Waiting for You || Hyouka (Or...

By Mizuraaaa

50.6K 7.6K 3.6K

Menjadi pengagum rahasia itu sulit, bukan? Haha, sialnya aku harus merasakan hal itu setiap hari. Tapi aku me... More

Note
END
(A/N)
Author's Side
(Y/n)'s Side (bagian 1)
(Y/n)'s Side (bagian 2)
(Y/n)'s Side (bagian 3)
Oreki's Side (bagian 1)
Oreki's Side (bagian 2)
Oreki's Side (bagian 3)
Fukube's Side (bagian 1)
Fukube's Side (bagian 2)
Fukube's Side (bagian 3)
Waiting for You
After All
After All (2)
After All (last)
Credit Story + Promotion

4.2K 570 49
By Mizuraaaa

Gadis itu mengintip lewat dinding. Matanya menangkap pria berwajah malas itu tengah berbincang dengan gadis lain. Seketika, binar di matanya mulai meredup.

Dia membalikkan badannya, bersandar pada dinding dan mulai menjatuhkan diri. Ia terduduk, merenungi sesuatu yang tidak seharusnya ia resahkan.

"(Y/n)-chan?"

Gadis itu menoleh cepat, seketika bangkit berdiri dengan terburu buru. Senyuman ia pasang senormal mungkin, hingga kedua matanya menyipit. "Ah, Fukube-kun, ada apa?"

Pelaku pemanggilan tadi menatap heran, tangannya terangkat dan menyentil dahi (Y/n) pelan. "Hei, harusnya aku yang bertanya."

Fukube menurunkan tangannya, dimasukan kedalam saku celana. "Apa yang kau lakukan disitu? Duduk di tengah jalan, kau bisa menghalangi siswa lain yang mau lewat." ia mulai melangkahkan kakinya pergi.

(Y/n) terkekeh, dengan cepat mengikuti langkah Fukube dan menyamai temponya. "Hehe, aku menunggumu pulang, agar bisa pulang bersama." ia mengangkat bahu santai.

"Sudah aku bilang, kau tidak perlu menungguku jika aku ada kegiatan ekskul. Untung saja tadi hanya sebentar, kalau lama, kau mau menunggu sampai petang?" Fukube memutar bola matanya malas, dalam hati merasa khawatir gadis itu kenapa kenapa.

Mengibaskan tangannya, (Y/n) berucap santai, "Ayolah, menunggumu itu tidak seberapa."

"Lagipula, akhir akhir ini kau sering sekali ada kegiatan ekskul, kita jarang pulang bersama." tambahnya.

Fukube mengangkat sebelah alisnya, tidak habis pikir dengan ingatan gadis disebelahnya. "Kau bercanda? Setiap hari kau selalu menungguku pulang, tanpa terkecuali." laki laki itu merotasi kan mata malas, sementara (Y/n) terkikik kecil.

Keduanya mulai keluar dari gerbang, menyatu dengan beberapa siswa siswi yang juga pulang sedikit telat. Entah urusan ekstrakurikuler ataupun urusan pribadi lainnya.

"Yah, teman satu ekstrakurikuler ku ada yang sedikit merepotkan. Dia selalu penasaran akan segala hal, tapi menurut ku itu menyenangkan, Oreki juga membantu, jadi tidak terlalu susah, hehe" Fukube menjawab santai, terkekeh di akhir kalimat.

(Y/n) mengangguk angguk mengerti, lalu menciptakan keheningan setelahnya. Ia berfikir dalam hati, terkekeh miris setelahnya. Untuk apa ia melakukan hal yang begitu percuma? Tapi sungguh, ia sangat menyukai hal yang tidak berguna itu.

"(Y/n)-chan!" Fukube berseru sembari mengguncang tubuh (Y/n) pelan.

"E-eh? Iya apa?" (Y/n) menoleh, merasa kaget dengan panggilan Fukube.

Fukube menghela nafas lelah. "Sebenarnya apa yang terjadi padamu? Akhir akhir ini kau kelihatan aneh, sering sekali melamun," tanyanya.

(Y/n) memiringkan kepala heran, mengernyitkan alisnya. "Memangnya aku sering melamun?"

"Ahh, terserah kau saja lah!" Fukube menjawab dengan nada frustasi sembari berdecak kesal.

Keduanya terus berjalan beriringan, langkah kaki dari setiap pejalan kaki terdengar, juga obrolan orang orang yang samar di telinga.

"Terimakasih sudah mau pulang bersamaku." (Y/n) berbalik, menghadap Fukube dengan senyum diwajahnya.

Fukube tersenyum, mengacak surai coklat (Y/n) keras hingga tataan rambut itu terlihat kusut kali ini. "Arrghh, Fukube-kun!" kesal (Y/n).

Fukube terkekeh. "Aku yang harusnya berterimakasih karena kau telah bersedia menungguku pulang dari kegiatan ekstrakurikuler." ia memasukkan kedua tangannya kembali pada saku celana.

(Y/n) mengangguk. "Kau tak ingin mampir? Ibu sering menanyakan mu karena jarang berkunjung," tawar gadis itu.

Menggeleng pelan, Fukube menjawab, "Tidak, tolong berikan ucapan maaf pada bibi. Ada urusan yang harus aku selesaikan dengan Oreki."

(Y/n) mengangguk pelan. Fukube berbalik dan mulai melambaikan tangannya.

(Y/n) ikut berbalik, hendak memasuki rumahnya, tapi terhenti akibat panggilan dari Fukube.

"(Y/n)-chan."

(Y/n) kembali berbalik. "Ya?" tanyanya singkat.

Fukube tersenyum, aura nya terasa sangat positif saat berada di dekat (Y/n). "Aku ingin mengenalkan mu pada Oreki besok."

"Eh?!" (Y/n) terkejut hingga mundur beberapa langkah. "O-Oreki? Temanmu yang itu? Tapi kenapa?" tanyanya bingung, pura pura tidak mengenal Oreki sebelumnya.

Fukube mengangkat bahu santai. "Entahlah, aku rasa kalian harus saling mengenal."

Pria itu kembali berbalik dan benar benar pergi sembari melambaikan tangannya. Meninggalkan (Y/n) yang sedang mematung di depan rumahnya.

(Y/n) memandangi kepergian Fukube. Bertanya tanya apa yang ada dalam otak anak itu. Ingin sekali ia membedahnya dan mencari tau apa yang Fukube inginkan, tapi sayangnya ia bukan psikopat. Ia tak harus mengotori tangannya hanya untuk mengetahui jalan pikiran seseorang kan?

"(Y/n)-chan? Sudah pulang dari tadi?"

(Y/n) menoleh cepat, tersenyum kecil lalu menghampiri orang itu. "Aku baru saja sampai, ibu. tadi diantar Fukube-kun." gadis itu membantu mengambilkan belanjaan yang dipegang ibunya.

Ibunya berjalan mendahului, membuka pintu yang semula di kunci. "Are? Fukube-kun? Tidak kau ajak masuk dulu?"

(Y/n) menggeleng. "Dia bilang ada urusan, jadi tidak bisa berkunjung." ia mulai melepas kedua sepatunya dan menyimpan nya di rak dengan rapi.

"Souka." ibunya mengangguk angguk sembari berjalan menuju dapur.

(Y/n) mengikuti langkah ibunya, menyimpan belanjaan ibunya di meja dapur. "Hari ini mau makan apa? Ibu akan masakan untukmu," tanya Akita, yang tak lain adalah ibu dari (Y/n).

Gadis SMA itu melirik ibunya sekilas. "Terserah ibu saja. Aku capek, ingin istirahat dulu."

Akita menghampiri (Y/n) dan mengacak rambutnya gemas. "Baiklah, istirahat sana, nanti ibu panggil kalau masakannya sudah siap."

(Y/n) mengangguk dan segera menaiki tangga. Kaki nya melangkah dan tangannya mulai membuka pintu kamar. Memasukinya lalu menjatuhkan dirinya pada benda empuk itu.

Ia menatap langit langit kamarnya, mengingat perkataan Fukube yang begitu mengejutkan baginya.

Untuk apa mereka berkenalan? Menjadi pengagum rahasia saja sudah cukup bagi (Y/n). Ia tidak ingin direpotkan dengan perjuangan yang belum tentu bisa tercapai.

Dari jauh jauh hari ia telah sadar, ia bukanlah pemenang. Seberapa keras ia berusaha, ia bukanlah siapa siapa, ia akan tetap kalah dengan orang yang selalu berada di sisinya.

(Y/n) tidak ingin merasakan betapa sakitnya tertolak, maka dari itu ia tak pernah mencoba. Lebih baik tidak pernah daripada menyesal, itu motto hidup Shimizu (Y/n).

"Akkh!" (Y/n) meringis sakit, tangannya reflek memegang kepala yang tiba tiba terasa sakit. Ini masih menjadi misteri bagi (Y/n), kepalanya selalu merasa sakit ketika berfikir terlalu keras. Ataukah itu normal?

Ia menggelengkan kepala cepat. Seragam sekolah yang masih melekat pada tubuhnya tak ia hiraukan. Gadis itu meraih guling dan memeluknya, hingga kelopak matanya terasa begitu berat.

.
.

Matanya terbuka cepat, tubuh reflek mendudukkan diri. Gadis itu bangun dengan nafas terengah-engah, rambut yang semula tersusun rapi menjadi begitu kusut.

Telapak tangan menyentuh dahi, keringat yang bercucuran sudah tak ia hiraukan lagi. Paru paru nya masih mencoba mengambil oksigen sebanyak mungkin.

"(Y/n)-chan!! Cepat turun! Makanan sudah siap!"

(Y/n) menatap ke arah pintu, ibunya telah berseru memanggilnya. "Iya! Tunggu sebentar, ibu!" gadis itu membalas berseru.

(Y/n) bangkit dari tempat tidur menuju lemari pakaian yang berada di samping ranjang, bersebelahan dengan meja belajar. Ia mencoba mengenyahkan pikiran mengenai hal yang baru saja terjadi.

Mengambil satu pasang pakaian yang diperlukan lalu meraih handuk dan segera memasuki kamar mandi.

.

Ia menuruni tangga dengan lesu, melangkahkan kakinya menuju meja makan tanpa berekspresi. Matanya menangkap ibunya sedang menyiapkan makan malam.

"(Y/n)-chan? Baru bangun tidur?" tanya ibunya, mulai duduk di kursi.

(Y/n) ikut duduk di belakang meja makan, ia mengangguk. Tangannya mulai mengambil jatah makan malam nya, lalu menyuapkan sesumpit nasi kedalam mulutnya.

Akita menggelengkan kepalanya. "(Y/n)-chan, sudah ibu bilang jangan tidur di sore hari, tidak baik untuk kesehatanmu."

Tersenyum tipis, (Y/n) menjawab, "Maaf ibu, aku sangat kelelahan."

Akita menarik nafas lelah. "Jangan melakukan sesuatu yang membuatmu kelelahan, kau tau kondisi mu seperti apa, kan?" ibunya memberi nasihat.

(Y/n) mengangguk, serta merta menghentikan kegiatan makannya. Senyum di wajahnya luntur, ia menjauhkan makanannya, merasa tidak nafsu makan tidak lagi bersamanya.

"Ada apa, sayang?" tanya Akita lembut.

"Sepertinya aku tidak enak badan," jawab (Y/n) asal.

Ibunya mengerti (Y/n) lebih dari siapapun, ia tau apa yang sebenarnya terjadi. Tetap mencetak senyum diwajahnya, Akita mulai bertanya, "Mimpi lagi ya?"

(Y/n) terkesiap kecil mendengar pertanyaan ibunya, tapi sedetik kemudian ekspresi nya normal kembali. Ia mengangguk lemah. "Begitulah."

Ibunya diam, tak melanjutkan pembicaraan. Meski ia tau apa yang terjadi pada (Y/n), ia tetap tidak bisa menjawab apapun perihal mimpi buruk yang sering mendatangi (Y/n).

"Ibu."

"Iya, sayang?" Akita menjawab.

"Sebenarnya, dia itu siapa?"

Akita memandang anaknya, tatapannya penuh rasa bersalah. Tanpa membuka bibirnya sama sekali, ia menggeleng pelan.

.
.
.
.
.
**•̩̩͙✩•̩̩͙*˚TBC˚*•̩̩͙✩•̩̩͙*˚*

Continue Reading

You'll Also Like

308K 36.7K 36
博 jujutsu kaisen 客 ━━━━━━━━━━━━━━━ ❝ tentang kamu dan mereka dalam sebuah cerita ❞ ━━━━━━━━━━━━━━━ !ુ 𝙒𝘼𝙍𝙉𝙄𝙉𝙂 !ુ ⩩ 13+...
74.4K 10.9K 44
Suna Rintarou X You "I love you for infinity." #Fanfiction
18.6K 2.7K 12
❝Kenapa saya harus menjadi pasangan hidup anda? Saya tidak serendah itu dimata anda kan, tuan Yoojin ❞ * . ° • * . ☆...
154K 11.7K 86
AREA DILUAR ASTEROID🔞🔞🔞 Didunia ini semua orang memiliki jalan berbeda-beda tergantung pelakunya, seperti jalan hidup yang di pilih pemuda 23 tahu...