[3] KIMcheees 3x✓

By Arrastory

162K 31.6K 6.5K

[KIMcheees Series] [3] Rumah tak lagi terasa ramai Justru kini teras sepi Tak ada Karaoke ala Hanbin, Bobby T... More

Prolog
Menguatkan Ingatan
Untuk Si Anak Ketiga
Keluarga Kecil Si Sulung
Party
Kakek & Tiga Cucunya
Cerita Cinta Anak Perempuan Satu-satunya
Si Bungsu Dan Para Teman Perempuannya
Kisah Mantan CEO Lambe
Keluarga Lain Haruto
Ruru
Panti Asuhan
Cucu Pertama dan Anak Terandom
Cerita Cinta Si Bungsu
Kapan Nikah?
HMM
Hari Lahir Si Anak Sulung
TV Baru
Golongan Manusia Bucin
Sidang Dadakan
dr. Kim Hanbin
Keluarga Hayi
Sweet Seventeen
Curhat Dooong
Buka Puasa
"Apa pendapat kamu tentang orang yang masih tinggal sama mertua?"
GIMANA CARA NGOMONGNYA?!
Dha's Clothing
Haruto Pernah Merasakannya
Malam Sebelum Lebaran
Lebaran Lagi Kitaaa
Tragedi Lamaran Jilid II
Princess-nya Heechul Cees
Demi Halal
The Ipar's
"... tau gak kenapa Dahyun gak cantik?"
Gabutnya Tuan Muda
Sehari Bersama Sultan
Anak Baru
Kim Donghyuk, S.H
SIRAM SAJA SUDAH!
ALHAMDULILLAH SAAAH!
Target Ngidam Baru
Duta LDR
Impersonate ala Heechul cees
Kado Antimainstream
Cemburu Ala Mereka
Huru Hara Ibu Hamil
Calon Anggota Tetap?
Pasukan Bunda
HBD y
Duo Bungsu
Duta Pariwisata
Jadi Pengasuh
Jagoan Lagi
Hayi kapan?
Nama Anak
Rumah Yang Sepi
Si Bungsu
Bukan Satu-satunya
Circle Yang Sulit Ditembus
Harta, Tahta, Rangers Bungsu Bunda
"Bapak Lo Ulang Tahun"
7iKAN is Back
Tempat Ngungsi
Calon Penduduk Sementara Graper 2
Hayi dan Segala Tingkahnya
Little Lambe
Korban Ngidam
Nikah?
Makan-makan
Nggak Jadi Pindah😫
Princess Satu-Satunya
Takut Nikah
Insecure
Nyerah?
CINCIN
Panitai Acara
Datang Lebih Awal
Si Bayi Ajaib
Ritual Penyambutan Kim Hajoon
Pesta Bujang
Akhirnya Nikah Juga

Harapan yang Terkubur

2K 419 79
By Arrastory

"Penganten baru euy ..." goda Hanbin yang langsung mendapatkan sebatan sarung dari Seunghoon. "Lancar, Bang?"

Acara resepsi sudah selesai kemarin sore, keluarga besar Hayi bahkan sudah pulang di malam hari. Dan menyisakan sepasang pengantin baru, sepasang mantan suami istri, dan sepasang kekasih yang masih tidak saling bicara.

Pagi ini Bang Seunghoon, Papah Lee, dan Hanbin. Ketiganya baru saja pulang jemaah subuh di surau dekat rumah. Hanbin yang anaknya sok akrab tentu saja dengan mudah bersosialisasi bersama penduduk lainnya.

"Bang, baru sehari jadi pengantin. Jangan dulu gila laaah ..." tegur Hanbin saat melihat Abang dari kekasihnya sedang senyum-senyum tidak jelas.

"Yang belum berpengalaman, mana paham ..." sindir Seunghoon. Sedangkan Hanbin hanya mencibir saja. Ia kalah telak.

"Pah, anaknya suruh bikin partai partai politik deh. Bang Hoon cocok banget buat jadi DPR, ngomongnya pedes."

Papah Lee hanya tertawa saja, Hanbin memang sudah seperti anaknya. Bahkan, Papah jauh lebih dekat dengan Hanbin daripada Hayi. Pria paruh baya ini cukup sering menanyakan perkembangan putri bungsunya melalui Hanbin.

"Momen langka banget niiih," komentar Papah saat ia dan dua makhluk lainnya masuk ke dalam rumah melalui pintu samping. "Biasanya jam segini dapur masih dingin, boro-boro ada makanan. Gasnya aja kadang abis."

Maklum, sebelumnya rumah ini hanya diisi oleh seorang duda, dan bujangan. Tetapi khusus hari ini, Hayi dan Sang Mamah, serta Seulgi. Mereka bertiga kolaborasi membuat sarapan pagi.

"Apaan itu makan gorengan?" Papah Lee langsung menyengir, bakwan panas yang sudah ada di tangannya kini sudah kembali ke tempat asal. Jangan lupakan tatapan tajam Sang Mantan Istri yang memegang spatula sebagai senjata.

"Omelin Mah," hasut Seunghoon. "Kalo sama aku ngejawab mulu tuh."

"Baru kali ini padahal," Papah Lee berlaga sedih, bibir bawahnya maju.

"Kfc, burger, pizza, martabak telor ..." saut Hayi yang datang bersama Kakak ipar barunya. "Kemarin Papah juga minum cola."

Bang Seunghoon, Hayi dan Sang Mamah. Tiga pasang mata itu menatap penuh intimidasi kepada Papah Lee. "Jiaaah, Papah menciut," dan jangan lupakan Kim Hanbin, Si manusia kompor. Diantara mereka semua, hanya Kang Seulgi yang masih terlihat cukup waras.

"Yaudah, ayok makan dulu ..." Mamah akhirnya menghentikan interogasi kepada Mantan suaminya.

"Pah," panggil Hanbin. "Bakwannya enak looh."

Kim Hanbin dan rasa takutnya yang minim, pria itu dengan santai menggoda Papah dari kekasihnya. Gak ada takut-takutnya emang ini manusia.

"Bin, kaga direstuin mampus lo!" saut Seunghoon. Membuat Hanbin berhenti menggoda Papah Lee. Dan kali ini meja makan kembali terisi oleh tawa, tetapi versi menertawakan Hanbin.

Empat pasang mata dengan kompak menatap lengan Mamah yang mengambilkan nasi putih ke piring Papah Lee. "Apa kalian liat-liat, iri?" tanya Papah Lee.

"Inget Pah, udah cerai ..." balas Hayi yang dengan santai mengambil roti bakar, wajahnya terlihat santai, seakan tanpa beban.

"Rawit aja insecure sama mulut Hayi," komentar Seunghoon. "Makasih Sayang," lanjut pengantin baru yang piringnya kini sudah terisi oleh nasi dan berbagai lauk.

"Apa?" tanya Hayi dingin, sedangkan Hanbin mengulurkan piringnya kepada Hayi. "Ambil sendiri."

Lagi, ruang makan kembali diisi oleh tawa. Menertawakan Hanbin yang terdzolimi.

"Ghina masih tinggal di deket sungai, kan?" tanya Mamah, entah kepada siapa.

"Masih," jawab Papah Lee. "biasanya jam segini lagi ngasuh cucunya."

"Loh, udah punya cucu?"

Papah Lee menganggukkan kepalanya, mengunyah salmon dengan tenang. "Cuma kita yang belum dapet," jawab Papah Lee.

"Bang, kode ..." saut Hanbin. "Gas laaaah."

"Cowok dulu ya, Bang ..." saut Mamah. "Biar kaya Jisung."

"Atau kaya anaknya Donghyuk, kembar."

"Donghyuk belum nikah, Pah ..." jawab Hanbin. "Itu anaknya Bang Bobby."

"Loh, Kakak kamu Donghyuk atau Bobby?"

"Kakak aku Heechul, Pah ..." jawab Hanbin dan langsung mendapatkan lemparan timun dari Seunghoon.

💃

"Hayi mana, Bang?" tanya Hanbin. Lelaki itu baru selesai membersihkan diri. Dan saat berjalan menuju luar, ia hanya melihat sepasang pengantin baru yang sedang bermesraan di ruang keluarga.

"Paling ke kebun teh," jawab Bang Seunghoon.

"Mamah sama Papah?"

"Keliling, nostalgia."

Hanbin hanya mengangguk saja, dan setelah itu memilih pamit keluar. Lebih baik ia mencari Hayi, dari apa cosplay obat nyamuk diantara pengantin baru.

Udara dingin langsung menyambut Hanbin, tempat tinggal Papah Hayi memang berada di area pegunungan. Walaupun tak sedingin rumah Nenek, tetapi tidak bisa dibilang panas seperti Graha Permai yang seperti neraka.

Perkebunan Teh adalah pemandangan yang selalu dilihat oleh mata. Hijau, dan menyegarkan.

Senyuman Hanbin langsung terbit, ia melihat Hayi yang duduk di sebuah kursi. Tatapan mata perempuan itu terlihat sedang memperhatikan hamparan kebun teh yang mengelilinginya.

Langkah Hanbin semakin cepat, ia bersemangat untuk menghampiri Hayi. Jaket yang dipakainya kini sudah terlepas. Dan saat sudah berada di dekat Hayi, jaket rajut coklat itu sudah menyelimuti tubuh Hayi yang hanya mengenakan dress selutut dengan lengan pendek.

Suasana diantara keduanya terasa sangat hening. Hayi masih tetap diam dan menatap kosong, sedangkan Hanbin duduk di sebelah Hayi, bersandar pada kursi kayu.

Hanbin langsung duduk menegak, ia kira kekasihnya ini hanya melamun dan menikmati pemandangan kebun. Tetapi saat melihat pundak Hayi yang bergetar, Hanbin dengan sigap merubah posisi duduknya.

Tak ada niatan untuk bertanya. Hanbin lebih memilih untuk memeluk Hayi, mengelus-elus punggungnya dan membiarkan Hayi menangis. Biarkan Hayi melupakan segala sesuatu yang ditahannya.

Semenjak Hanbin datang, ia sesekali mencuri-curi pandang kepada Hayi. Dan Hanbin sering melihat Hayi sedang memperhatikan interaksi kedua orang tuanya. Puncaknya bahkan saat resepsi pernikahan Bang Seunghoon kemarin, Hanbin melihat tatapan sendu bercampur senang Hayi saat melihat ke pelaminan. Bukan, Hayi bukan memperhatikan abangnya. Hayi lebih fokus pada kedua orang tua yang duduk bersebelahan menemani putra sulung mereka.

"Aku takut ..." gumam Hayi yang bisa dengan jelas Hanbin dengar.

Hanbin yang tak tahu kemana arah pembicaraan Hayi, memilih untuk mengeratkan pelukannya saja. Membiarkan Hayi berbicara.

"Kenapa Mamah sama Papah terusan-terusan berakting bahagia? Kenapa mereka seakan memberikan harapan?"

Masih tidak paham kemana pembicaraan Hayi, "Mereka gak akting, mereka emang benar-benar bahagia ..." jawab Hanbin.

"Dan itu menakutkan," balas Hayi, membuat Hanbin semakin bingung. "Aku takut semakin berharap."

Hanbin mengangguk, sedikit demi sedikit ia menemukan jawaban.

"Kamu takut kalo kau semakin berharap kalo Papah sama Mamah kembali bersama?" tanya Hanbin. Dan anggukkan kepala Hayi menjadi sebuah jawaban.

Kali ini Hanbin mengetahui rasanya. Sebesar apapun usaha seorang anak untuk menepis keinginan orang tuanya kembali bersama, rasa itu akan tetap ada. Harapan bahwa keluarganya akan kembali utuh selalu muncul, bahkan setelah berusaha untuk menguburnya.

"Nikmati dulu aja," balas Hanbin. "Sekalipun Papah sama Mamah kamu gak bisa bersama. Tapi setidaknya sekarang mereka baik-baik aja."

Hayi hanya terdiam, ia berusaha untuk mengatur nafasnya yang tersenggal-senggal.

"Kita gak bisa maksa, itu hidup mereka," lanjut Hanbin. "Itu kata Mas Jinan, waktu Dahyun berusaha buat nyatuin ayah sama bunda lagi."

"Tau gak sih, karena liat Ayah sama Bunda. Harapan lama yang aku kubur, sedikit demi sedikit datang dan bermunculan."

Hanbin mengangguk paham. "Kamu iri?"

"Sangat," jawab Hayi. "Padahal dulu, permasalahan Ayah sama Bunda lebih parah daripada Mamah sama Papah."

"Kadang aku mau banget ngurusin Mamah sama Papah bersamaan, tapi mereka bahkan gak bisa tinggal di rumah yang sama."

"Kamu bisa berbagi tugas sama Bang Hoon," balas Hanbin. "Setidaknya kalian gak buat Papah sama Mamah hidup sendiri."

"Aku gak mau ngerepotin Mba Seulgi."

"Kalo kamu nanti nikah, apa kamu gak takut merepotkan suami kamu juga?"

Hayi mendongakkan kepalanya, "Kamu merasa direpotkan?"

"Kamu bakalan nikah sama aku?" bukannya menjawab, Hanbin justru balik bertanya. Dan decakan sebal dari Hayi membuat tawa Hanbin pecah.

"Bang Hoon bakalan pindah ke luar kota," kata Hayi. "Aku yakin Papah gak akan ikut. Sedangkan Mamah masih harus check up setiap bulan."

"Kenapa Papah gak ikut tinggal sama kamu aja?"

"Ck! Kan udah aku bilang, mereka gak bisa tinggal di rumah yang sama," jawab Hayi kesal.

"Tetangga kamu kan rumahnya di kontrakin," balas Hanbin. "Sewa aja buat Papah."

"Terus Papah sendirian?"

Hanbin diam sejenak, "Kayanya komplek perumahan kamu bukan jenis manusia yang peduli sama tetangga deh," gumam Hanbin. "Jadi, mau Papah sama Mamah tinggal serumah juga gak akan peduli. Toh ada kamu ini."

"Kalo mereka satu rumah, aku makin takut ..." balas Hayi. "Aku takut harapan yang dulu aku kubur kembali kegali."

Hanbin menghela nafasnya, "Aku mau nanya satu hal."

"Apa?"

"Alasan kamu gak mau nikah ..." kata Hanbin, ia berusaha melawan keraguannya. "Apa karena takut ngerepotin aku karena kamu mau ngurusin Mamah sama Papah?"

Hayi dengan santai menggelengkan kepala, "Aku yakin kamu gak akan ngerasa repot," jawab Hayi dan disahuti anggukkan Hanbin. "Aku cuma takut kalo nanti berada diposisi Mamah sama Papah."

Tbc

Selama ngetik ini, otak aku terus-terusan nyinyir. "Tau apa lo tentang anak yang jadi korban perceraian? Hidup sama orang tua aja cuma 12 tahu."

Iya emang, otak aku lebih pedes daripada mulut Teh Hayi.

Continue Reading

You'll Also Like

31.7K 2.5K 49
4 cegil dengan kisah mereka masing-masing Karina si gagal move on Giselle si paling Friendzone Winter si paling gak peka Dan Ningning si paling gak j...
184K 29.2K 98
ʏᴀ ᴀᴘᴀʟᴀɢɪ ᴋᴀʟᴏ ʙᴜᴋᴀɴ ɴɢᴏᴍᴏɴɢɪɴ ᴏʀᴀɴɢ? ᴀᴛᴀᴜ ʙᴀʜᴋᴀɴ ᴋᴇᴘᴏɪɴ ꜱᴀᴍᴘᴇ ᴋᴇ ᴀᴋᴀʀ? ʜᴀʀᴜꜱ ʜᴀᴛɪ2 ᴍᴀᴋᴀɴʏᴀ ᴋʟᴏ ᴋᴇᴛᴇᴍᴜ ᴍᴇʀᴇᴋᴀ ( ͡° ͜ʖ ͡°) (°͡ ʖ͜ °͡ ) Nur_Nuriza ©0...
3.2K 444 51
"bukannya kita berjanji untuk tidak saling meninggalkan lagi? Namun kemana janji itu sekarang?"
81.7K 7.8K 23
Brothership Not BL! Mark Lee, Laki-laki korporat berumur 26 tahun belum menikah trus di tuntut sempurna oleh orang tuanya. Tapi ia tidak pernah diper...