FLOW : Everything Has Changed

By arianskimi

301K 18.6K 4.3K

(17+) AGATHA RICHIE HILLARIO Berbekal kehidupan yang serba glamor dan tanpa peran seorang Ayah dalam hidupnya... More

πŸƒFLOWπŸƒ
πŸƒProlog
πŸƒ1
πŸƒ2
πŸƒ3
πŸƒ4
πŸƒ5
πŸƒ6
πŸƒ7
πŸƒ8
πŸƒ9
πŸƒ10
πŸƒ11
πŸƒ12
πŸƒ13
πŸƒ14
πŸƒ15
πŸƒ16
πŸƒ17
πŸƒ18
πŸƒ19
πŸƒ20
πŸƒCast
πŸƒ21
πŸƒ22
πŸƒ23
πŸƒ24
πŸƒ25
πŸƒ26
πŸƒ27
πŸƒ28
πŸƒ29
πŸƒ30
πŸƒ31
πŸƒ32
πŸƒ33
πŸƒ34
πŸƒ35
πŸƒ36
πŸƒ37
πŸƒ38
πŸƒ39
πŸƒ40
πŸƒ41
πŸƒ42
πŸƒ43
πŸƒ44
πŸƒ45
πŸƒ46
πŸƒ47
πŸƒ48
πŸƒ49
πŸƒ50
πŸƒ51
πŸƒ52
πŸƒ52A
πŸƒ53
πŸƒ54
πŸƒ55
πŸƒ55 A
πŸƒ56
πŸƒ57
πŸƒ58
πŸƒ59
πŸƒ59 A
πŸƒ60 A
πŸƒ61
πŸƒ61 A
πŸƒ62
πŸƒ62 A
πŸƒ63
πŸƒ63 A
πŸƒ63 B
πŸƒ64
πŸƒ65

πŸƒ60

2.4K 240 79
By arianskimi

Jangan lupa vote komen ya guys...

Detektif Keith Richard datang ke kantornya siang itu. Mike awalnya agak kaget lantaran ia sudah lama tidak berkomunikasi dengannya. Pun karena Keith orang yang super sibuk dan jarang sekali mengunjungi teman-temannya seperti ini.  Apalagi ia tidak mengabari lewat telepon terlebih dulu jika akan datang ke kantornya. Ia kala itu hampir menolak kunjungan Keith karena ada rapat penting yang akan dimulai beberapa menit lagi. Namun, saat Keith mengatakan informasinya tak kalah penting dan menyangkut adiknya, Ia bergegas menghubungi sekretarisnya untuk menjadwal ulang rapat tersebut.

Mike awalnya ragu untuk membahas masalah ini lagi karena sudah tiga tahun berlalu dan ia pun telah mengakhiri acara berdukanya sejak setahun yang lalu. Mike telah mengikhlaskan kepergian Lia, meskipun ia masih sering tidur di kamar adiknya karena itu menjadi kebiasaan Mike jika sedang merindukan Lia. Kehilangan seseorang yang paling ia sayang rasanya memang sangat hampa sekaligus menyakitkan. Namun waktu terus berputar dan kehidupan akan terus berlanjut. Lia pasti juga menginginkan kebahagiaannya bukan air matanya.

Kemudian Keith mengatakan bahwa ada kemungkinan adiknya masih hidup. Hal itu seolah membuka semua kenangan maupun luka-luka lamanya. Darah Mike jadi berdesir seketika dan netranya terasa buram tiba-tiba. Mike hampir tidak berani berkedip karena air matanya akan luruh saat itu juga. Ia bahkan tidak bisa berkomentar apa-apa mendengar penjelasan Keith.

"Coba pikirkan kembali kenapa adikmu repot-repot membuat identitas palsu jika ia tidak berusaha menyembunyikan satu-satunya barang bukti seperti mobilnya yang terparkir di bandara?"

"Kupikir adikmu sengaja."

"Lia takan seceroboh itu, Mike. Aku yakin adikmu gadis yang cerdas. Rasanya tidak mungkin jika ia melakukannya secara tidak sengaja. Aku sudah menangani puluhan kasus pencarian orang. Dan masalah seperti mobil Lia itu perkara yang sangat teledor bagi orang yang berencana kabur."

"Paspor palsu adalah sebuah umpan. Dan sayangnya kita berhasil menelannya mentah-mentah selama tiga tahun ini! Tapi mobil itu, Lia dengan sengaja menaruhnya disana sebagai upaya putus asa berharap kau tahu bahwa dia tidak pernah naik pesawat itu."

"Lia ingin semua orang berpikir bahwa dia memang menaiki pesawat tujuan Singapura agar polisi menyerbunya ke lokasi yang salah."

"Dia pasti keluar dari gate secara sembunyi-sembunyi dan entah bagaimana caranya dia berhasil menghindari semua kamera CCTV."

"Lia sudah memikirkan hal ini matang-matang. Ia memang melarikan diri namun secara bersamaan dia juga ingin agar kau mencarinya.

"Namun naas, rencana yang Lia susun dengan sangat rapi itu gagal karena pesawat yang sebenarnya tidak pernah ia tumpangi jatuh."

"Tidak ada lagi polisi yang mencarinya. Begitupun kau."

"Dia berniat menipu semua orang kecuali kau. Tapi sayangnya kau tidak pernah menyadari itu. Kita terlalu fokus pada pencarian jasad Lia yang sebenarnya memang tidak akan pernah ada."

"Seberapa besar kemungkinan itu?" akhirnya Mike membuka suara menanggapi pendapat Keith yang luar biasa membuat takjub. Mike tahu jika lelaki itu tidak yakin dengan kata-katanya, maka Keith tidak akan mengunjunginya seperti ini. Apalagi berani membuka kembali kasus kematian adiknya.

"Awalnya lima puluh. Sampai aku tahu jika ayahmu mengawasi Lia selama ini."

Mike mengernyit tidak percaya. Ayahnya memata-matai putrinya sendiri?!

"Memang tidak mengawasi dari dekat. Tapi Blake Jones memiliki semacam orang kepercayaan untuk senantiasa melaporkan keadaan Lia sejak dia di deportasi."

"Aku sudah menyelidikinya selama beberapa bulan sebelum mengatakannya padamu," Keith meletakan beberapa berkas ke meja Mike. Pria itu meraihnya dan meneliti setiap kertas yang di berikan oleh Keith.

Beberapa isi berkas itu memuat artikel-artikel tentang ayahnya yang merupakan pebisnis sukses di Amerika.

"Aku tidak mengerti.." Mike menggeleng pelan.

"Ayahmu mengadakan pesta besar-besaran tiga tahun lalu. Menurut tanggalnya itu tiga minggu setelah kepergian Lia," Keith menunjukan salah satu artikel yang memuat berita tersebut.

"It's huge. Pesta itu di bicarakan dimana-mana karena Blake menyumbang sejumlah dana yang cukup fantastis ke yayasan amal. Jika ayahmu tahu bahwa adikmu meninggal dalam kecelakaan pesawat mana mungkin mengadakan pesta sebesar itu?"

"Dan coba kau perhatikan pria ini," Keith menunjukan berkas yang lain. Terlihat seorang pria berwajah kaku tengah berdiri di sudut keramaian dan tampaknya sedang menatap sesuatu dengan pandangan serius.

"Ini hasil dari rekaman CCTV di sebuah pusat perbelanjaan. Beberapa bulan sebelum kejadian pesawat jatuh. Aku menyelidiki adikmu sebelum kejadian itu," Keith menghela napas. Ditatapnya Mike dengan penuh rasa bersalah.

"Maafkan aku, Mike. Aku melakukan semua ini tanpa seijinmu."

"Tak apa, lanjutkan."

Keith mengangguk. "Pria ini selalu terlihat dimanapun Lia berada. Aku perlu banyak waktu untuk menguliknya karena dia sangat pintar bersembunyi dan menjaga jarak dengan Lia, sehingga Lia tidak pernah menyadari jika ia tengah diikuti selama...bertahun-tahun."

"Apa pria itu pernah berkontak langsung dengan Lia?" tanya Mike penuh selidik. Kesannya memang agak creepy jika selama ini adiknya dibuntuti oleh seseorang yang tidak dikenal.

"Blake Jones hanya memberinya tugas untuk mengawasi bukan yang lain. Dan dia juga tidak berhak membantu Lia jika sedang dalam kondisi tersulit sekalipun. Ayahmu sangat berhati-hati dalam hal ini, Mike."

"Dan bagaimana kau menghubungkan pria itu dengan ayahku?"

"Aku menemukan ini," Keith menyerahkan selembar foto yang semula bercecer di meja kerja Mike. "Coba kau perhatikan betul-betul."

Mike merebut kertas foto itu lalu mengamatinya lekat-lekat. Foto itu diambil oleh seorang wartawan di pesta yang tadi Keith bicarakan. Sosok Lia memang tidak ada disana. Dan Mike sudah bisa menebak bahwa ayahnya memang cenderung menyembunyikan Lia dari sorotan publik.

Mike kembali memperhatikan sosok pria itu. Meski kualitas gambarnya tidak bagus, namun siluet pria yang berdiri di belakang ayahnya sama persis dengan pria di pusat perbelanjaan itu. Apalagi dengan pakaian serba hitam dan ekspresinya yang seperti batu. Mike yakin itu orang yang sama.

"It is same person, right?"

Mike mengangguk lamat-lamat. Lalu ditatapnya Keith dengan senyum penuh rasa haru. Entah bagaimana caranya ia berterima kasih kepada pria ini.....

"Satu lagi, Mike. Lia pasti dibantu oleh seseorang."

Mike tercenung kembali. Well, siapa lagi kalau bukan ayahnya!

"Bukan Blake Jones," tutur Keith seolah membaca pikirannya. "Kutegaskan kembali bahwa ayahmu tidak pernah membantunya."

---ooo---

Tiga hari kemudian, Mike sudah tiba di Amerika. Bahkan kini ia sedang dalam perjalanan menuju daerah Manhattan. Agatha memberinya nama serta alamat lengkap hotel tersebut bahkan sampai nomor kamar tempat Lia menginap.

Tetapi saat ia tiba disana, pihak resepsionis mengatakan jika Lia sudah check out sejak dua hari yang lalu. Mike lantas bertanya perihal kondisi adiknya yang faktanya sudah menghilang hampir tiga tahun lamanya. Dua wanita yang berjaga di meja resepsionis itu sempat terkejut dan saling berpandangan saat ia mengatakan bahwa Esthalia Jones adalah adik kandungnya. Lalu, mereka meminta identitas Mike dan menyuruhnya untuk menunggu sebentar di sofa yang terletak di dekat sana.

Seorang pria tiga puluh tahunan menghampiri Mike dengan membawa kartu identitasnya yang ia berikan pada wanita tadi.

"Mari Tuan bisa ikut saya," pria itu mempersilahkan Mike sambil mengembalikan pasportnya.

Mike berdiri, lantas mengikuti pria itu sampai di basement meski ia belum mengerti, "Anda akan membawaku kemana?" tanyanya penasaran.

Pria itu berhenti melangkah, lalu menghadap Mike sepenuhnya, "Bukankah Anda mencari adik Anda?"

"Jadi... Anda tahu dimana dia?!" balas Mike cepat, bahkan ia tidak sadar jika nada suaranya kian meninggi.

"Tentu. Nona Jones meminta saya mengantar Anda..." katanya sembari membukakan pintu mobil untuk Mike.

Mobil tersebut berhenti setelah beberapa blok dari Hotel Empire. Pria yang mengantarnya tadi buru-buru membukakan pintu untuk Mike.

Perasaan Mike luar biasa lega. Kekhawatiran yang berkecamuk tadi langsung sirna begitu saja saat Mike melihat sosok adiknya berdiri di ujung jalan sambil menyungingkan senyum padanya.

Astaga.... Adiknya benar-benar masih hidup.....

Mike seketika berlari kencang kearah Lia. Pria itu langsung memeluknya erat hingga tubuh gadis itu terangkat keudara. Mike meneteskan air mata di bahu adiknya sambil membisikan kata maaf berkali-kali.

Lia balas memeluk leher Mike. Gadis itu juga sama rindunya dengan Mike. Lia bahkan tidak menyangka mereka telah berpisah selama tiga tahun. Jelas waktu yang sangat lama sekali. Padahal ia dulu mengira-ngira jika Mike akan menemukannya dengan cepat. Tetapi, hari, bulan, bahkan sampai tahun berganti pun  tanda-tanda kemunculan Mike tak kunjung ada. Hal ini menimbul persepsi di kepala Lia bahwa Mike tidak pernah berusaha mencarinya meski gadis itu berkali-kali menampik jika Mike sangat menyayanginya.

Lia memang pergi bukan untuk dicari. Tapi hati kecilnya selalu berharap jika kehadirannya masih diinginkan sehingga ada yang mencari keberadaannya, menyuruhnya untuk kembali kerumah. Namun selama tiga tahun ini, ia seperti menelan pil-pil pahit setiap harinya. Lia menyimpulkan kalau kepergiaannya memang pilihan yang tepat demi kebaikan semua orang yang ia sayangi.

"Mike.." Lia menangis tersedu-sedu saat Mike mengurai pelukannya. Gadis itu menunduk sambil menutupi wajah, ia takut menatap mata Mike. Pria itu pasti kecewa padanya dan membencinya karena ia pergi selama bertahun-tahun tanpa pamit.

"Hei, hei jangan menangis," Lia makin terisak mendengar suara lembut kakaknya. Astaga gadis itu benar-benar merindukan kakaknya. "Lia, berhenti menangis. Kakak disini.." Lia merengkuh Mike kembali. Ia menyembunyikan wajahnya di dada Mike sambil menggumamkan sesuatu yang tidak jelas karena suaranya terisak-isak. Mike membiarkannya selama beberapa saat sampai gadis itu tenang lalu mengajak Lia masuk kedalam restoran yang tadi disinggahi gadis itu.

"Mike, lo nggak makan?" Lia akhirnya bertanya setelah selesai menghabiskan sepiring penuh aglio olio dan chicken brushcetta, sementara kakaknya terlihat tidak menyentuh apapun sejak tadi.

Mike menggeleng sambil tersenyum, "Gue nggak lapar."

"Yakin? Ini fusili kesukaan lo kan?" ujar Lia sembari menunjuk hidangan tersebut dengan dagu. "Apa ingin memesan yang lain?"

Mike menggeleng lagi. Sementara Lia menyeruput orange jusnya lalu menatap Mike yang duduk dihadapannya. Pria itu terlihat senang namun netranya masih berkaca-kaca sejak tadi.

Lia sudah berhenti menangis setelah sepuluh menit mereka duduk di kursi restoran. Kemudian ia memesan bermacam-macam makanan karena merasa lapar dan sedari tadi Mike hanya menatapnya sambil sesekali tersenyum bila matanya bertabrakan dengan mata Lia.

Ia tahu bahwa begitu banyak pertanyaan yang muncul di kepala Mike. Lia sebenarnya menunggu kakaknya bicara, namun sepertinya pria itu enggan menanyainya sekarang.

"Ada apa, Mike?" Lia akhirnya membuka suara setelah tak tahan dengan keheningan yang begitu menyiksa. Dan pertanyaan ada apa menurutnya memang kurang ajar. Ia menghilang selama tiga tahun dan kakaknya tidak marah sama sekali. Bukan berarti Lia menginginkan Mike marah padanya namun hal ini membuatnya makin merasa seperti anak tidak tahu diri saja.

"Tiga yang tahun lalu, gue mendapat informasi dari seorang detektif yang gue sewa, bahwa lo naik pesawat ke Singapura."

Lia mengangguk pelan, "Ya, Mike. Gue memang sengaja melakukan itu..untuk membohongi semua orang," katanya dengan raut penuh penyesalan.

"Pesawat itu jatuh ke laut," ungkap Mike kemudian.

Lia menutup bibirnya yang ternganga dan dia tak mampu berkata-kata, penyataan itu begitu mengagetkan bagaikan petir di siang bolong.

"Kita semua mengira bahwa lo..." Mike tidak melanjutkan kata-katanya. Pria itu menunduk sembari mengusap matanya yang mulai berair.

"Mike," gumam Lia dengan nada rendah. Ia tidak pernah tahu kejadiannya akan seperti itu. Ia mengira Mike tidak masalah dengan kepergiannya sehingga pria itu tidak pernah berusaha mencarinya. Tapi kenyataan bahwa sebenarnya ialah yang menghancurkan perasaan kakaknya.

Ya Tuhan.

Lia tidak pernah berpikir akan bagaimana jadinya jika ia berada di posisi Mike, kehilangan orang yang ia sayangi. Mungkin ia sudah depresi dan langsung menyusul kakaknya, karena ia hanya mempunyai Mike sebagai satu-satunya orang yang menyayanginya.

Tiga tahun keegoisannya membuat seseorang harus berduka seperti ini. Lia tidak bisa membayangkan wajah sedih kakaknya saat mendapat kabar bahwa ia menjadi korban kecekaaan pesawat itu.

"Mike...maafin gue," lirih Lia, sebelah tangannya meraih tangan Mike yang berada diatas meja, menggengamnya dengan erat.

Lia sangat menyesal. Benar-benar menyesal. Dan ia tak sanggup bila harus berpisah dengan lagi Mike. Pria itu sudah terlalu menderita karenanya. Lia merasa bahwa ia memang gadis pembawa sial. Ada dan tiada dirinya senantiasa membuat orang-orang di sekitarnya tersakiti.

---ooo---

Segini dulu guyss lanjut bso weekend yaaa.

Part selanjutnya POV LIA



Continue Reading

You'll Also Like

RAYDEN By onel

Teen Fiction

3.7M 226K 68
[Follow dulu, agar chapter terbaru muncul] "If not with u, then not with anyone." Alora tidak menyangka jika kedatangan Alora di rumah temannya akan...
1M 98.8K 54
"Jangan lupa Yunifer, saat ini di dalam perutmu sedang ada anakku, kau tak bisa lari ke mana-mana," ujar Alaric dengan ekspresi datarnya. * * * Pang...
6.3M 270K 58
On Going [Revisi] Argala yang di jebak oleh musuhnya. Di sebuah bar ia di datangi oleh seorang pelayan yang membawakan sebuah minuman, di keadaan ya...
ALZELVIN By Diazepam

Teen Fiction

4.9M 279K 33
"Sekalipun hamil anak gue, lo pikir gue bakal peduli?" Ucapan terakhir sebelum cowok brengsek itu pergi. Gadis sebatang kara itu pun akhirnya berj...