πŽπ”π“π„π‘ 𝐒𝐏𝐀𝐂𝐄 β”οΈŽβ”οΈŽ bu...

By rhevelinnix

4.1K 535 157

πŽπ”π“π„π‘ 𝐒𝐏𝐀𝐂𝐄, 𝐈𝐍 π–π‡πˆπ‚π‡ ━ sally's thrown into a different reality and meet the white wolf ❝ β„Ž... More

πŽπ”π“π„π‘ 𝐒𝐏𝐀𝐂𝐄
pre-face.
π†π„ππ„π’πˆπ’
two.
three.
four.

one.

594 83 58
By rhevelinnix

CHAPTER ONE. OUT OF KNOWHERE


AKU TERBANGUN didalam sebuah gubuk kecil dengan anak-anak berkulit gelap sedang mengitariku. Wajah mereka nampak dilukis menutupi area wajah mereka.

Seketika mata ku terbuka lebar, anak-anak itu bergegas keluar dari gubuk dan meninggalkan ku seorang diri.

Rasa sakit menjalar diseluruh tubuhku sesaat mencoba bangkit dari tempat tidur yang terbuat dari bambu ini.

Rasa-rasanya tulang ku seperti dipatahkan. Suara erangan kesakitan keluar dari bibir ku membuat beberapa, lebih tepatnya segerombolan orang masuk kedalam tempat ini.

Suara bisik-bisik dalam bahasa asing terdengar di telingaku seraya mereka berjalan menghampiri ku.

"Nona? Ada apa?" Ujar mereka dalam bahasa inggris. Aku menghela nafas lega. Ku kira aku berada di dunia lain.

Sekali lagi aku mencoba untuk mendudukkan diriku tapi kali ini rasa nyeri menjalar di seluruh ruas tulang punggungku. Membuatku meringis kesakitan.

Orang-orang itu hanya bisa menatap ku dengan pandangan yang cukup aneh kemudian mereka kembali berbicara dalam bahasa itu.

"Apa kau yakin ingin membantunya?"  Ujar Pria yang mengenakan jubah berwarna biru dengan corak unik dan lagi-lagi dengan bahasa yang asing di telinga ku

"Okoye sudah memperingatkan aku untuk tidak membawa orang asing kembali ke Wakanda. Kamu tahu itu," Sahut orang di seberangnya yang memiliki penampilan lebih aneh lagi. Wajahnya memiliki tonjolan-tonjolan kecil di sekitaran pipi dan rahang nya.

Lalu orang itu kembali berbicara, "apalagi dia berkulit putih. Si Serigala putih sudah cukup untuk kita, " Sungguh sebenarnya aku macam kambing congek disini. Aku tak mengerti apapun yang dibicarakan mereka.

"Just, bring her here." Ujar seseorang dari arah pintu masuk gubuk ini.

Sesaat pandangan ku dan pria berambut panjang itu bertemu. Ia langsung memutuskan dengan cepat pandangan itu dan kembali berjalan keluar dari gubuk ini

Aku yang terheran-heran melihat bagaimana cara orang itu pun memandangku membuat aku kembali mencoba duduk tetapi kini rasa sakitnya makin parah lagi.

Sementara dua orang pria kulit hitam tadi menghela nafasnya dan mengangguk sembari membuka telapak tangannya. Dan seketika ada portrait wanita keluar dari tangannya.

Teknologi macam apa ini- Dimana aku sebenarnya?! aku meracau frustrasi dalam hati. Jengah dengan keadaan yang memusingkan ini. Ditambah lagi tubuh ku yang mulai mati rasa tambah pecah kepala ku ini.

"Princess," Ujar pria tadi pada orang yang orang yang ada di tangannya. Putri? Oh baiklah sudah hilang waras sepertinya aku

Aku pun memutuskan untuk menenangkan diri dengan menutup mata sejenak. Tak berselang lama segerombolan orang kembali masuk kedalam gubuk ini. Membuat ruang menjadi lebih sempit dan sesak, "Kalian keluar saja dulu, "Ujar seseorang wanita yang wajahnya tertutupi oleh pria-pria berbadan tinggi di depannya.

Mereka pun satu persatu pergi meninggalkan tepat ini dan menyisakan wanita muda yang ada di alat komunikasi tadi serta 2 orang pria lainnya dan 1 orang wanita botak yang nampak berjaga didepan pintu sembari menatap nyalang kearah ku.

Seorang wanita muda yang kurasa umurnya tak jauh berbeda dariku berjalan menuju kearah ku, "Hai, namaku Shuri." Kenalnya pada ku sembari tersenyum manis

Aku pun membalas senyumannya, "Aku Lorna, dimana aku sekarang?" Tanyaku kali ini dengan berani. Namun Shuri tidak mengatakan sepatah kata apapun. Ia malah mengecek seluruh bagian tubuh ku dengan sebuah sinar yang terpancar dari gelang di tangannya.

Tanda-tanda merah memenuhi seluruh alat pemindai itu, "Bawa dia ke atas." Salah seorang pria memegang lengan ku dan menyuntikkan sesuatu disana. Seketika pandangan ku kembali memburam

Hal terakhir yang kulihat, hanyalah pria berambut panjang tadi di bibir pintu. Menatap lekat kearah ku.

Disana terbaring lemah seorang wanita yang ku kira selama ini sudah tiada.

Sudah 65 tahun lamanya semenjak ia terbunuh dalam misinya menyelamatkan para mutan. Tapi kenapa tiba-tiba ia muncul kembali?

Sally. Namanya Sally. Aku mengenalnya pada saat kami berada di Hydra.

Pada tahun itu, tahun '46 sampai '48 lebih tepatnya. Pasca perang dunia kedua. Hydra sedang gencarnya mencari seluruh mutan di bumi ini dan menangkap mereka.

Mengeksploitasi mereka dan berharap dapat memanfaatkan mereka demi kepentingan Hydra menaklukkan dunia.

Sally menjadi percobaan pertama mereka untuk dijadikan alat. Melatihnya untuk membunuh, bertahan diri, dan juga meningkatkan kekuatannya. Sering kali juga ia di lukai oleh penjaga-pejaga sel Hydra.

Ia diletakkan ditempat yang berbeda  dari mutan-mutan lainnya. Ia berada di sel yang seluruhnya terbuat dari plastik dan benda non-magnetik. Dan itu juga karena ku.

Suara erangan mengalihkan pikiran Bucky yang melayang pada bayang-bayang masa lalu.

Bucky berjalan menghampiri Shuri yang sedang memeriksa Sally, "Apa dia baik-baik saja?" Tanya Bucky cemas.

Tatapan keraguan terpancarkan dari mata Shuri. Namun wanita itu tetap bersikap profesional dan mengalihkan atensi Bucky pada layar monitor yang menunjukan perkembangan dari Sally.

"Ada suatu hal yang belum bisa ku mengerti disini," Ujar Shuri jujur. Kemudian ia membesarkan layar monitor itu, menampilkan lebih detail bagian dalam tubuh Sally. Lebih tepatnya peredaran darah perempuan itu

"Medan magnet didalam tubuhnya berjalan dengan teratur, aku belum pernah melihat fenomena ini sebelumnya pada manusia."

Shuri kembali memperbesar skala monitor itu, membuatnya menampilkan atom-atom dari tubuh Sally.

"Magnetit. Sebagian besar mineral didalam tubuhnya terdiri dari senyawa ini." Ujar Shuri

"Manusia memang memiliki medan magnet didalam dirinya. Namun arahnya acak." Di layar monitor lainnya, suhu tubuh Sally di pantau dengan gelombang elektromagnetik, "Semuanya merah, tidak ada yang hijau atau kuning sedikit pun."

Sesaat Bucky menatap wajah Sally, ada rasa rindu tersendiri yang membuncah di dadanya. Memori-memori lamanya kembali terbuka satu persatu. Mengingatkannya pada perempuan yang menjadi tempat dimana hatinya berlabuh bertahun tahun silam.

Wanita yang telah berjasa membebaskan Bucky dari suramnya Hydra. Berjanji untuk hidup bersama selamanya. Meski semua hanya angan belaka yang baru sedikit mereka cicipi.

"Sergeant Barnes," Panggil Shuri membuat atensi Bucky berpindah, "Kau bilang, kau kenal dia, bukan?" Bucky pun mengangguk

"Bisa ikut aku sebentar," Mereka pun berjalan keluar dari ruangan itu. Lebih tepatnya keluar dari Wakanda. Menuju tempat dimana Sally ditemukan.

"Tepat 2 hari yang lalu, Jendral Okoye melihat ada sesuatu yang jatuh dari angkasa di perbatasan Wakanda."

"Ia kira hanya benda astronomi biasa. Tapi ini manusia." Ujar Shuri

"Technically, dia bukan manusia." Ujar Bucky seraya menjongkokkan dirinya didekat tanah tempat Sally ditemukan

"She's a mutant." Ujar Bucky tanpa mengalihkan pandangannya sedikit pun dari tanah.

"Mutant?"

Earth-19999 —
Berlevåg, Norway

Musim dingin telah memasuki bulan November. Nampak seorang perempuan tengah mengangkat jemuran di belakang rumahnya tatkala salju pertama telah turun.

"Danny!" Teriak Sally seraya membawa masuk keranjang pakaian yang dibawanya dan meletakkannya di Laundry Room.

"Dan! Berhenti bermain pesawat bodohmu itu atau akan ku hancurkan nanti!" Teriak Sally di ujung tangga dan berlalu menuju dapur menyiapkan sarapan untuk ia dan adiknya.

Suara langkah gontai terdengar dari arah tangga, tanda Danny 'si pemalas' itu telah turun.

Sally berkacak pinggang melihat Danny mendudukkan dirinya di sofa ruang keluarga dan malah asyik menunggu sitkom kesukaannya dimulai

"Hei, Sal! Ayo sini! Acaranya sebentar lagi akan dimulai!" Sally menghela nafasnya pelan kemudian beranjak ke dapur dan mematikan kompor.

"Sepertinya aku butuh istirahat." Monolog Sally seraya menuangkan Susu pada sereal di mangkuk.

"Ini," dengan wajah sumringah Danny menerima mangkuk yang di berikan Sally, "Maaf, hanya ini yang bisa ku beli." Ujar Sally seraya mendudukkan dirinya di sebelah Danny

"Tidak apa-apa, Sal. Sereal juga enak kok." Ujar Danny sembari menyendok kan sereal ke dalam mulutnya.

Danny tau, semenjak kedua orang tuanya meninggal. Sally sudah bersusah payah mencari uang untuk menghidupi mereka. Terlebih lagi pada masa-masa seperti ini. Ekonomi yang belum stabil pasca perang dunia kedua.

Sepanjang 5 menit pertama, hening menyelimuti mereka hanya suara televisi lah yang terdengar. Tawa para audience menyeruak di seluruh ruangan begitu pula dengan Danny yang nampak sangat menikmati sitkom itu.

Namun sebuah suara ketukan pintu menginterupsi dan mengalihkan atensi mereka, "Sal?" Panggil Danny

"Siapa yang datang saat salju sedang turun lebat-lebatnya?" Sambung Danny bertanya keheranan

Sally hanya menggelengkan kepalanya, "Aku tidak tau." Sally menaruh mangkuk yang ada di tangannya ke meja di depannya, "Tunggu disini."

Insting Sally tiba-tiba saja meremang sesaat ia sampai di depan pintu.
Ia merasa ada yang tidak beres disini. Sally mendekatkan matanya pada lubang yang ada di pintu namun hanya gelap yang ia lihat.

Suara ketukan makin keras membuat Sally akhirnya membukakan pintu untuk mereka.

Digesernya slot yang mengunci pintu rumahnya dengan perlahan, "Iya. Cari sia— " Sebuah tembakan obat bius berbentuk panah kecil tertancap di leher Sally sesaat ketika ia membukakan pintu.

Dalam sekejap tubuh Sally tergeletak di lantai membuat Danny dengan cepat berdiri, "SALLY!" Teriak Danny dan berlari kearah kakak angkatnya itu.

Suara tembakan bertubi-tubi menguap di seluruh penjuru ruangan. Peluru-peluru itu dengan ganasnya menembus tubuh Danny. Membuat Danny tergeletak di lantai sama seperti Sally. Namun, ia tak bernyawa lagi.

"солдат, возьми ее." ( soldier, bawa dia. ) Ucap orang yang menembak Danny seraya kembali menaruh pistolnya di sakunya.

Prajurit yang disuruh itupun mengangkat tubuh Sally dan membawanya pergi dari sana. Meninggalkan Danny yang bersimbah darah dengan pintu terbuka begitu saja

HAIII yaampunn akhirnya chapter pertama up !! sedikit aneh but ya, gpp :D

wdyt abt this chapter ? →

POP QUIZ ! :
Apa rumus kimia magnetit ?

ayoo yang bisa jawab dapet piring cuantik nih.

Continue Reading

You'll Also Like

2.4M 208K 68
[FOLLOW SEBELUM BACA] Refara, seorang gadis cantik yang hidup sebatang kara. Sejak kecil ia tinggal di panti asuhan dan memutuskan untuk hidup mandir...
163K 6.9K 35
"Dia seperti mata kuliah yang diampunya. Rumit!" Kalimat itu cukup untuk Zira menggambarkan seorang Zayn Malik Akbar, tidak ada yang tidak mengenal d...
452K 33.5K 24
[ BUDAYAKAN FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA] @rryaxx_x8 Adrea tidak percaya dengan yang namanya transmigrasi. Mungkin didalam novel itu wajar. Tapi bagai...
6.1K 784 22
ini hanya cerita fiksi !!