Steal The Prince√

By ThIsGiRlAw

26.3K 2.8K 53

Britney tak pernah menduga, dirinya ini akan terlibat skandal dengan Nathan. Si pangeran sekolah yang hobi re... More

Hola!
Intro
(1)The Competition
(3)Saus tiram
(4)The memories
(5)Unlucky day
(6)Hukuman
(7)Meet him again
(8)Tindakan Ceroboh
(9) Rencana untuk kedepannya
(10) Orang yang ingin dihindari
(11) Terkaan Aneh Menguap
(12) Luapan amarah
(13)Do you trust me?
(14) Harapan satu-satunya
(15) Awal keterikatan
(16) Keputusan
(17) Pagi yang melelahkan
(18) Side Job
(19) Interaksi manis
(20) Iguana
(21) Drama di kantin
(22) Kaktus
(23) Jealousy
(24) Percobaan pertama
(25) Percobaan kedua
(26) Letupan aneh
(27) Sikap aneh mom
(28) Mr. Wales
(29) Mabuk
(30) Pengakuan Nathan
(31) Franco dan Benjamin
(32) Kita?
(33) KSYBT
(34) Mengapung
(35) Ajakan Ben
(36) Party
(37) Jalan buntu
(38) Kunjungan
(39) Ema
(40) Obsesi Ema
(41) Serpihan petunjuk
(42) Teka-teki Wales
(43) Manis kemudian pahit
(44) Ruang Penyiaran
(45) Perlahan terungkap
(46) Titik temu
(47) Buta
(48) Perlombaan
(49) Penangkapan
(50) Pembunuhan
(51) Gelagat aneh
(52) Thomas
(53) Dingin
(54) Jelas
(55) Terungkap
(56) Rumit
Epilog

(2)What happend?

776 77 3
By ThIsGiRlAw


"Nathan di posisi pertama disusul oleh Christian di posisi kedua kemudian Benjamin di posisi ketiga dan... "

Host menyuarakan hasil akhir diikuti sorakan penonton yang semakin awut-awutan.

"Selamat kepada semua pemenang! "

"Lihat! Nathan yang menang! My prince wins," Ema berseru heboh, meliukkan lengannya ke atas secara antusias tak memerdulikan raut wajah Britney yang mulai berubah.

Para pemenang mulai naik ke atas podium untuk menerima hadiah mereka. Sebuah kalung medali emas untuk pemenang di tempat pertama disusul dengan perak untuk tempat kedua dan perunggu untuk pemenang ketiga. Mr.Wales dipersilahkan untuk memberikannya secara langsung.

Britney mendorong wajah Ema yang semakin mendekat kepadanya.

"Lucky! Dia hanya beruntung," ujarnya sembari menatap malas sesi pemberian hadiah di bawah sana.

"Bilang saja kau kesal, ya kan? Jangan lupa pizzaku," Ema berseru kembali seraya bangkit berdiri. Sudah siap dengan papan namanya lagi.

Britney melipat tangannya, menarik nafas dalam-dalam berusaha meredakan kekesalannya. Padahal britney rasa Chris pasti akan memenangkan perlombaan hari ini. Pria itu seharusnya bisa mendahului Nathan tadi. Tetapi entah kenapa gerakannya melambat di akhir, di saat-saat penting.

Melihat wajah Britney yang kelewat kesal, Ema berusaha menyemangatinya dengan menepuk bahunya dua kali.

"Tidak apa-apa, mentraktir pizza tidak akan membuatmu miskin."

---

"Wah... " Britney tercengang dengan mulutnya yang terbuka lebar. Intonasi nadanya perlahan menurun dengan tingkat kepenatan kepalanya yang semakin meninggi.

Britney menampilkan senyum paksanya ke arah Ema.

"Apa kau turunan gorilla?" tanyanya dengan nada pelan berusaha untuk tidak terdengar tengah menahan emosi.

Ema hampir tersedak suapan terakhir pizzanya kalau saja ia tidak segera mengambil cola di sampingnya dan meneguknya hingga tandas.

"Lima piring pizza bukanlah hal yang banyak. Jangan melebih-lebihkan kau suda berjanji ingin mentraktirku," Ema membalas santai. Menarik serbet di sampingnya kemudian mengelap sisa saus yang masih menempel di sudut bibirnya.

"Benar-benar perut karet," komentar Britney sembari menggelengkan kepalanya, mencuri pandang ke arah perut datar yang kembang kempis itu. Ema menatap nyalang Britney kemudian menutup area perutnya dengan kain alas meja.

"Aku harus bekerja di cafe untuk membiayai uang sekolah kita yang sangat mahal itu, kau tidak mengasihaniku? Apa gunanya tas bermerek-mu jika masih meminta untuk di traktir. Aku yang seharusnya di traktir olehmu," britney melampiaskan kemarahannya tak tanggung-tanggung. Emosinya meledak seketika.

Jika tahu akan begini jadinya, ia tidak akan berani untuk bertaruh tadi.

"Hentikan omelanmu, orang-orang melihat ke arah kita," bisik Ema, menendang pelan tulang kering Britney di bawah meja sebagai peringatan.

Britney meringis kesakitan. Ia menatap tajam Ema. Nasibnya hari ini benar-benar sial.

Namun untuk beberapa detik kedepan ia menarik kata-katanya kembali. Setidaknya setelah rangkaian kegelapan hari ini terbitlah secercah kebahagiaannya.

Tepat beberapa meter di depan meja mereka, terlihat ketiga pangeran sekolahnya mulai berjalan masuk. Britney yang duduk menghadap pintu dapat leluasa mengetahuinya daeri awal mereka mendorong pintu, sedangkan Ema harus susah payah membalikkan tubuhnya lebih dulu.

"Lihat-lihat! Mereka mulai duduk," ujar Ema setengah berteriak sambil menunjuk ke arah empat idola sekolah itu. Ema bahkan sudah tidak perduli dengan potongan pizza terakhirnya.

Ketiga pria tegap itu mulai menarik kursi kemudian duduk, Britney sedikit menyipitkan matanya guna mempertajam penglihatannya walaupun faktanya itu tidak berguna sama sekali.

Mulai dari Bianca yang sibuk bercengkrama sebelum duduk di kursi yang di tarik oleh Chris. Benar-benar di perlakukan seperti ratu. Britney masih menatap lurus ke arah mereka dengan perasaan iri yang tak pernah hilang dari diri Bianca. Benar-benar gadis yang beruntung. Andai saja Britney memiliki kekuatan bertukar tubuh. Salahkan dirinya yang terlalu sering membaca novel fantasi dengan imajinasi yang tinggi.

"Cih," berdecih sekali, Britney mempercepat sedotannya. Cola yang terisisa setengah itu terteguk tandas dalam beberapa detik.

Ema melirik Britney kemudian tersenyum miring, "Iri? " tanyanya kemudian kembali melahap potongan pizza terakhirnya.

Britney beralih menatap sinis Ema.

"Tidak. Tidak sama sekali," Britney menggeleng keras, menetapkan opininya.

"Tidak salah lagi, " lanjut Ema membuat Britney naik pitam. Otaknya mulai panas.

Britney menarik pizza Emma, membuat gerakan melahapnya tertahan.

"Kau ini kenapa? Kau membela si ratu imitasi? " sedikit mengecilkan suaranya diakhir namun masih dengan nada penekanan, Britney menatap gusar Ema.

"Aku tidak membelanya. Lihat," Ema mengetikkan sesuatu dengan ponselnya kemudian mengarahkannya tepat di depan wajah Ae-ri.

Ema mendekatkan jari jempolnya dengan telunjuknya, "Hanya sedikit kasihan. Pasti semakin banyak yang membencinya," ujarnya kemudian mencuri pandang ke meja para idola sekolah itu.

"Monday topic trend, Bianca terlihat mengobrol dan tertawa bahagia dengan Nathan. Mereka di pastikan berkencan," Britney mulai membacakan sebagian kutipan dari halaman artikel sns sekolah mereka yang ditunjukkan Ema.

Britney menggeleng takjub, "Wah, murid Rudolph semakin berbakat dalam hal menulis. Kenapa mereka tidak mengikuti kelas sastra saja," bola matanya bergulir ke bawah untuk membaca bagian kolom komentar.

"Senin berkencan dengan Nathan, selasa dengan Chris, rabu dengan Ben," jeda sebentar karena Britney sedikit tercengang dengan isi komentar pertama yang dibacanya.

"Dia sangat beruntung. Apa yang bagus dari gadis itu? Seharusnya aku punya kekuatan bertukar tubuh! " lanjutnya, mulai membaca dengan intonasi berbeda di setiap komentar.

"Sekolah ini seharusnya mengajarkan muridnya untuk banyak bekerja bukannya banyak omong."

Tiba-tiba sebuah suara tegas menginterupsi kegiatan keduanya.

Bibir Britney mengurung niat untuk kembali terbuka. Menelan salivanya sekali, perutnya menegang. Britney melirik Ema yang kebetulan menatapnya dengan tatapan beku. Tatapan matanya seakan mengisyaratkan 'Habislah kita'

---

"Congrats!" Bianca menyelamati Nathan yang sehabis menang.

Pria itu tersenyun kecil menanggapi seraya mengecup medali kalungnya.

Bazar hari ini sudah selesai. Tepat pukul setengah lima sore, dengan peerlombaan renang sebagai penutup festival musim semi Rudolph academy. Setengah dari penghuni sekolah juga sudah mulai berpulangan dan sisanya masih menetap karena mendapat tugas di bagian pembersihan.

"Kalian ingin apa? Aku akan mentraktir semuanya, kalian boleh memesan sepuasnya sampai kenyang," setelah bokongnya mendarat di kursi Bianca menatap bergantian ketiga sahabatnya itu.

Seakan sudah cukup sering makan disana, tanpa membaca buku menupun Ben langsung menyebutkan serangkaian pesanan yang biasa ia kerap kali pesan.

"Kau Chris?" tanya Bianca sebelum beranjak berdiri. Jika untuk pesanan Nathan, Bianca sudah hafal di luar kepala.

"Aku ikut saja."

Bianca mengangguk kemudian segera beranjak dari meja mereka. Ia berjalan ke arah kasir, hanya dua orang siswa di depannya sebagai antrian.

Bosan mennunggu pesanan, Ben mengeluarkan ponsel genggamnya. Bermain game adalah salah satu kegiatan pengusir bosan yang sering ia lakukan. Berbeda dengan Nathan, pria itu lebih suka berbaur ke dalam dunianya sendiri. Ia sudah bersiap-siap untuk menyumpal kedua telinganya dengan earphone. Bisikan-bisikan di sekitar mereka sedikit membuatnya tak nyaman lama-lama berada disana.

Sedangkan Chris yang tengah memandang Bianca dari jauh tidak sengaja mendengar salah satu bisikan dari banyaknya bisikan lain. Sedikit mengundang perhatiannya karena jarak mereka yang lumayan dekat.

"Senin berkencan dengan Nathan, selasa dengna Chris, rabu dengan Ben. Dia sangat beruntung. Apa yang bagus dari gadis itu? Seharusnya aku punya kekuatan bertukar tubuh! "

Kalimat itu entah kenapa membuat telinga Chris seakan dibakar tungku api panas.

"Sekolah ini seharusnya mengajarkan muridnya untuk banyak bekerja bukannya banyak omong," ucapan Chris yang sedikit lantang tetapi diliputi nada tegas itu mengundang perhatian sebagian penghuni kedai pizza.

Bahkan Ben dan Nathan yang tengah sibuk dengan dunianya mereka juga menoleh. Nathan mengernyit bingung, mulai menyapukan penglihatannya ke sekitar. Hingga berhenti di suatu titik, sepersekian detik ia terkesiap sebelum berpaling ke arah lain. Nathan menggeleng dua kali.

"Kau sedang apa? " Ben menghentikan aksi mainnya kemudian menatap bingung Chris.

Bersamaan dengan itu, Bianca kembali ke meja mereka. Menyadari perubahan raut wajah yang lumayan drastis dari ketiganya membuat Bianca ikut bingung.

Bukannya mereka baik-baik saja ketika ditinggal tadi?

"What's wrong? " tanya Bianca. Dengan sedikit terbata Nathan membantu gadis itu untuk meletakkan pesanan mereka yang terbilang cukup banyak.

Ben mengedikkan bahunya acuh sambil melirik ke arah Chris.

"Cepat selesaikan acara makan kita. "

Hanya itu yang Chris katakan sebelum nereka berempat mulai makan dengan euforia hening. Tidak seperti biasanya yang selalu ramai dengan candaan atau tawa. Something strange. Mulai dari Nathan yang terlihat pucat dan shock kemudian Chris yang terlihat kesal bercampur emosi. Bianca bisa merasakannya.

Tetapi apa penyebabnya?

▪️▪️▪️

What happend?  👀

Sincerely,
-A.W

8 April 2021

Continue Reading

You'll Also Like

706K 65.5K 41
Bianca Sabine Camille, putri bungsu dari kerajaan kecil nan makmur diujung barat bernama Vanfald. Kerajaan yang dipenuhi oleh para pengendali element...
22.9K 1.1K 28
#2melodylan 1-01-2020 #1 erisca oktober-november-desember 2019 #1 melodylan #2 i'myours 29-09-2018 #4 alasan 24-05-2019 "Alda, gue suka sama lo." Sel...
1.1K 197 25
Hidup Adena Laquitta, gadis biasa penyuka novel fantasi, berubah drastis sejak dirinya bertemu cowok bernama Oris Lizio. Sayangnya, Oris jauh dari ka...
50K 15.8K 35
Pera dan Hickory bergabung menjadi tim eksplorasi Winter Hunting yang ke-54. Mereka dibekali ilmu perburuan, pengetahuan tentang alam, dan mendapatka...