jasmien menurut , tidak membantah . Dia duduk bersandar pada pokok . Kaki dilunjurkan agar kedudukannya selesa .

Tanpa sebarang bicara , Hafine meletakkan kepala di atas peha sang isteri . Dellia Jasmien kelihatan tersentak .

Dia kaget namun sehabis boleh dia cuba membiasakan diri dengan keadaan seperti ini . Nafas dihela perlahan .

" Kenapa awak relax saja saya tengok ? Cikgu awak tak masuk kelas ke ? "

Hafine hanya gumam kecil . Dia menutup mata . Barangkali mahu melelapkan mata untuk seketika . Dellia Jasmien mencebik .

Lebih baik duduk rumah kalau tiada benda nak dilakukan di sekolah .

" Kau ? "

" Cikgu ada mesyuarat sehari ni . Itulah sebab saya merayau ni . Kalau saya tahu baik saya duduk di rumah saja ."

" Tak apa. Kau boleh spent time lama-lama dengan aku . Now , usap rambut aku. I wanna sleep for a while . " Tangan Dellia Jasmien , Hafine bawa naik ke atas kepala .

Kemudian , dia lepaskan tangannya . Tangannya naik memeluk diri sendiri . Dellia Jasmien tidak terkata apa-apa .

Dia ikutkan sahaja . Perlahan-lahan rambut Hafine dibelai lembut . Cemburu betul dia dengan rambut Hafine . Lembut sangat .

Rebonding ke ?

Serius dia jealous . Lagi-lagi rambut Hafine dengan sendiri berterbangan apabila angin sepoi-sepoi menderu ke mari .

Sepuluh minit kemudian , suasana kelihatan sunyi . Tiada sebarang suara yang memecahkan ketenangan antara mereka berdua . Hafine pun sudah lena dibuai mimpi .

Untuk kesekian kalinya , Dellia Jasmien mengambil kesempatan dalam kesempitan merenung wajah Hafine memandangkan kali ini Hafine kelihatan langsung tidak sedar dengan gerak-gerinya .

Tangan Dellia Jasmien tidak berhenti mengusap rambut Hafine supaya jejaka itu tidak terjaga dari lena .

" For some reasons , I kinda don't want anyone else to see this side of you , husband . Just for me only . " Automatik senyum tipis menghiasi wajah Dellia Jasmien .

Dellia Jasmien mengaku dia memang terjatuh cinta dengan sang suami hanya dalam jangka masa yang pendek .

Dan...

Dia sendiri tidak tahu berapa lamakah perkahwinan ini akan kekal berpanjangan . Orang tua-tua kata kalau dah jodoh , tidak ke mana .

Well . Dia berpegang kepada kata-kata itu . Dari pandangan matanya tentang cinta Hafine padanya barangkali belum wujud .

Namun , dia amat bersyukur Hafine tidak menghalang dia untuk terus mencintainya . Dellia Jasmien sandarkan kepala pada pokok .

Matanya daripada segar menjadi layu . Apatah lagi jika suasana sekarang ini tiada kedengaran bising-bising . Secara tidak langsung memudahkan dia untuk tidur sejenak .

Sedang lena dibuai mimpi , bunyi announcement mengejutkan mereka .

" Perhatian kepada Irfan dari kelas 5 Thunder dan Adam dari kelas 5 Euphoria , sila datang ke pejabat sekarang . Kalau anda berdua tidak datang segera , saya sendiri akan cari anda berdua di semua tempat . Harap maklum . "

Habis sahaja pengumuman , Hafine dan Dellia Jasmien berpandangan dengan muka mamai .

Masing-masing tertanya-tanya apa pula Irfan lakukan kali ini ? Suka sangat jadi troublemaker .





•♕•♕•





" Cikgu ! Cikgu bukan ada bagi homework ke dekat kita orang ? "

Automatik badan Cikgu Rayyan memusing menghadap pelajarnya seraya satu senyuman smirk muncul.

" Yes . Hari ini hantarkan ? Pukul 2 petang tepat, saya nak buku kamu semua di atas meja saya . Kurang satu atau bilangan buku tidak cukup , bersiap sedialah terima hukuman. Semua kena . " Akhiri Cikgu Rayyan sebelum memusing

Berpasang-pasang mata mencerlung tajam ke arah Firash yang duduk barisan hadapan .

" Kau memang nak mati, Firash. "

" Dah siap tu diamlah . "

" Kita settle di parking lot. "

" Kecil besar kecil besar saja aku tengok dia ni. "

" Kita kena denda , kita tarik dia sekali . "

" Balik nanti biar dia berkaki ayam. "

Berbagai-bagai bisikan yang diterima Firash . Firash hanya diam dan tersengih kecil . Memang habislah dia nanti.

Meskipun begitu, hanya seorang sahaja pelajar sahaja tidak masuk campur iaitu Irfan .

Perhatian sepenuhnya ditumpukan pada ubat pensel picit di tangan kanan manakala di tangan kiri terdapat pensel picit .

Berusaha keras sungguh Irfan cuba memasukkan ubat pensel picit ke dalam mata pensel picit sampaikan kiri dan kanan tidak ditoleh .

Ubat pensel telah masuk ke dalam tetapi tidak masuk sepenuhnya lagi.
Dia tolak lagi ubat pensel picit ke dalam dan-

" Perhatian kepada Irfan dari kelas 5 Thunder ... "

Prakk !

Ubat pensel picit yang dimasukkan patah di sekerat jalan . Bibir diketap geram.

Hampir tiga ubat pensel picit dia habiskan dan kesemuanya musnah dalam sekelip mata . Sudahlah mahu memasukkannya pun sukar .

Dia jatuhkan pensel picit di atas meja . Rayshen Darl di tepi menyenggol sikunya . Lekas Irfan menoleh .

" Apa? "

" Kau tak dengar announcement ke ?"

Irfan menggeleng. Nak dengar apa kalau dia memberi perhatian penuh pada pensel picitnya tadi .

Rayshen Darl menghela nafas.

" Pengetua nak jumpa kau di pejabat sekarang. "

Baru Irfan membalas bicara Rayshen Darl, namanya dipanggil oleh Cikgu Rayyan. Terus kepala mendongak ke atas.

" Ya, cikgu. "

" Kenapa kamu tak bergerak lagi ke pejabat ? Kamu ada masalah gaut ke tengah buat mannequin Challenge? " Soal Cikgu Rayyan selamba .

Rayshen Darl menahan ketawa daripada terhambur . Irfan menggigit bibir . Masalah gaut pula dah. Ada cikgu ini dikurung di dalam bilik stor nanti .

" Cikgu , kalau saya buat manacoin itu - "

" Mannequin. " Orang belakangnya, Haziq membetulkan . Irfan menggulingkan bebola mata .

Apa-apa sajalah.

" Kalau saya buat challenge itu, saya tak akan menyahut panggilan cikgu tadi . " Bijak Irfan memberi jawapan .

Cikgu Rayyan menepuk dahi .
Apalah nasib. Mahu kenakan pelajarnya, dia pula yang terkena.

" Haahlah Irfan . Saya tersilap . Eh , pergilah pejabat sekarang daripada kamu fokus masukkan ubat pensel picit dari tadi tak lepas-lepas masuk ."

" Cikgu halau saya keluar ? " Irfan memandang tidak percaya kepada Cikgu Rayyan .

" Saya suruh keluar. Saya tak halau. Sudahlah kelas saya , kamu tak fokus . Exam nanti jawab benda lain. " Bebel Cikgu Rayyan, melepaskan geram yang sudah sekian lama terpendam.

" Baiklah cikgu. " Dia keluar dari kelas. Daripada dia dengar bebelan Cikgu Rayyan lebih lama lagi , baik dia keluar .

Sampai di tangga, kaki berhenti bergerak. Ada satu figura membuat posing di tangga secara bersendirian . Untuk kesekian kalinya Irfan mengguling bebola mata .

Langkah menghampiri figura tersebut.

" Kau buat apa di sini ? Menari tiang ? " Selamba kata-kata itu tercetus dari bibir Irfan. Adam ; kelas 5 Euphoria berpaling .

" Kepala hotak kau menari tiang . Aku tunggu kaulah pergi pejabat sama - sama . " Kecil besar mata Adam memandang Irfan sebaik sahaja mereka melangkah seiringan .

" Bukan kita tengah melancarkan perang dingin ke ? " Aju soalan serta-merta daripada Irfan .

" Kau ingat kau tu girlfriend aku ke nak main perang dingin ? Kita gaduh macam mana sekalipun , tetap baik semula . "

" Ayat kau tak boleh blah . " Komen Irfan .

Tiba di pintu pejabat , Irfan menukar posisi kedudukan yang mana dia di belakang manakala Adam di depan .

Terpinga-pinga Adam dengan situasi sekarang . Dia menoleh.

" Kau kenapa ? "

Irfan tersengih kecil.
Polos.

" Aku ketuk pintu , kau masuk dulu. " Ujarnya bersama kening terangkat sebelah . Adam menggeleng kepala, tidak bersetuju .

" Kita datang sama-sama , kita masuklah sama-sama . "

" Eh kau ini . Pagi tadi cari pasal dengan aku . " Ungkit Irfan balik .

" Sekarang aku tak cari pasal dengan kau, kan? Jomlah masuk sekali . " Ajak Adam lagi, berusaha memujuk Irfan masuk bersama-sama.

" Iyalah iyalah . "

Masuk sahaja ke dalam , pandangan pertama jatuh kepada pengetua di dalam biliknya . Adam dan Irfan berpandangan sebelum mengetuk pintu dan masuk ke dalam perlahan-lahan .

" Pengetua panggil kami berdua? "

Pengetua Mikael mengangkat wajah dan mengangguk .

" Ya. Saya panggil kamu berdua . Sekejap ya , saya nak ambil sesuatu . " Pengetua Mikael memusing kerusi ke belakang, membelakangi dua makhluk yang tegak berdiri seperti rela menerima hukuman .

Sejurus sahaja berpusing semula ke hadapan , beberapa kertas- kertas kecil yang boleh tahan tebal menjadi pandangan dan ditolak ke arah mereka berdua .

" Nah . Hari ini buat kerja amal sedikit . Bagi kertas-kertas ini di setiap kelas . "

" Kertas apa ni pengetua ? Kertas exam eh ? " Soal Adam pelik.

" Bacalah sendiri anak muda. "

Tidak berkata apa-apa lagi , kertas-kertas itu dicapai dan dibaca . Automatik Irfan dan Adam membuntang mata.

" Prom night ? " Serentak mereka berdua bersuara . Pengetua Mikael mengangguk .

" Ada guru yang suggest untuk mengadakan prom night setelah kamu Form 5 selesai menjawab peperiksaan SPM . Katanya , bagi kamu semua Form 5 release tension. "

" Ouh." Gumam Adam .

Hari ini 4 November . SPM bermula 22 November sehingga 22 December. Prom night akan diadakan 28 December . Bermakna masih ada masa lagilah .

" Kalau macam tu , kami berdua undur diri dulu , pengetua . Terima kasih . " Ucap Irfan dan Adam setelah kertas-kertas itu dibahagi separuh . Pengetua Mikael mengangguk .

Keluar dari pejabat , kedua-dua mereka melepaskan keluhan lega .

" Mati-mati aku ingatkan pengetua nak bagi kita surat amaran . " Tutur Adam .

" Aku pun ingatkan begitu sebab tak silap nama aku dah banyak di papan kenyataan . "

" Kau ingat kau seorang ? Nama aku pun ada . " Ujar Adam .

" - By the way... Betul ke rumours yang tengah hangat dalam berita sekolah baru ni ? "

" Rumours apa ? "

" Kau couple dengan Zahira? "

" Taklah . Tapi waktu prom night nanti, aku nak confess dekat dia . Kau rasa dia terima tak ? "

" Entahlah , Irfan . No comments but beware of her . Aku tak nak kau kecewa di kemudian hari . Menyesal pun tak guna . " Ucap Adam dengan senyum segaris.

Sedang mereka bersembang , Irfan tidak memandang bawah . Sibuk iris mata melihat ke arah kantin . Perutnya menahan kelaparan. Dari pagi tadi dia tidak breakfast .

Prang !

Terkaku mereka berdua sejenak seraya kepala menunduk ke bawah dan terus terlongo .

Pasu bunga pecah !

Macam mana ni ? Adam menepuk dahi . Haih . Irfan tidak sah kalau tidak buat hal .

" Siapa pula buat pasu bunga pecah ? Haritu cabut bunga , hari ni pasu pula . Nak kena budak-budak ini. "

Satu suara menyapa pendengaran mereka berdua . Tidak putus-putus berbalas pandangan .

Dalam kiraan -

Satu...

Dua...

Tiga...

" LARI !! "

" Budak panjang itu lagi ! Hey kalau mak cik dapat kamu berdua , mak cik tak akan lepaskan . Biar kamu berdua ganti mak cik menjadi tukang kebun untuk seminggu ! "





•♕•♕•







" Terima kasih , bro sebab kau dah banyak bantu aku , rawat aku dan tumpangkan aku di rumah kau . Tak terbalas aku jasa baik kau . "

" Alah kau ni . Tak perlu nak touching sangat . Aku dah anggap kau seperti adik beradik aku . Family aku. "

Qaz mengangguk seraya senyum tipis . Kalau sudah berkata begitu , dia terima dengan hati terbuka . Lagi dia suka .

Kereta yang dinaiki berhenti di hadapan rumah . Karl menarik brek tangan ke atas dan automatik pintu kereta unlock .

Karl memaling ke tepi . Waktu itu , tangan Qaz mula membuka pintu kereta .

" Hati-hati turun . "

" Okay . "

Tingkap di bahagian penumpang sebelah pemandu dibuka hingga bawah . Kepala menjengul ke luar tingkap . Melihat Qaz berjalan lambat .

" Kau nak aku piggyback kau sampai pintu rumah ? " Tawar Karl . Kesian pula tengok Qaz jalan . Sesekali diseret kaki bagi menahan sakit .

" Tak payah . Kau pergilah balik . Aku okay saja , hah . Pintu rumah bukan jauh mana dah . "

" Eleh . Orang elok offer , dia pergi tolak . Baiklah Encik Qaz . Aku balik dulu . Jatuh bangun sendiri . Bye . " Ucap Karl selamba .

Tingkap kereta dinaikkan semula sebelum menggerakkan kereta meninggalkan kawasan perkarangan rumah Qaz .

Bayangan kereta Karl dihantar dengan sekilas pandang . Sempat lagi dia perli aku . Dia memulas tombol . Berkunci .

Tangan menyeluk poket seluar. Mengeluarkan segugus kunci . Salah satu kunci dimasukkan ke dalam tombol .

Pintu dia kuak dari luar.

" Assalamualaikum . "

" Waalaikumsalam . " Balas Hana yang berdiri di sebalik pintu dengan kedua-dua tangan bersilang .

Qaz hampir terkejut dengan kemunculan Hana yang langsung dia tidak perasan .

" Dah makan ? "

" Dah . "

Hana mengangguk .

" Awak mandilah dulu . Nanti Hana siapkan pakaian . " Baru Hana mahu beredar , lengannya disambar oleh Qaz dan tubuhnya didakap erat .

Dakapan hangat daripada Qaz dibalas Hana . Marah-marah pun , dia tetap hormat dan sayang suaminya .

Qaz biarpun hairan dengan perubahan panggilan dan sikap Hana , dia tidak mengambil hati . Fikirnya , mood ibu mengandung .

Pelukan dilonggarkan . Qaz menunduk . Perut Hana yang dilapisi dengan blaus dikucup dan mengusap lembut .

" Anak papa nakal tak selama papa tak ada ni ? Huh tak ada . Bagus anak papa ni . Jangan nakal-nakal dengan mama tahu . Kesian mama asyik letih tak duduk diam . " Qaz tersenyum kecil apabila dia dapat merasa gerakan di dalam perut Hana .

Hana diam . Ralit dengan kelembutan dan layanan Qaz . Hilang segala perasaan marah dan diganti dengan perasaan gembira .

" Awak . Nanti selepas awak rehatkan diri , boleh tak saya nak tanya awak sesuatu ? "

" Boleh tapi bagi abang mandi dulu . "

Qaz berdiri tegak . Dia menggosok- gosok ubun - ubun Hana sebelum naik ke atas .

Daun pintu bilik ditolak ke dalam dan menutupnya perlahan. Tali leher dirungkaikan. Butang baju satu-persatu dia buka .

Baju kemeja yang disarung di badan dileraikan dan memasukkan ke dalam bakul pakaian di tepi almari .

Kaki mengorak langkah ke dalam bilik mandi. Sempat lagi tuala di penyidai digapai . Pintu bilik air ditutup .

Tidak lama kemudian, Hana melangkah masuk . Bunyi pancuran air menandakan Qaz sedang membersihkan badan .

Dia berlalu ke almari pakaian . Pakaian Qaz dibelek , mencari yang mana satu sesuai . Setelah puas hati, Hana meletakkan pakaian Qaz di atas katil .

Dia menunggu Qaz di katil . Kotak kecil disorokkan di belakang badan. Tidak mahu Qaz perasan.

Hampir 10 minit mandi , akhirnya Qaz keluar dari bilik air dengan hanya bertuala separas pinggang .

" Nah , awak . " Pakaian Qaz di tangan disuakan kepada Qaz tanpa rasa malu walaupun hatinya berdegup kencang melihat titisan air menuruni dari rambut Qaz .

Qaz tidak banyak cakap . Dia mencapai pakaiannya dan menyarung di badan .

Usai memakai baju , Qaz menghenyakkan punggung di birai katil menghadap Hana yang tidak lepas menatapnya .

" Kenapa sayang macam tak ada mood ni ? Panggilan dekat abang pun dah tukar . Sayang ada masalah ke ? " Soal Qaz yang sememangnya hairan dengan sikap Hana .

" Ada . " Hana keluarkan kotak kecil yang disorok di belakang , dipersembah di hadapan Qaz .

" Ini ke benda yang abang sembunyikan daripada Hana bertahun-tahun lamanya ? "

" Sayang masuk dalam bilik kerja abang ? "

" Yes . Mulanya Hana just nak kemas bilik abang yang bersepah tu . Tapi tak sangka pula Hana jumpa kotak ni . Hal ini ke abang cuba nak explain dekat Hana hari tu ? "

Qaz menghela nafas berat seraya mengangguk .

" Now explain pada Hana . Hana nak dengar dari mulut abang . Kali ini tiada siapa-siapa boleh ganggu kita berdua . " Ucap Hana lembut.

Tangannya naik mengenggam tangan Qaz . Memberi semangat untuk meluahkan apa yang sang suami rasa sampai ke hari ini .

Flashback

Fail-fail yang terdapat di atas meja disemak dengan penuh teliti kemudian tandatangan diturunkan setelah berpuas hati .

Sejak kematian Hana , dia sentiasa sibuk setelah syarikat arwah Nenda Hana diserahkan kepadanya sampaikan kekurangan masa untuk meluangkan masa dengan Hafine yang ketika itu menginjak usia 2 tahun 6 bulan .

Secara tiba-tiba , telefon pintar di sisinya berbunyi . Qaz terus angkat tanpa melihat nama pemanggil . Tangannya tidak berhenti menyelak helaian kertas .

" Hello . Siapa ni ? "

".... "

Telefonnya hampir terlepas tatkala menerima berita buruk berkaitan bonda dan adiknya , Que . Kunci kereta dicapai . Langkah kaki laju keluar dari bilik . Terus kerja-kerjanya ditinggalkan .

" Tolong cancelkan semua meeting minggu ini . Saya ada hal . " Qaz membawa diri tanpa mendengar balasan setiusahanya .

Masuk ke dalam kereta , dia menelefon rakan-rakan dan adik iparnya . Setelah memberitahu , panggilan diletakkan .

Kereta dia mula pandu selaju boleh . Lampu isyarat dilanggar . 20 minit kemudian , dia tiba di kawasan hospital . Kereta diparking di basement .

Kaki melangkah laju . Petunjuk bilik ICU yang tergantung di dinding dijeling sekilas .

Tiba di koridor , dia nampak terdapat beberapa orang pegawai polis di hadapan bilik ICU . Pihak polis menyapanya dengan baik dan dalam masa yang sama seorang doktor lelaki keluar dari bilik ICU .

Segera Qaz menerpa . Sempat nama doktor di tag nama itu dikerling . Doktor Affan .

" Bagaimana dengan keadaan ibu dan adik saya ? "

" Awak siapa ? "

" Saya Qaz , anak Puan Jannah . "

Doktor Affan menghela nafas berat dan perlahan kepalanya menggeleng .

" Maaf , kami telah cuba sedaya upaya untuk menyelamatkan kedua-dua ahli keluarga Encik Qaz namun mereka tidak dapat diselamatkan disebabkan kecederaan parah di kepala dan anggota badan . "

Pernyataan Doktor Affan hampir membuatkan dia tumbang . Mujurlah salah seorang pihak polis menahan tubuhnya daripada terjatuh .

" Bawa banyak bersabar . Sesungguhnya ini merupakan ujian untuk kamu , Encik Qaz . "

" Doktor... Boleh saya - "

" Boleh . "

" Terima kasih. " Dia masuk ke dalam bilik ICU dengan pelbagai perasaan. Perasaan yang bercampur baur . Lemah langkahnya mahu berjalan .

Katil Puan Jannah , yang pertama dia tuju . Kain yang menutupi hingga muka Puan Jannah diturunkan hingga ke leher . Tangan terketar-ketar.

Dahi Puan Jannah dikucup lama . Air mata tidak tertahan lagi . Perlahan- lahan empangan mutiara jernih pecah .

" Kenapa bonda tinggalkan Qaz ? Qaz tak sempat nak minta maaf dekat bonda . Qaz banyak buat silap dekat Bonda . Qaz jarang luangkan masa dengan bonda . Lepas ni , Qaz tak dapat lagi nak rasa air tangan bonda , nak dengar bonda membebel , nak usik bonda , nak bermanja dengan bonda . "

" Qaz tak sangka , semua pergi tinggalkan Qaz . Qaz keseorangan , bonda . Qaz tak ada sesiapa lagi . Qaz tak ada tempat lagi nak luahkan perasaan Qaz . " Qaz menangis tersedu-sedu . Mukanya kian merah .

Hiks... Hiks... Hiks.

Qaz beralih memegang tangan Puan Jannah yang kaku . Dikucup sayang sambil mengeluarkan tangisan .

Bunyi pintu ditolak kedengaran bersama derapan kasut menghampirinya . Belakang badan terasa diusap beberapa tangan , barangkali cuba untuk menenangkannya .

Qaz sekadar mengendahkan .

" Bonda jangan risau . Qaz tak akan buat perangai lagi . Qaz tak akan nakal lagi . Qaz akan jaga Hafine sebagaimana Bonda jaga Qaz waktu kecil-kecil dahulu . Qaz tak akan lupa segala jasa bonda. Qaz sayang bonda sangat-sangat . Bonda halalkan semua apa yang bonda beri pada Qaz . Bonda doakan Qaz dapat tempuhi semua dugaan , ya . Dan tentang pengganti baru , bonda maafkan Qaz . Qaz tak akan cari pengganti arwah Hana cause Qaz hanya cintakan dia seorang . Qaz akan setia dengan dia sahaja . Hanya dia sahaja bonda . " Untuk kesekian kalinya Qaz mengucup tangan Puan Jannah .

Semua di situ mengalirkan air mata . Sebak dengan ucapan Qaz . Shen mengesat air mata dan mengalihkan pandangan ke arah lain . Dia tidak boleh melihat orang sedih , automatik rasa mahu menangis .

Qaz menutup semula kain hingga ke atas . Beralih pula ke arah adiknya , Que .

Kain disingkap ke bawah .

Tangan sejuk adiknya digenggam sambil mengucup dahi adiknya lama . Semua kenangan bersama Que menerjah dalam ingatan .

" Kau tinggikan suara dekat abang ? Dasar adik derhaka . "

" Eleh . Abang tak dengar kata bonda, itu pun dikira derhaka juga, kan ? "

" Ei tak aci ! Bonda , abang main tipu ! Dahlah tak nak main. "

" Kau macam budak-budak. Menyampah aku. "

" Bonda ! Abang tarik rambut Que ! Argh! Sakitlah jebon. "

" Kau tahu kau anak pungut sebenarnya . Bonda jumpa dekat tepi tong sampah depan rumah . "

" You , chicken. "

Qaz menangis lagi saat teringat kenangan yang dia langsung tidak boleh lupakan .

" Abang halalkan semua salah silap kau, Que . Abang tak pernah terasa hati kalau kau sakitkan hati abang . Sebab abang akan rindukan semua kenangan kita bermain bersama, bergaduh bersama , bermanja bersama . Aku keseorangan , Que . Kau maafkan aku Que kalau aku terkasar bahasa dengan kau , selalu buli kau . Aku akan rindukam kau . Kau dekat sana jaga bonda baik-baik , ya . Doakan aku supaya aku tak jatuh lagi dalam masa akan datang . Semoga kau dan bonda ditempatkan di kalangan orang beriman . " Ucap Qaz panjang lebar dengan nada serak . Dia jauhkan bibirnya dari dahi Que.

Kain ditarik naik ke atas . Dia memusing badan ke belakang . Air mata yang tak henti-henti menuruni , dikesat . Dia keluar dari bilik ICU .

Berdiri di luar, menghela nafas dalam-dalam .

Dari belakang , Shen datang menghampiri . Bahu Qaz disentuh Shen.

" Abang . Sabar... Biarkan mereka pergi dengan tenang . Jangan meratapi lagi pemergian bonda dengan Que . Abang masih tak keseorangan . Abang ada aku , ada Luis , ada Anif , ada Radin , Zein , Ada Afin , ada Hafine . Kau masih ada kita orang . Kau masih ada tempat untuk mengadu . Kau jangan sedih lagi , abang . Kau tak kacak kalau kau nangis tak henti-henti . " Shen mendakap tubuh Qaz diikuti dengan lima rakan baiknya .

Tidak lama kemudian, pelukan dileraikan . Satu tepukan menghinggap di bahu.

" Qaz , kau balik dulu . Rehatkan diri , rehatkan badan . Tak apa . Hal Bonda dengan dengan Que kita orang boleh tolong settlekan ." Radin memujuk Qaz . Prihatin dengan keadaan Qaz . Terkejar-kejar dengan semua benda sampaikan tidak dapat rehat yang mencukupi.

" Aku temankan Qaz balik . " Luis sukarela menawarkan diri .

" Haf - Hafine ? "

" Saya boleh jagakan Hafine untuk sementara , Abang Qaz . " Celah Eirna yang hanya dari tadi memerhati . Hafine di dalam gendongannya terkebil-kebil mata , mungkin tidak memahami dengan situasi sekarang .

Qaz mengangguk .

" Qaz . Ini barang-barang Bonda dengan Que . Kau simpanlah . " Barang peribadi Bonda dan Que , Anif hulurkan kepada Qaz . Qaz menyambut baik .

" Pa... Pa . "

" Ya , sayang papa . " Qaz mengambil Hafine dari dukungan Eirna memandangkan Hafine sudah mendepakan tangan minta didukung . Dahi Hafine dicium sekilas.

" Hafine. Hafine tinggal dengan Auntie Eirna dengan Uncle Shen sekejap . Papa ada kerja nak dibuat . Tinggal dengan Auntie dan Uncle , Hafine kena dengar cakap . Jangan nakal-nakal okay ? "

" Okay , papa . " Balas Hafine. Terangguk-angguk kepala lantas sengih kecilnya muncul .

" Good boy. " Dia serahkan kembali Hafine kepada Eirna . Langkah kaki mengatur meniggalkan kawasan berkenaan bersama Luis di sisi .

Masuk ke dalam kereta , Qaz meletakkan tangan di dahi . Mata dipejam rapat .

Luis menghidupkan enjin seraya memulakan pemanduannya . Suasana di dalam kereta tidak seperti selalu. Kali ini , ia kelihatan suram .

Faham dengan situasi Qaz . Mungkin bukan sekarang untuk melakukan jenaka bagi hiburkan hati Qaz . Tunggu dia cool down dahulu. Tunggu dia tenang dahulu .

Tiba di perkarangan rumah Puan Jannah , Luis mematikan enjin . Qaz keluar daripada kereta .

" Masuklah . Buat macam rumah sendiri. Kalau kau nak rehatkan diri , guna bilik hujung sekali selepas bilik arwah Que . Aku nak letak barang arwah bonda sekejap ."

Luis mengangguk . Anak mata Luis mengikuti pergerakan langkah Qaz hilang daripada pandangan .

Pintu bilik arwah bonda dikuak . Dia masuk ke dalam . Walaupun empunya bilik sudah tiada , kehadirannya tetap dapat dirasai .

Setelah meletakkan barang peribadi arwah bonda , jari-jemari menari di atas meja make up , kemudian melangkau di meja yang terletaknya frame di atas .

Dicapai dan disentuh salah satu frame . Senyum nipis terukir . Anak mata Qaz tersedar sesuatu. Di sisi frame , satu buku diari berwarna coklat terletak elok .

Frame disusun semula dan meraih buku tersebut . Qaz melabuhkan punggung di birai katil . Cover hadapan dan belakang buku diari dibelek .

" Tak apa ke kalau aku buka ? " monolog Qaz sendirian . Qaz menghela nafas kecil . Dia tekad untuk membuka buku diari arwah Bonda di tangan .

Saat halaman pertama diselak .

Kosong .

Halaman kedua .

Kosong .

Halaman ketiga .

Isnin , 15 March 1995

Hari ini , genaplah 11 tahun pemergian cinta hati . Abang... Hari ini hari bahagia buat saya . Hari ini akad nikah Qaz dengan Hana . Lega hati saya tengok Qaz kahwin biarpun mereka kena tangkap basah . Tapi saya tahu Hana seorang gadis yang baik . Sebab tu, saya mudah untuk terima dia. Dan saya juga tahu sesuatu abang tentang rancangan Qaz memerangkap Hana untuk menjadi isterinya . Tapi siapalah kita untuk judge mereka . Saya berdoa perkahwinan mereka kekal sampai bila-bila .

Terkedu Qaz membaca . Bonda tahu tentang rancangan kotornya dahulu ? Bonda pandai menyimpan rahsia .

Helaian kemudian diselak .

Sabtu , 04 May 1995

Hari ini Que Asyraf nakal sangat, abang . Makin manja lepas Qaz kahwin . Saya pun dah pening nak layan kerenah dia .

Helaian seterusnya diselak .

Jumaat , 10 Januari 1996

Dah setahun arwah Hana pergi . Kesian saya tengok Qaz tidak terurus . Penat dah mulut ni nasihatkan dia supaya kahwin lain tetapi dia tak nak. Alasan dia tiada siapa boleh gantikan tempat Hana . Sebenarnya saya uji saja nak tengok dia setia ke tak . Betullah ujian saya, dia lulus. Dia setia sungguh dengan Hana . Saya tabik dengan Qaz..

Rabu, 20 Oktober 1997

Abang , hati saya berdebar-debar nak beritahu Qaz mengenai perkara sebenar . Abang rasa Qaz terima kenyataan tak ?

Kening Qaz berkerut .

Apa maksud bonda dengan perkara sebenar ? Apa yang bonda rahsiakan daripadanya ?

Dia selak lagi halaman .

23 Oktober 1997

Maafkan bonda , Qaz . Bonda serba-salah mahu berterus terang berhadapan dengan Qaz . Bonda hanya mampu mencoret di sini sahaja . Sebenarnya , Qaz bukan anak kandung bonda .

Di suatu malam , Bonda terdengar bunyi tangisan di masjid . Bonda pergi sana dan rupa-rupanya ada seorang bayi di dalam kotak yang masih dibedung . Di dalam kotak , ada gambar dan surat .

Bonda hanya baca sekilas lalu . Bonda tidak tahu nak buat apa . Jadi , bonda bawa kamu balik dan jadikan kamu anak angkat kami . Tapi Qaz , bonda dengan arwah papa dah anggap Qaz seperti anak sendiri . Kami sayang Qaz .

Jikalau Qaz terbaca diari ini , maafkan bonda , nak kerana bertahun-tahun menyimpan rahsia .

Di dalam kotak kecil di atas almari, terdapat gambar dan surat yang Bonda tak buang . Bonda simpan supaya Qaz cari keluarga kandung yang sebenar Qaz dan mungkin mereka tengah menunggu Qaz sekarang ini .

Maafkan bonda sekali lagi Qaz .
Salam sayang dari bonda .

Menggigil tangan Qaz . Buku diari yang dipegang terlepas daripada tangan . Mulut ditekup , seakan tidak percaya dengan rahsia Bonda yang dibaca .

Sukar untuk mencerna ayat-ayat di dalam diari itu . Rambut disebak ke belakang . Tolonglah ! air mata jangan keluar lagi .

Dia tarik nafas dalam-dalam . Menenangkan diri dengan berbagai- bagai perasaan yang sedang bercampur baur .

Teringat akan ayat dalam diari Bonda , Qaz mendongak ke atas . Anak matanya melekat di sebuah kotak kecil di atas almari .

" Mungkin kotak itu yang Bonda maksudkan . "

Dia bangun . Tangannya meraih kotak kecil . Di birai katil , dia duduk semula . Kotak kecil dibuka mempamerkan gambar ibu bapa kandung dan surat .

Qaz belek gambar ibu bapanya dahulu . Dia menyentuh permukaan gambar . Tetapi kenapa pakaian seperti mewah ? Seperti pemakaian keluarga diraja .

Dek perasaan hairan , belakang gambar dipusing . Satu tulisan berangkai ditatap .

Qaz Aldine bin Qaiser Lawrence IV

Terbungkam Qaz sejenak . Untuk ke berapa kali , dia melihat tidak percaya . Tidak mungkin .

Surat di dalam kotak dicapai dan dibaca .

Qaz mendongak kepala . Dia penat dengan semua benda ni . Dan Qaz teringkatkan Luis .

Mungkin Luis boleh membantunya .

" Luis! " Jerit Qaz dari atas . Tidak sampai seminit , Luis muncul di muka pintu dengan segelas air di tangan .

" Kenapa? "

" Aku ganggu kau ? "

" Tak adalah. Aku tengok running man dekat bawah . Bosan duduk dalam bilik. Kenapa kau panggil aku? " Luis datang menghampiri .

" Tolong siasat nama ni boleh? "

Huluran gambar oleh Qaz kepadanya dipandang hairan . Meskipun penuh tanda tanya , diambutlah jua .

Membesar mata Luis saat membaca nama di belakang foto . Qaz dan tulisan itu ditatap silih berganti .

" K- kau biar betul? "

" Aku pun tak percaya tapi aku nak siasat dulu . Aku nak cari keluarga kandung aku . "

Mulut Luis membentuk 'ouh ' seraya mengangguk . Demi Qaz, semua dia boleh lakukan .

Dua hari kemudian , Luis meluru ke arah Qaz yang tengah merehatkan diri di ruang tamu .

" Qaz . Ini semua maklumat yang kau minta aku cari . Lengkap. Perfect . "

Tanpa sebarang banyak bunyi, Qaz menyambut sampul surat A4 dari Luis . Dia keluarkan dan meneliti setiap maklumat .

" Jadi, betullah aku anak raja ? Anak maharaja ? "

Luis mengangguk. Dia sendiri tidak menyangka dia berkawan dengan anak raja .

Serta-merta Qaz mengangkat kepala . Berpandangan dengan Luis .

" Aku nak cari dia orang Luis . Sekarang. "

" Sekarang?! "

" Ya . Aku nak tahu kebenaran yang betul-betul lengkap . Selagi aku tak tahu, hati aku tak tenang , Luis. "

" Baiklah . Kita naik private jet aku. "

Qaz angguk bersetuju . Mereka pergi dengan beberapa helai pakaian . Perjalanan ke Isolde memakan masa sehari .

Tiba di airport , bodyguard Luis mengambil mereka berdua terus ke Istana Isolde . Setelah mendapat keizinan daripada pihak berkuasa, kereta yang dinaiki masuk ke dalam perkarangan Istana .

Seorang lelaki gagah datang menyambut kehadiran Qaz dan Luis dan membawa mereka berjumpa dengan Emperor Qaiser Lawrence of the Empire of the Isolde.

Kedua-dua mereka menahan gugup. Qaz apatah lagi , berdebar-debar mahu menemui keluarga kandungnya .

Sampai di satu ruangan, lelaki gagah itu mempelawa mereka masuk ke dalam . Mereka berdua mengangguk. Kemudian lelaki itu beredar.

" Kau pergilah masuk . Aku tunggu di sini . "

" Okay . "

Langkah mengatur masuk.

Iris mata meliarkan mata ke sekeliling . Luas sungguh . Ibarat satu ruangan ini besar lagi dari ruang tamu di rumahnya .

" From Malaysia ? "

Terus Qaz memusing badan menghadap si gerangan yang bertanya .

" Yes . "

" Okay nice . Lagi mudah saya mahu berbual dengan kamu memandangkan keturunan saya pun ada mix Melayu . Jemputlah duduk . "

Qaz sekadar tersenyum kecil. Qaiser Lawrence , ayah kandungnya dia tatap . Betullah . Muka beliau dengannya ada banyak persamaan .

" Jadi nama kamu ni - "

" Qaz Aldine . "

Wajah Qaiser Lawrence kelihatan berubah namun dia pandai mengawal reaksi .

" Kamu ada hajat apa bertemu dengan saya ? "

Qaz mengetap bibir . Perlahan-lahan gambar dan surat disuakan kepada Qaiser Lawrence. Qaiser Lawrence teragak-agak mahu mengambil .

Gambar dan surat akhirnya sampai ke tangan Qaiser Lawrence . Suasana diam membisu . Hanya bunyi pendingin hawa sahaja kedengaran . Senyuman yang terlakar di bibir Qaiser Lawrence pun mati.

" You're my son ? " Qaiser Lawrence tergelak sinis sambil menggeleng kepala .

" Aku tak sangka mak kau tikam belakang aku . Banyak kali aku suruh dia gugurkan, tapi dia tak nak . Dia lari jauh . Puas aku cari , rupanya dia lari ke Malaysia . " Kening Qaiser Lawrence terjongket . Tiada lagi pertuturan yang sopan . Kini persepsi Qaz terhadap lelaki itu berubah.

" Kau nak tahu kenapa aku suruh dia gugurkan? "

" Sebab aku tak nak ada anak lagi. Aku nak enjoy puas-puas dengan dia. Aku nak dia sahaja dalam hidup aku . Tapi semuanya berubah bila aku dapat tahu dia mengandung . Dia ingkar arahan aku ! " Naik seoktaf suara Qaiser Lawrence .

Qaz diam membisu . Rahang diketap bengang . Namun , di dalam hati, panas berapi .

Dan dia sedar siapa dia dengan Qaiser Lawrence . Tidak menyangka, tanggapan pada mulanya baik tidak sama seperti sekarang .

" Pergilah balik . Aku tak mengaku kau anak aku . Aku tak ada anak bernama Qaz Aldine . Jangan jejak ke sini lagi . Aku tak nak tengok muka kau . Ambil balik semua ni . " Halau Qaiser Lawrence . Gambar dan surat di tangan ditolak kasar .

Qaz mengangguk .

" Mak saya - "

" Dah mati ! "

Qaz mengangguk dan pandangan mereka bersatu .

" Thank you, your Highness . Pertama kali saya kecewa dapat bertemu dengan Your Highness , ayah yang anggap anak dia dah tiada . Now baru saya sedar kenapa mak saya tinggalkan Your Highness... Because you're ego . You've big ego ... It's okay , Your Highness. Saya tak mahu pun jejak ke sini lagi dah . Saya datang untuk mengetahui kebenaran dan saya telah perolehinya . Your Highness , hidup kita ibarat roda. Sekejap di atas , sekejap di bawah . Semuanya tak akan kekal di atas. Thank you again. "

Mereka keluar dari perkarangan Istana dan tidak berpaling ke belakang .

Tak menyangka betul, tidak sampai setengah jam , dia telah dihalau pergi . Mungkin ini kali yang pertama san terakhir dia datang sini . Dia tidak akan jejak ke sini lagi sampai bila-bila .

Sejak hari itu , perwatakan Qaz Aldine kian banyak berubah . Makin bengis dan agresif . Semua yang mencari pasal dengan dia akan terus dibunuh tanpa perasaan simpati.

Heartless .

Tekad, tidak akan mengingati lagi tentang latar belakangnya . Biarlah dia jadi anak kepada Puan Jannah. Dia tidak heran dengan pangkat diraja semua ni .

End Flashback

Bunyi tangisan Hana kedengaran memenuhi ruang bilik tidur mereka .

" Who I am to you, abang ? Kenapa abang pendam seorang diri selama ni? Kenapa tak bagitahu Hana waktu surprisekan abang dulu ? Kenapa ? " Soal Hana bertubi-tubi dengan air mata tidak henti menangis saat Qaz menceritakan segalanya .

Tidak semena-mena tubuh Qaz dipukulnya . Qaz membiarkan . Badan Hana ditarik masuk ke dalam dakapan . Tangan mengusap di belakang badan Hana lantas bibirnya menyentuh dahi Hana lama .

" Abang tak sayang tengok abang seperti lelaki yang lemah . Sebab tu abang jarang cerita dengan sayang kalau abang ada masalah . Abang tak nak sayang susah hati . Abang tak nak sayang sedih . Sayang kan tengah mengandung . Tak elok sayang stress ."

" Tapi abang buat Hana stress. Abang buat Hana sedih. Abang buat Hana menangis - "

Cupp !

Nafas mereka bersatu .

Kucupan sekilas Qaz leraikan .

" Dah . Abang minta maaf . Jangan menangis lagi . Dah elok jadi my Queen, nanti tertukar jadi hantu kak limah . "

" Jahat ! Tapi abang... Kalau ayah kandung abang merayu nak abang balik sana , abang terima ke ? "

" For what sayang ? Orang dah buang abang , buat apa abang nak balik sana ? Cukuplah kita dah bina keluarga di sini , sayang . " Suara Qaz kedengaran lirih sekali di pendengaran Hana .

Yalah , siapa tidak sedih ayah kandung sendiri tidak mengaku Qaz ini anak dia . Lagi sedih apabila Qaz langsung tidak dapat bertemu dengan ibu kandungnya . Langsung tidak kenal rupa paras ibunya sekarang .



•♕•♕•




" Ay, yai, yai I'm your little butterfly, green, black and blue , make the colours in the sky. " Nyanyi Rayqal Shen sambil bermain PUBG bersama-sama Anif dan Radin . Sekali tangannya pantas menekan skrin .

Rakan baik Qaz datang mengejut dengan membawa kfc . Irfan apa lagi , dia capai dahulu ayam bahagian peha dan kepak .

Mana tahu lepas ini dia boleh terbang jauh .

" Bukanlah . Ay, yai yai pak ali jual petai - "

Buk !

" Aduh ! Sakitlah punggung Irfan. Apa Uncle Shen ni . Tak baik tolak orang . " Rungut Irfan . Dia tengah bernyanyi, Uncle Shen selamba mengambil alih tempat duduknya .

Shen mengguling bebola mata .

" Memanglah tak baik tolak orang tapi kira uncle baik la kan , tolak Irfan . "

" Uncle tak pernah tak baik . Selalu buli orang . "

" Ya . Terutama Irfan , si zirafah . "

Irfan mengherot bibir ke sana ke sini. Adalah tu bibirnya mengata sesuatu . Dia beralih ke arah Hafine . Jauh daripada Shen . Luis , Avrin dan Eirna menggeleng kepala .

Perangai macam budak-budak .
Shen pun sama .

" Irfan , kau tak rindu dekat Vien ? " Soal Zein tiba-tiba .

" Gilalah tak rindu . Nama pun kawan baik . Mestilah rindu . " Jawab Irfan jujur .

" Then , call Vien. " Sampuk Anif .

" Err... Phone Vien , Irfan ambil . Bagi dekat orang . " Irfan tersengih nakal . Telinga-telinga yang mendengar, sekadar menggeleng kepala.

" Lah , call public phone . " Celah Luis pula.

Irfan meraup mukanya kasar . Kepala menyandar ke sofa . Kenapalah semua rakan Uncle Qaz banyak loyar buruk ni .

" Nanti Irfan pergi ke tempat Vien dengan satu public phone . Lepastu , Irfan letak dekat situ . Irfan balik Malaysia semula . Then , Irfan call public phone sana . Bukan Vien yang angkat , polis yang angkat , memang habis Irfan nanti . " Balas Irfan selamba .

Semua ketawa kecil.

" Polis cari, Irfan cabut lari dulu. " Tambah Afin sambil ketawa kecil .

" Tak apa weh! Nanti aku tampal gambar Irfan dekat setiap tempat . Kalau orang tanya kenapa , aku akan cakap dia ni dah angkut Public Phone di Malaysia letak di negara orang lain . Nampak muka ni , bagitahu kami . Wanted ! Nak hantar dekat polis . " Tutur Radin , tidak kurang juga loyar buruknya. Tangannya berhigh-five dengan Afin .

Irfan terbungkam . Bibir diketap .Tak adil 6 vs 1 . Tidak mengapalah .

Biasa dia kenakan orang , hari ini rakan-rakan baik Qaz kenakannya . Nasib badan .

Semua perbualan tergendala apabila terdengar derapan kaki menuruni tangga bersama gelak ketawa . Semua mata memusatkan pandangan ke arah mereka berdua .

" Dah habis sesi meluahkan perasaan ? " Sindir Shen sambil mengerling abang iparnya , Qaz .

" Dah . Kalau tak kakak kau tak akan ketawa . "

Tuturan Qaz menyebabkan Hana mencubit perut Qaz geram . Mengenakan orang nombor satu .

" Sekejap . Kak Hana nak tanya . Siapa lagi tahu identiti Qaz yang sebenar? "

Masing-masing berpandangan. Luis orang pertama mengangkat tangan diikuti dengan Zein dan diakhiri dengan Hafine .

Sama ada Hana mahupun Qaz , kedua-dua membulat mata . Yang lain dia tidak terkejut sangat . Hafine ini buat mereka terkejut .

" Tapi papa tak pernah ceritakan dekat Hafine atau Kizz pun . "

Hafine menguntum senyuman senget seraya meraup rambut ke belakang .

" Well . Thanks to you , papa sebab tak tutup pintu rapat-rapat . Hafine dengar suara papa marah dengan seseorang ..Urm tak silap Hafine orang kanan ayah kepada papa ? And Kizz pun dah tahu . Hafine bagitahu dia . " Sengih Hafine tidak bersalah .

Qaz mengemam bibir . Hana di sisi mencerlung tajam ke arah Qaz . Ada lagi Qaz tidak beritahunya .

" Tapi kenapa kau simpan rahsia ni daripada kita orang , Qaz ? We're your family too . " Sampuk Radin pula , sedikit kecewa dengan perangai Qaz suka pendam seorang diri .

" Aku pun kecewa dengan kau , Qaz. " Celah Afin pula . Dia menggeleng kepala .

Bibir sendiri , Qaz gigit . Rambut diraup ke belakang . Semua seolah-olah menunding jari kepadanya .

" Kau orang nak salahkan aku ? Go ahead . But do you know where we are now ? Di sekeliling kita penuh dengan musuh . If they know my identity , kau orang fikir kita dah selamat ? " Soal Qaz mendatar .

Semua terdiam .
Betul juga kata Qaz . Jikalau mereka tahu siapa Qaz sebenarnya , lagi banyak musuh mendekati . Tidak kira ahli perniagaan atau politik , dua-dua talam dua muka . Namun , bukan kesemuanya .

" Abang . Ada hadiah orang bagi untuk kau. " Serta-merta Shen bersuara setelah teringatkan sesuatu .

Qaz berpaling , bertembung dengan mata Shen .

" Siapa bagi ? "

" Your rival , Eric . "






Tbc .

Votes and comments as always .

Thank you for waiting my update ! ❤️


- Insane or Savage ?

- Your Favourite Actor.


- Favourite Scene in drama .

- 5 Words for this chapter.

- One words for Irfan .







Unlock new chapter : SPAM VOTES AND COMMENTS ❤️

Continue Reading

You'll Also Like

228K 8.7K 65
π‡πˆπ‹πŒπ€π πˆπ’π€π€π‚ ππˆπ‚πŠ & 𝐓𝐔𝐀𝐍 𝐍𝐔𝐑 π€πŒπˆπ‘π€π’π‡ 𝐗𝐀𝐍𝐃𝐄𝐑 "π•Žπ•šπ•π• 𝕒𝕝𝕨𝕒π•ͺ𝕀 𝕓𝕖 π•ͺ𝕠𝕦𝕣 𝕑𝕣𝕠π•₯𝕖𝕔π•₯π•šπ• π•Ÿ, 𝕄𝕣𝕀 β„•π•š...
250K 1.1K 10
Kisah tentang kakak kandung n kakak ipar nye yg terjebak dalam dunia pelancuran
770K 45.7K 91
[ COMPLETED ] KARYA PERTAMA Mafia . Bunuh . Darah . Dendam . Segalanya bertukar menjadi gelap setelah kesemua ahli keluarganya dibunuh di hadapan mat...