Bulan, Bintang, dan Matahari...

By tmdrz_

38 18 2

Pada dasarnya, Bintang tidak selalu menepati janjinya. Seperti bintang di langit malam yang kadang tak datang... More

🌷THERESIA TALK🌷
☄P R O L O G
☄1 | BULAN & BINTANG
☄2 | Menjemput Dia.
☄️3 | Makan Malam Bersama

☄4 | Suasana Baru

1 2 0
By tmdrz_

Setelah makan malam dua hari yang lalu, Matahari sudah bertukar kontak dengan dua teman lamanya tersebut. Tak jarang ia bertukar canda dengan Bintang dan Bulan lewat obrolan di aplikasi berlogo telpon berwarna hijau.

Hari ini adalah hari pertama Matahari untuk bersekolah. Tak disangka bahwa orangtua nya mendaftarkan diri nya di sekolah yang sama dengan Bulan dan Bintang. Matahari pun merasa senang, setidaknya ada orang yang ia kenal di sekolah barunya itu.

Gadis cantik yang sedang asik menyantap sarapannya itu kini tengah bingung. Bintang menawarkan tumpangan pada Matahari, namun semalam Daddy Mahen sudah berkata bahwa beliau yang akan mengantar dirinya.

Ada keinginan untuk menerima tawaran Bintang, namun ia tak enak berkata pada sang daddy. Mimik kebingungan Matahari sangat mudah terbaca oleh Mom Tia, "Kenapa sayang? Ada masalah?"

"Hmmm, i-itu Bintang ngajakin berangkat bareng Mom" jawab Matahari yang menatap ibunya dan melirik sekilas ke arah Daddy Mahen dengan tak enak hati.

Seperti mengetahui keinginan anak gadisnya, Daddy Mahen pun memperbolehkan Matahari berangkat bersama Bintang.

"Yaudah gapapa, biar pas masuk sekolah ngga terlalu canggung" ucap Daddy Mahen.

"Serius gapapa?" Tanya Matahari sekali lagi dan daddy-nya pun mengangguk antusias.

Matahari pun berterimakasih dan dengan segera menyelesaikan sarapannya. Tak enak jika Bintang yang harus datang ke rumahnya. Rumah mereka terlampau dekat, jadi seharusnya Matahari lah yang mendatangi laki-laki jahil itu.

🙋👦🙋

Matahari kini sudah berada di rumah Bintang, sambutan hangat dari Bunda Yana pun ia dapatkan. Sedangkan Raven masih berada di lantai dua rumah tersebut, ia kembali ke kamarnya karena melupakan sesuatu.

"Sun, semangat ya di sekolah baru!" Ucapan bernada ceria tersebut diutarakan oleh Bunda Yana.

"Iya Tante, thank you" balas Matahari dengan senyum tulusnya.

"Jangan panggil tante, panggil Bunda aja" pinta Bunda Yana.

Permintaan Bunda Yana membuat Matahari terkejut, ia menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"O-oke Tan,  eh Bunda" jawab Matahari salah tingkah.

"Baru disuruh panggil Bunda aja salah tingkah. Gimana kalo diajak nikah sama gue, bisa-bisa pingsan lo" ledek Bintang yang sedang menuruni anak tangga.

Matahari yang mendengar itu langsung melotot dan memberikan wajah sinisnya pada laki-laki tersebut. Sedangkan Bunda Yana terkekeh melihat tingkah dua remaja itu.

"Iyalah pingsan, masa cewe cantik kaya gue diajak nikah sama dugong kaya lo. Kagetlah pasti" kesal Matahari.

"BUN, PARAH! MASA BINTANG DIBILANG DUGONG" kompor Bintang pada sang bunda.

"Tukang ngadu." Desis Matahari

Bunda Yana kembali terkekeh, "Kalau diliat-liat kamu emang mirip dugong sih"

Pernyataan Bunda Yana membuat Matahari tertawa keras.  Gadis itu menjulurkan lidahnya, membuat Bintang berdecak kesal.

"Udah sana kalian berangkat, ntar telat" tegur Bunda Yana.

Bintang dan Matahari pun berpamitan pada Bunda Yana, mereka berangkat bersama menggunakan motor kesayangan Bintang.

"Bulan udah berangkat?" Tanya Matahari saat mereka melewati rumah Bulan.

"Iya, kalau Hari Kamis dia selalu berangkat lebih pagi. Jadi selalu duluan" jelas Bintang.

Matahari pun menanggapi Bintang dengan anggukan kepalanya. Bintang melihat itu dari spion motornya hanya tersenyum saja.

Gadis yang sedang diboncenginya ini memang unik. Bukan hanya dari namanya saja, tapi juga tingkah lakunya. Masih teringat cukup jelas gaya Matahari saat masih kecil, gadis itu adalah perempuan tomboy yang menggemaskan.

Namun berbeda dengan sekarang, Sun-nya sudah menjadi remaja cantik yang jauh dari tampilan dan gaya laki-laki. Tetapi, Matahari masih mempertahankan tingkah menggemaskan nya. Ya, setidaknya itu yang Bintang lihat dari sahabat kecilnya itu.

Setelah melewati jalanan Jakarta yang cukup ramai, dua insan itu akhirnya sampai di parkiran SMA YARUS. Dengan jelas terlihat para siswa-siswi di sana yang memperhatikan Bintang dan Matahari.

Bisik-bisik pertanyaan tentang Matahari pun terdengar cukup jelas, ada pun yang memuji kecantikan gadis itu. Matahari hanya acuh saja, ia bukan tipe perempuan yang akan menunduk dan malu dimoment seperti ini.

Dengan percaya diri ia merapihkan rambutnya setelah membuka helm yang dipakaikan oleh Bintang saat sebelum mereka berangkat.

"Sok cantik, anjir!" Ucap Bintang.

"Dih, emang cantik beneran gue mah" balas Matahari nyolot, Bintang pun hanya memutar matanya malas.

Mereka bersama-sama pergi dari area parkiran. Kini tujuan mereka ke ruangan kepala sekolah. Matahari menatap sekelilingnya, ia memuji sekolah barunya.

'Pantes dibilang sekolah favorit, elite gini!' nilai Matahari dalam hatinya.

Setelah mengantarkan Matahari ke ruang kepsek, Bintang pun bergegas ke kantin. Sudah kebiasaannya ke sana sebelum jam pelajaran dimulai dan dipastikan bahwa teman-temannya juga sudah menunggu.

"Gue ke kantin" ujar Bintang.

Mendengar hal itu, Matahari menahan lengan Bintang.

"Temeninn" rengeknya.

"Ck, mandiri. Nanti juga lo disuruh nunggu, pas jam pelajaran dimulai baru lo dianter ke kelas sama wali kelas lo" jelas Bintang sambil melepaskan tangan Matahari dari lengannya.

Matahari pun hanya bisa mengerucutkan bibirnya, "Kira-kira kita sekelas ngga, ya?"

"Nggalah, kelas gue mah unggulan. Anak pinter isinya, lo mana bisa masuk" remeh Bintang.

"Sombong amat om-om!" Kesal Matahari yang kini memilih untuk masuk ke ruangan kepala sekolah.

Di lain sisi, Bintang yang melihat itu hanya bisa tersenyum gemas. Ia bergegas ke kantin dengan pikirannya yang berisi wajah kesal Matahari yang benar-benar membuat mood nya menjadi sangat baik di pagi hari ini.

'Lucu' 

🙋👦🙋

Benar saja, Matahari tadi harus menunggu dulu sampai jam pelajaran pertama di mulai dan kini ia sudah berada di kelas barunya.

Tak disangka bahwa dia melihat Bulan dan Bintang di sana, sudah dipastikan bahwa mereka sekelas. Saat Matahari masuk bersama Bu Desi yang tak lain adalah wali kelasnya, kelas tersebut mendadak hening.

Matahari pun disuruh memperkenalkan diri dan lagi-lagi ia menunjukan rasa percaya dirinya. Tak ada sedikit ragu kala memperkenalkan dirinya.

"Pagi semuanya, perkenalkan gue Ayulita Matahari Caraka. Kalian bisa panggil gue Matahari atau Sun. Gue pindahan dari London" ujar Matahari.

Kelas itu ramai dengan decakan kagum untuk Matahari, Bu Desi memberikan kesempatan untuk beberapa murid yang ingin bertanya.

Seorang laki-laki yang merupakan ketua kelas itu pun mengacungkan tangannya.

"Iya Steven, silahkan pertanyaannya, Nak" ucap Bu Desi mempersilahkan.

"Lo seriusan pindahan dari London?" Tanya Steven yang merasa ragu.

"Hm ya, why?" Matahari balik bertanya.

"Aksen lo kaya nggga dari luar negeri, lo berapa tahun di London?" tanya Steven lagi. Pertanyaan Steven ini seakan-akan mewakili rasa penasaran kelas tersebut.

Matahari menghela napasnya, ia kini merasa diragukan.

"Sekitar 11 tahun, tapi aksen gue tetap kedengeran kaya orang lokal karena di London ada banyak banget orang Indonesia dan gue bersahabat dengan mereka. Orang tua gue juga di rumah selalu pake Bahasa Indonesia supaya gue nggga lupa sama bahasa negara sendiri" jelas Matahari dengan lugas.

Jawaban Matahari pun membuat 11 IPS 2 menjadi paham, cukup wajar jika memang seperti itu. Di pojok kelas, Bintang  kembali tersenyum. Orang tua Matahari mendidik anak gadis mereka dengan sangat baik, tak terlihat kegugupan dari Matahari saat ia menjelaskan kebiasaan keluarganya.

'Besar di negara orang tapi ngga lupa sama negara sendiri. Keren! '  Puji Bintang dalam hati.

Di lain sisi, Bulan pun sama seperti Bintang, poin keunggulan Matahari kali ini bertambah lagi. Bulan iri, tapi ia juga merasa bangga memilki teman seperti Matahari.

"Saya Bu, mau nanya ini mah serius bangettt!" Teman sebangku Bintang dengan cepat mengacungkan tangannya.

"Silahkan Ryan" jawab Bu Desi.

Ya, Ryan atau laki-laki bobrok itu yang mengacungkan tangan ingin bertanya. Ia melirik ke arah Bintang sebentar. Melihat itu Bintang menatapnya tajam, seakan-akan berbicara lewat tatapan itu.

'Jangan aneh-aneh!'

Ryan terkekeh, kabar Bintang berangkat bersama Matahari sedang menjadi trending topic di SMA YARUS. Daripada kemakan sama berita hoax, kenapa ngga nanya langsung ke narasumbernya?

"Sun, lo pacarnya Bintang?" Pertanyaan Ryan membuat kelas itu heboh. Bu Desi yang mendengar itu tersenyum maklum, jika Ryan sudah beraksi pasti ada saja hal konyol. Seperti sekarang.

Melihat Matahari yang diam. Bu Desi pun ikut meledek, "Kamu pacarnya Bintang? Kok mau? Dipelet ya?"

Pertanyaan bertubi-tubi dari Bu Desi membuat anak-anak di kelas itu tertawa. Matahari mengulum senyumnya, ia melihat Bintang yang kini menggelengkan kepalanya dengan tatapan yang menyuruh Matahari jangan melakukan hal yang tidak wajar.

Matahari mempunyai ide jahil, ia memasang wajah melasnya.

"Iya bu, saya pacarnya Bintang. Saya juga ngga tau dari kapan saya pacaran sama dia, kayanya emang bener saya dipelet deh"  ujar Matahari.

Bu Desi terkekeh dan lagi-lagi kelas itu kembali heboh. Penilaian mereka semakin baik untuk Matahari, ternyata gadis itu juga tidak terlalu kaku. Ia menerima umpan Bu Desi dengan jawaban konyol.

Bintang berdecak kesal, lihat saja akan dibalasnya nanti. Ryan yang melihat itu semakin tertawa kencang, "Astagfirullah, Bintang kamu kalo ngga laku jangan pelet anak gadis orang dong!"

"Berisik nih anak monyet." Desis Bintang pada Ryan.

Melihat wajah Bintang yang sudah benar-benar kesal. Matahari pun menyudahi semuanya dengan jawaban yang ia berikan, "Gue sama Bintang ngga pacaran. Gue, Bintang sama Bulan emang udah kenal dari kecil"

Bulan tersenyum mendengar penuturan Matahari, meskipun Bulan melupakannya tapi Matahari tetap menyebutkan namanya dimoment seperti ini.

Manis sekali.

Sesi perkenalan dan bertanya pun disudahi oleh Bu Desi, mereka melanjutkan dengan belajar seperti biasanya. Matahari terpaksa duduk sendiri, karena di kelas ini ada dua bangku yang kosong dan kemungkinan besar ia akan mendapatkan teman sebangku ketika ada anak baru lagi.

🙋👦🙋

Bulan memperkenalkan Matahari kepada Putri, mereka pun terlihat cukup akrab sekarang. Bintang juga tak mau kalah, ia memperkenalkan sahabat-sahabatnya. Matahari merasa suasana baru ini cukup baik untuk dirinya. Dia dapat menyesuaikan diri dengan cepat, karena kelas ini tidak terlalu kaku.

Jam istirahat pun tiba, Bulan mengajak Matahari untuk ke kantin bersamanya dan Putri. Gadis bertubuh ramping itu pun menyetujui.

Namun, saat mereka sampai di kantin ada pemandangan buruk yang didapat oleh mereka. Segerombolan laki-laki kini sedang membully seorang siswa yang terlihat lebih lemah.

'Cih! Sekolahnya aja elite, kelakuan anak muridnya masih aja kampungan.' Cibir Matahari dalam hati.

Bulan, Putri dan Matahari pun masih tetap memperhatikan seperti yang lainnya. Tiba-tiba Bintang Cs pun datang. Terdengar jelas decakan Bintang.

Senakal-nakalnya ia dan para sahabatnya, mereka tak pernah membully orang yang terlihat lemah. Itu sangat tidak seimbang. Hanya pecundang yang melakukan cara sampah itu.

Ketika mereka bersama melihat kejadian tersebut, seolah-olah tidak ada yang berani menegur gerombolan siswa tersebut. Bintang CS bisa saja menegur, tapi ditahan oleh Bintang. Cukup untuk masalah mereka beberapa hari terakhir. Kenakalan mereka terakhir kali tentang membolos dan terlambat hampir membuat orang tua mereka dipanggil.

Setidaknya tahan sebentar, jangan terlalu gegabah. Bintang juga merasa bahwa siswa yang dibully itu juga seharusnya bisa melawan.

"Mereka siapa?" Tanya Matahari.

"Kakel, Sun" jawab Putri.

Baru saja Putri menjawab, terlihat di sana siswa yang dibully itu jatuh dan diberikan tendangan oleh laki-laki yang terlihat seperti pemimpin gerombolan itu.

Matahari jengah, ia bergegas menghampiri mereka. Melihat itu Bintang Cs, Bulan dan Putri panik. Hal tersebut juga membuat rasa terkejut dari siswa-siswi lainnya.

"Lo kakel tapi ngga menunjukan sikap kakel." Komentar Matahari dingin sambil membantu laki-laki yang dibully itu untuk bangun.

"Lo siapa? Hah?! Ngga usah sok jadi pahlawan!" Tegas kakak kelas itu.

"Gue Matahari dan gue ngga sok jadi pahlawan. Yang ada lo, lo sok jagoan." Sarkas Matahari.

Jovian Oliver atau Vian yang merupakan si pembully langsung menatap kaget gadis mungil dihadapannya. Bukan hanya dirinya yang kaget, semua orang di sana juga kaget dengan keberanian anak baru itu.

Ryan sudah ingin menghampiri Matahari, walaupun remaja perempuan itu adalah anak baru, Ryan sudah merasa akrab dengan Matahari. Ia sangat ramah dan rasanya Ryan takut jika ada hal yang tidak diinginkan terjadi pada gadis itu. Kecemasan Ryan pun dirasakan oleh Koko, Bulan, Putri bahkan Rega yang dingin pun merasa cukup khawatir. Namun Bintang tetap menyuruh mereka diam.

Bintang bukannya tak peduli, ia hanya ingin melihat tingkah Matahari terlebih dulu. Gadis itu seharusnya bisa bertanggung jawab atas keberaniannya. Jika kakak kelas yang bernama Vian itu sudah kelewatan, maka ia yang langsung turun tangan.

"Lo cukup berani sama gue, manis" ucap Vian dengan tenang sambil meraih pipi Matahari. Namun, sebelum hal itu terjadi, Matahari dengan sigap memelintirkan tangan Vian hingga laki-laki itu terputar dengan tangan yang masih ditahan oleh Matahari.

Hal itu membuat Vian mendengus kesal, tenaga dari gadis ini lumayan juga.

"Ngga usah kurang ajar dan jangan pernah nganggep remeh orang lain." Matahari tetap mempertahakan keberaniannya.

Jangan dikira ia tidak bisa bela diri. Tolonglah! Ia bukan dididik menjadi gadis lemah lembut. Dia anak pertama Keluarga Caraka, keluarga yang dikenal banyak orang dan selalu dipantau agar bisa dijatuhkan. Tak mungkin jika orangtua nya tidak memberi bekal bela diri untuk berjaga-jaga.

"Fuck you, bitch!" Umpat Vian.

Matahari melepaskan tangan kakak kelasnya itu, "Kalo lo kuat, ngga seharusnya lo nindas yang lebih lemah dari lo. Kelakuan lo lebih rendah daripada sampah! Cupu."

Semua orang menahan napas, kecuali Bintang dan Rega. Gadis itu keberaniannya memang level tinggi. Bintang tersenyum tipis mendengar ucapan Matahari dan ia menyetujui hal itu. Rega yang melihat Bintang tersenyum tipis hanya biasa saja, ia merasa wajar.

Rega kembali menatap Matahari, ia diam-diam memperhatikan gadis itu saat baru saja masuk ke kelas mereka. Ia kira gadis itu akan berlaga pendiam dan pemalu seperti anak baru pada umumnya. Namun ternyata tidak. Gadis itu memiliki nilai yang cukup bagus dalam penglihatan Rega.

'Unik.'  komentar Rega dalam hatinya.

Kembali lagi pada Vian dan Matahari. Laki-laki yang lebih tua daripada Matahari itu tidak terima dengan perkataannya.

"Cupu? Lo bilang gue cupu?" Tanya Vian tak percaya.

Matahari hanya berdeham memberi jawabannya. Tatapan Matahari semakin meremehkan Vian.

"Kita adu basket! Kalo gue kalah, gue ngga akan bully siapapun di sekolah ini. Tapi kalo lo kalah, lo harus nurutin kemauan gue selama satu bulan!"  Tantang Vian.

Matahari terdiam sebentar. Melihat itu Vian yang kali ini menatap Matahari remeh. Seorang perempuan super cantik seperti Matahari rela panas-panasan untuk main basket? Rasanya tidak mungkin dan bahkan sepertinya gadis seperti Matahari juga tidak bisa menggiring bola basket.

Mendengar tantangan itu, Bintang menghampiri orang-orang tersebut.

"Lo nantang cewe?" Bintang bertanya dengan tenang, tapi Vian merasa ada nada mengejek di dalam pertanyaan itu.

"Lo diem, Tang. Gue ngga ada urusan sama lo." Dingin Vian.

"Urusan dia, jadi urusan gue." Jawab Bintang tak kalah dingin.

Bintang, sosok badboy yang hanya berkata-kata dengan nada dingin ketika ia marah. Semua orang berbisik-bisik lagi, mulai bertanya tentang hubungan Bintang dan Matahari.

Matahari menengok ke arah Bintang dan menggelengkan kepalanya pelan. Ditatapnya lagi Vian, "Gue terima tantangan lo dan tepatin janji lo. Jangan jadi pecundang!"

"Seharusnya gue yang ngomomg itu. Siap-siap menerima kekalahan. Gue tunggu pulang sekolah di lapangan basket YARUS, gadis sok pahlawan" ucap Vian yang menekankan kata-kata terakhir di kalimatnya. Vian dan teman-temannya pun pergi.

Siswa-siswi di sana pun mulai membubarkan diri. Ryan dan Koko membantu laki-laki yang dibully itu ke UKS. Sedangkan Bintang menatap sinis pada Matahari.

"Apa?" Tanya Matahari bingung.

"Lo gila? Asal lo tau, dia mantan kapten basket di sini." Kesal Bintang.

"Ya terus?" Tanya Matahari santai.

"Udah dipastiin lo kalah!" Ucap Bintang.

"Pernyataan lo salah, lo liat nanti." Jawab Matahari meninggalkan teman-temannya.

🌙🌙🌙

Kepanjangan ga sih? Aku takut karena kepanjangan, bikin kalian bosen. Astagaaaa

Bosen ga sih?

Gimana sama Matahari? Suka?

Mau jadi sosok yang lemah lembut kaya Bulan atau sosok berani kaya Matahari?

Jaga kesehatan, bahagia selalu😘

See u.

-Theresia🌷



Continue Reading

You'll Also Like

3.9M 304K 50
AGASKAR-ZEYA AFTER MARRIED [[teen romance rate 18+] ASKARAZEY •••••••••••• "Walaupun status kita nggak diungkap secara terang-terangan, tetep aja gue...
3.6M 175K 64
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...
277K 9.3K 23
Herida dalam bahasa spanyol artinya luka. Sama seperti yang dijalani gadis tangguh bernama Kiara Velovi, bukan hanya menghadapi sikap acuh dari kelua...
672K 78.5K 10
"Gilaa lo sekarang cantik banget Jane! Apa ga nyesel Dirga ninggalin lo?" Janeta hanya bisa tersenyum menatap Dinda. "Sekarang di sekeliling dia bany...