01: 30 | KookV

By Kim_chiisgood

27.1K 3.6K 156

Abracadabra!!! ... here comes the magic spell. Sebuah keajaiban- atau mungkin kutukan? Semua yang kemudian m... More

0
1
2
3
4
5
6
7
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20

8

1K 165 0
By Kim_chiisgood

.
.
.

Jeongguk dan Taehyung dikejutkan dengan ketukan berulang-ulang dari pintu depan vila saat keduanya sedang membaca bersama di ruang tengah.

Keduanya memang jadi sering menghabiskan waktu bersama karena cuma berdua di vila. Tapi tidak bersama dalam hal berinteraksi. Lebih tepatnya berada ditempat yang sama tapi dengan kegiatan masing-masing. Taehyung yang sibuk mengecat kuku-kukunya dan Jeongguk yang membaca buku.

Taehyung sedikitnya heran dengan Jeongguk. Dia yang selalu membaca buku tapi Taehyung yang melihatnya yang bosan.

Wina, pelayan pribadi Jeongguk datang ditemani seorang gadis muda lainnya saat Jeongguk menjawab lewat intercom mempersilahkan mereka masuk.

Kedua gadis tersebut rupanya membawa kabar dari sang Nyonya manor. Masuk dengan sopan dan mulai menyampaikan titah sang Nyonya didepan Jeongguk dan Taehyung yang duduk santai di ruang tengah.

"Tuan. Maaf mengganggu waktu anda. Anda berdua diminta untuk segera kembali ke manor hari ini."

Dengan segera keduanya masuk lebih dalam saat Jeongguk menganggukkan kepalanya. Mempersiapkan barang milik tuan mereka untuk dibawah kembali ke manor.

"Kau bersiap lah Taehyung. Mereka yang akan membereskan barang-barang mu."

"Jadi kita akan mulai sandiwaranya sekarang?"

"Ya. Begitulah."

"Lakukan dengan baik, ya? Sebenarnya aku ragu sekali dengan kemampuan aktingmu."

Taehyung mencibir, sengaja meremehkan Jeongguk.

"Kau yang harus banyak berakting disini. Apalagi didepan ibuku."

Jeongguk berjalan meninggalkan Taehyung. Berniat menyiapkan dirinya.

"Loh! Memangnya kenapa? Ibumu galak, ya?"

"Kau akan lihat nanti."

Taehyung memandangi punggung Jeongguk. Diam dan berpikir. Ibu mertua nya memang sepertinya tidak suka pada Taehyung sejak hari pertama mereka bertemu. Tapi apa dia harus berakting jadi orang bangsawan juga begitu? Dia kan tidak tau apa-apa...

~

Taehyung berjalan ke arah kamar tamu, berniat menata penampilannya lagi. Tapi tiba-tiba langkahnya terhenti di depan pintu. Baru akan membuka saat sayup-sayup terdengar suara dua pelayan tadi dari dalam. Taehyung memutuskan untuk mengintip saja, mencuri dengar apa yang mereka bicarakan dari celah pintu yang terbuka sedikit. Dia mendengar sekilas tadi, sudah pasti mereka sedang membicarakannya.

'Mereka sepertinya tidak tidur bersama, kan? Masa kamar tamunya berantakan. Seperti ada yang tidur disini. Apa mereka sedang ada masalah, ya?'...

'Apa kau tidak merasa aneh? Pernikahan mereka kan tidak wajar begitu. Pantas saja baru terlihat kalau ternyata banyak masalah. Mungkin saja ini semua rekayasa, kan?'...

'Aku tidak sengaja dengar, nyonya Jeon bilang pada nona Somi kalau tuan Taehyung itu tidak pantas ada disini. Maksudnya kau lihat dia kan?.. Tuan Jeongguk pantas dapat yang lebih baik.'...

Kedua pelayan tersebut masih terus bicara sambil membereskan barang milik Taehyung di kamar tamu. Tidak menyadari sang empunya barang mendengar percakapan mereka sedari tadi.

Taehyung tidak jadi masuk. Mundur perlahan dan berbalik, memutuskan untuk kembali saja ke ruang tengah.

Dia jadi memikirkan perkataan dua pelayan tadi. Biasanya tidak begini. Biasanya Taehyung tidak peduli apa kata orang lain tentang dirinya.

Dia banyak melakukan hal-hal yang mengundang cibiran orang. Sudah biasa. Tapi kali ini mengapa rasanya berbeda?

Saat mendengar kata 'tidak pantas' keluar dari mulut mereka. Entah kenapa Taehyung merasa tidak suka, tidak senang, pikiran dan hatinya terganggu. Padahal toh dia memang tidak ada apa-apanya dengan Jeongguk. Harusnya dia tidak perlu memikirkan pantas atau tidak. Bukan urusannya, kan?

Pelayan-pelayan itu juga tidak sopan sekali pikirnya. Membicarakan hal-hal pribadi tentang majikan mereka dibelakang.

Taehyung harusnya memergoki mereka saja tadi. Bukankah dia juga punya kuasa atas pelayan-pelayan itu?

Sudah pasti dia akan menegur mereka kalau saja kata 'tidak pantas' yang mereka ucapkan tadi tidak lebih dulu mengambil alih pikiran Taehyung. Berputar terulang-ulang dikepala nya. Menggangu seperti nyamuk yang membuatnya pening.

~

Ruangan tempat nya berada sekarang tidak terlalu besar dan mewah. Terkesan lebih minimalis. Taehyung yakin ini ruang kerja Jeongguk. Ukurannya tidak jauh berbeda dengan ruangan milik ayahnya di mansion. Hanya saja disini di dominasi warna hitam dan abu-abu.

"Kau punya selera warna yang jelek."

Cibir Taehyung tiba-tiba.

Berpikir mungkin akan mendapatkan respon dari pemilik ruangan. Tapi Jeongguk masih diam saja disana. Tidak mengalihkan atensinya. Masih duduk di kursi kerjanya, membaca dokumen yang Taehyung tidak tahu apa. Tidak peduli juga pada kehadiran Taehyung yang berkeliaran disekitarnya.

"Tidak bisakah aku ke kamar saja? Kau lama sekali. Aku lelah."

Mereka berdua memang sudah cukup lama disini. Saat mereka datang tadi, Jeongguk langsung mengajak Taehyung ke ruangan kerjanya.

Melakukan pekerjaannya dengan serius dan berakhir mengabaikan Taehyung yang tidak tahu harus berbuat apa untuk menghibur diri.

Dia sudah berkeliling ruangan Jeongguk. Melihat koleksi buku-bukunya, koleksi penghargaan yang didapat nya dari berbagai bidang. Taehyung jadi mengerti. Jeongguk orang yang punya banyak bakat. Dia melakukan segalanya dengan baik. Punya banyak tanggung jawab dan sibuk.

Sedangkan jika dibandingkan, dia tidak melakukan apapun di hidupnya. Hidupnya bisa dibilang hanya penuh dengan bersenang-senang. Tidak ada yang pernah benar-benar memberikan tugas atau tanggung jawab besar pada Taehyung.

Setelah kuliahnya selesai pun Taehyung tidak ada pikiran untuk bekerja. Orang tua dan kakaknya santai saja, tidak memaksakan apapun kepadanya.

Anak manja kata orang. Tidak perlu dan tidak mau bekerja karena pikirnya orang tuanya kaya raya. Jika semua bisa Taehyung dapatkan lalu mengapa dia harus lelah dengan bekerja. Benar begitu, kan?

Sekarang dia mulai merasa perkataan pelayan tadi masuk akal. Dia memang terlihat tidak pantas untuk Jeon Jeongguk yang hebat ini.

"Kau lihat pintu disana?", Jeongguk akhirnya menjawab Taehyung dan menunjuk ke arah pintu di samping ruangannya.

"Pintu itu langsung mengarah ke kamar. Kau bisa langsung kesana jika ingin istirahat. Mereka pasti sudah selesai membereskannya."

"Tapi itu kamarmu, kan? Kamarku dimana?"

Jeongguk menghela nafas pelan. Sulit baginya berkonsentrasi jika Taehyung terus bertanya dan berkeliaran disekitarnya seperti ini.

"Kita sudah menikah. Kamarku juga kamarmu sekarang, jadi itu kamar kita. Berhenti bertanya, oke? Pergi dan istirahatlah."

Taehyung diam saja saat Jeongguk akhirnya kembali larut dalam kesibukannya. Yang Jeongguk katakan benar. Mereka sudah menikah seharusnya memang tidur bersama.

Taehyung segera berjalan ke arah pintu. Membuka dan menutupnya lagi dengan pelan. Berusaha tidak membuat banyak suara. Bisa-bisa Jeongguk menegurnya lagi nanti.

Jeongguk yang aneh. Bisa tiba-tiba lembut padanya. Namun bisa juga kembali dingin selayaknya orang asing. Taehyung tidak mengerti.

~

"Kau sudah pulang? Kenapa tidak menemui ibu?"

Jeongguk mengangkat kepalanya saat mendengar suara ibunya. Tiba-tiba saja wanita itu sudah didepannya sekarang. Jeongguk tidak ingat ada yang mengetuk pintu atau dia mempersilahkan seseorang masuk tadi.

"Ibu tidak bisa langsung masuk dan mengagetkan aku seperti itu."

"Maaf. Tapi kau terlihat serius sekali sampai tidak menyadari ibu masuk. Apa ada yang menggangu pikiranmu?"

Jeongguk menggeleng. Membiarkan ibunya duduk pada sofa didepan mejanya. Tegak, percaya diri, cantik dan anggun. Ibunya memang selalu anggun.

"Dimana suamimu?"

"Namanya Taehyung, Ibu. Dia ada dikamar."

"Baguslah. Ada sesuatu yang ingin ibu bicarakan denganmu. Pribadi."

Jeongguk mengeryitkan keningnya. Segera berjalan dan medongak ke dalam kamar dari pintu sambung yang dilewati Taehyung tadi. Memperhatikan ke dalamnya dan menemukan Taehyung yang berbaring tenang. Sepertinya memang sudah nyenyak ke alam mimpi.

Jeongguk berjalan menghampiri sofa setelah menutup pintu itu kembali. Duduk didepan ibunya...

"Hal apa yang ingin ibu bicarakan?"

~

Taehyung terbangun saat dirasa ada seseorang yang menepuk lengannya.

"Tuan, tuan. Ayo bangun. Anda harus ikut makan malam."

Taehyung terduduk. Mengucek dan mngerjapkan matanya pelan berusaha melihat dengan jelas siapa orang yang membangunkan nya ini.

Sang pelayan yang menangkap tatapan heran Taehyung pun langsung memperkenalkan dirinya,

"Maaf tuan. Saya Arin. Mulai saat ini akan menjadi pelayan pribadi anda."

Gadis yang ternyata bernama Arin tersebut membungkuk, tersenyum segan pada Taehyung.

"Dimana Jeongguk?"

Taehyung diam saja. Masih terlalu mengantuk untuk menjawab perkenalan gadis itu. Alih-alih menjawab dia malah menanyakan Jeongguk. Sadar disana hanya ada mereka berdua.

"Tuan Jeongguk sedang keluar, Tuan. Mungkin nanti akan bergabung saat makan malam. Anda bisa membersihkan diri dahulu sekarang. Akan saya siapkan."

"Oh. Baiklah. Kau tau dia kemana?"

Gadis itu kembali menatap Taehyung hanya tersenyum malu dan menggeleng. Selanjutnya dia berjalan cepat menuju kamar mandi segera menyiapkan segala keperluan untuk Taehyung bersiap.

~

"Berapa umurmu?" tanya Taehyung sambil mengikat pita dibajunya. Dia tidak ingat punya baju seperti ini. Tapi karena tampak indah jadi dipakainya saja. Mungkin memang sudah dipersiapkan untuknya.

"Enam belas tahun, Tuan"

"Masih muda sekali. Kenapa sudah jadi pelayan disini?"

Raut kaget diwajahnya terlihat sekali. Taehyung tidak pernah menemukan yang seperti ini sebelumnya.

"Karena keluarga saya turun-temurun sudah jadi pelayan di manor ini."

"Oh, begitu. Kau tidak sekolah?"

Taehyung diam memperhatikan Arin yang saat ini membantunya mengikat pita di bagian belakang bajunya.

"Masih Tuan. Saya akan sekolah saat pekerjaan sudah selesai."

Orang-orang di manor ini benar-benar. Mereka semua sudah punya tugas dan tanggung jawab masing-masing diusia muda. Taehyung bahkan tidak bisa membayangkan dirinya bekerja jadi pelayan diusia enam belas tahun. Harusnya kan dia masih melanjutkan sekolah dengan tenang. Bersenang-senang dengan teman sebayanya.

Dia mungkin harus menanyakan ini pada Jeongguk nanti.

Namun Arin pelayan nya yang satu ini nampaknya peka sekali. Dia memperhatikan Taehyung dan tahu apa yang dipikirkannya.

"Ini sudah biasa Tuan. Para pelayan disini memang seperti itu. Keluarga kami memang mengabdi pada keluarga Jeon."

Lagi-lagi dia tersenyum. Taehyung bisa melihat gadis itu menikmati pekerjaannya. Biarkan saja. Yang penting mereka tidak terpaksa.

Yang jelas Taehyung bisa melihat ketulusan dalam melayani di mata gadis kecil ini. Tidak seperti dua pelayan cerewet tadi. Arin gadis yang manis. Taehyung rasa mereka berdua bisa jadi teman kedepannya.

"Kau kan pelayan pribadiku. Kenapa tadi tidak ikut menjemput ke vila?"

Teringat kedua pelayan yang datang ke vila tadi. Dia mungkin bisa mendapat informasi dari Arin saat ini. Dia pasti mengenal mereka.

"Ah.. saya membereskan kamar anda disini Tuan."

"Kau tahu siapa pelayan yang datang ke vila tadi?"

"Itu Wina dan Adia. Wina itu pelayan pribadi tuan Jeongguk."

"Kalian seusia?"

"Tidak Tuan. Mereka lebih tua dari saya. Mungkin sekitar dua puluh tahun."

Taehyung mengangguk-angguk. Mencoba mengingat nama kedua pelayan tadi. Nanti pasti akan berguna Taehyung pikir.

Dua orang itu akan diingatnya. Mereka tidak akan lolos begitu saja setelah dengan asiknya bergosip dan membuat Taehyung kepikiran.

~

Berbeda seperti yang dikatakan oleh Arin, pelayannya tadi. Jeongguk tidak ada disini. Di meja makan besar ini hanya ada Taehyung, Somi dan Nyonya Jeon.

Mereka makan dengan tenang. Tidak ada suara sekecil apapun sampai-sampai membuat Taehyung sakit perut saking gugupnya.

Taehyung sadar ini keluarga bangsawan. Dia hanya tidak mengira tata krama mereka saat makan akan sangat kaku seperti ini. Dia bahkan mencoba untuk tidak bergerak terlalu banyak. Seperti makan diatas danau beku dengan es yang tipis. Salah sedikit gerakan saja bisa menghancurkan makan malam yang tenang ini dan semuanya berantakan.

Taehyung menyadari sedari tadi Nyonya Jeon sedikit banyak memperhatikannya. Sedang menilai dirinya. Dia yakin.

Dia tahu bagaimana makan dengan sikap yang benar. Ibunya sudah mengajari kok sikap dan tata krama makan formal, kalau-kalau dia diharuskan ikut saat pesta yang diadakan perusahaan mereka atau pesta teman ayah ibunya.

Tapi saat dengan orang tuanya mereka masih berbicara setidaknya sedikit. Masih mengobrol santai saat makan. Tidak kaku begini. Canggung sekali rasanya.

Sekarang Taehyung harap Jeongguk ada disini. Bukan! Bukan karena dia merindukan Jeongguk atau apa. Tapi berada ditengah orang asing yang kaku rasanya tidak enak sekali. Satu-satunya yang cukup dekat dengannya hanya Jeongguk. Somi pun berubah jadi wanita bangsawan yang sebenarnya sekarang.

Mungkin inilah yang diwanti-wanti Jeongguk padanya saat di vila tadi. Tentang ibunya, sang Nyonya manor.

Wanita itu punya aura yang kuat namun tetap cantik dan anggun. Semua orang seperti sudah pasti akan memastikan diri bersikap benar saat didepannya. Pengaruhnya terasa kuat sekali di manor ini.

Beliau baru mulai bicara saat acara makan malam mereka selesai. Setelah semua pelayan selesai membereskan tugas mereka dan menghilang dari ruangan tersebut.

"Taehyung."

Taehyung yang sedari tadi makan tanpa gairah seperti biasanya tersentak kecil saat namanya disebut sang ibu mertua.

"Ya, ibu."

Ibu Jeongguk menatapnya lekat. Tatapan yang akan membuat orang lain menundukkan kepala mereka. Tapi tidak dengan Taehyung. Dia malah balas menatap. Tidak mau kalah.

Somi yang berada di antara mereka pun hanya dapat menatap keduanya bergantian. Hawanya terlalu tegang. Dia menelan ludah pelan. Memutuskan untuk diam sekarang, daripada salah bicara bisa menyebabkan dia dalam masalah.

"Bulan depan ada acara sosial di panti asuhan tempat keluarga kami selalu berdonasi. Mengingat kau sekarang bagian dari keluarga ini. Aku minta kau menghadiri acara ini atas nama keluarga Jeon. Atas namaku. Kau bersedia kan?"

"Tentu, Ibu. Aku bisa. Apa aku akan pergi sendirian?"

"Tidak. Bersama Jeongguk tentu saja. Tapi aku harap kau bisa lebih menunjukkan keaktifanmu. Kau disana menggantikan aku. Sebagai Nyonya dari manor Jeon. Kau mengerti?"

"Ah.. begitu. Baiklah. Aku mengerti. Ibu tenang saja aku berbakat dalam hal sosialisasi seperti ini."

Taehyung tersenyum manis santai, terlihat sangat meyakinkan. Seolah-olah dia sudah biasa dengan acara seperti itu. Akting antusias yang bagus walau Nyonya Jeon hanya balas melihatnya datar dengan ekspresi tidak terbaca.

Sejujurnya Taehyung tidak tahu apa yang harus dia lakukan di acara-acara seperti itu. Dia tadi hanya membual. Berusaha tenang walaupun jantungnya sudah berdetak cepat sekali. Tapi aktingnya berhasil.

Egonya tidak akan membiarkan dia menyerah dibawah tatapan mata ibu mertuanya. Jika dia tidak suka dengan Taehyung sekarang dan memutuskan untuk mengujinya, Taehyung tidak keberatan.

Kalau dia mau mencobai Taehyung, maka Taehyung akan menerima tantangannya.




Tbc~


Rada lama yg ini ya. Jariku keseleo gabisa ngetik cepet, sakit 😔
Makasihh sudah baca, sudah vote, yang sudah komen juga 💜

Continue Reading

You'll Also Like

103K 10.3K 24
G A T E KOOKV SERIES JEON JUNGKOOK TOP KIM TAEHYUNG BOT ©R H I E C H I E R I I E
11.6K 1.3K 24
[ END ] Taehyung tidak pernah menyangka, jika pilihannya pada kamar apartement nomor 27 seperti dirinya sedang memilih kehidupan apa yang akan ia jal...
1.5K 228 21
Sequel From Song Of The Moon Giselle berhasil memanggil Jiwa Dewa Bulan dengan nyanyiannya dan kembali memutar waktu. Bersaing dengan waktu untuk seg...
201K 21.8K 41
Menyesal! Haechan menyesal memaksakan kehendaknya untuk bersama dengan Mark Lee, harga yang harus ia bayar untuk memperjuangkan pria itu begitu mahal...