Terima Kasih, REHAN (ON GOING)

By Linfad

4.5K 1K 650

Nabila berpikir hubungan asmaranya dengan Rehan baik-baik saja. Tidak ada bumbu kekecewaan. Namun, seseorang... More

PEMBUAT ONAR
SALAH SIAPA?
SIAPA DIA?
SENYUMAN RAHASIA
TERKEJUT
SEKOTENG HANGAT
JAS HUJAN
PERIHAL JUS MANGGA
PERINGATAN KERAS
JALAN TERBAIK
PENGAKUAN

TOILET

528 121 74
By Linfad

Jakarta, Maret 2014

Terlambat :

Tidak pernah terpikirkan dalam benak Rehan untuk masuk sekolah lebih awal. Selalu saja, laki-laki itu terlambat. Bukan hal yang menjadi pikiran dan membuatnya panik setengah mati, kalau-kalau gerbang segera ditutup di pukul tujuh pagi. Yang ada, laki-laki itu lebih memilih santai dan masuk ke sekolah seenaknya. Hukuman sudah menjadi sarapan dan mendarah daging di hidupnya. Pikirnya, sebuah hukuman itu tantangan untuk dijalankan bukan untuk dihindarkan.

Waktu menunjukkan pukul delapan tepat. Rehan dengan santainya mendekati gerbang dengan motor Trail miliknya. Bukannya menghindari pos satpam, yang ada Rehan malah mendekat dan menemui langsung Pak Indra--satpam sekolah yang terkenal sangar namun gampang sekali terpengaruh dengan alasan yang kadang-kadang tidak masuk akal.

"Eh, mau kemana ini? Kebiasaan ya kamu. Ini jam berapa? Sekalian aja nggak usah sekolah!" Pak Indra berdiri di hadapan gerbang dengan melipatkan kedua tangannya di depan dada. Raut wajah sangar, mengernyit dan kumis yang tebal menjadi ciri khas Pak Indra.

Rehan menghela napas pasrah dan membuka helm full face-nya. Laki-laki itu menatap Pak Indra dengan tatapan sendu. "Maaf, Pak. Saya habis anterin Mama ke pasar. Kasihan, kalau sendiri Mama saya nggak tahu jalan pulang. Tadi pagi saya anterin dan saya tungguin. Kalau Mama saya kesasar gimana, Pak? Saya nggak mau kalau Mama diculik."

"Kan ada angkutan umum!"

"Mama saya punya riwayat penyakit Alzheimer. Bapak tahu, nggak?"

Pak Indra menggeleng.

"Alzheimer itu gangguan yang menyebabkan penurunan daya ingat dan berpikir. Jadi, Mama saya kadang suka lupa kalau pergi kemana-mana ... lupa jalan pulang. Sebagai anak yang baik, saya nungguin Mama belanja ... gini deh, Bapak emang bakalan tega kalau lihat orang tua Bapak kesasar dan luntang-lantung di jalanan?"

"Ya--ya nggak tega. Tapi--"

"Makanya, izinin saya masuk, Pak. Demi Mama saya."

Pak Indra menghela napas dan terdiam sejenak, menatap Rehan dengan intens dan mencari kebenaran dari raut wajahnya. Sepertinya, tidak ada kebohongan dari raut wajah Rehan. Pak Indra mengangguk, membuka gerbang untuk Rehan masuk.

"Ya sudah, demi Mama kamu ... eh maksudnya demi kamu sekolah dan belajar. Jangan lagi-lagi kamu telat!"

Sepertinya Gad sang Dewa keberuntungan sedang berpihak pada Rehan kali ini. Dia menyunggingkan senyumnya dan mengangguk, "Siap, Pak. Laksanakan! Terima kasih."

Benar bukan? Hanya dengan alasan yang sangat tidak masuk akal, Pak Indra mengizinkan Rehan untuk masuk. Padahal, sudah sangat jelas, di waktu yang tertera sudah sangat terlambat sekali dan sangat tidak memungkinkan untuk setiap murid bisa lolos masuk ke sekolah begitu saja.

***

Sudah satu jam pelajaran berlangsung di kelas XI-1, kelas Rehan. Kebetulan, pelajaran yang berlangsung pelajaran Kimia, pelajaran yang sangat membosankan bagi sebagian murid di kelas. Harus menghafalkan berbagai macam rumus yang bikin kepala pusing tujuh keliling.

"Sudah satu jam Rehan tidak ada dan tidak mengabari. Selalu saja anak itu tidak masuk setiap pelajaran saya!" Semua murid terdiam, tidak ada yang berani menjawab. Pasalnya, Bu Ida terkenal sangat sangar dan galak dibandingkan Guru lainnya. Bu Ida tidak segan menghukum murid yang tidak taat aturan.

"Doni. Kamu teman dekatnya, mana Rehan? Pasti kamu tahu kan, di mana dia sekarang?"

Doni memejamkan matanya dan menunduk. Bingung harus menjawab apa.

Zaky mencolek paha Doni dan berbisik, "Mampus lo. Di mana sih Rehan? Nggak ada kabar sama sekali."

"Sama anjir, gua bingung jawab apa. Gua takut kena imbasnya kalau salah jawab."
Bu Ida memukul penggaris kayu ke atas meja. "Bukannya malah bisik-bisik sama Zaky. Jangan sekongkol kalian!"

"Ng--nggak, Bu. Sa--saya ... anu--"

Rian angkat tangan.

"Rehan tadi izin mau anterin Mamanya ke pasar dulu, Bu."

Seperti malaikat penolong untuk Doni. Doni menarik senyumnya lebar dan perlahan menoleh ke belakang, tepat tempat duduk Rian. Doni mengacungkan jempolnya dan mengedipkan satu matanya.

Rian tersenyum tipis dan mengangguk.
"Lalu, kalau mengantar orang tua ke pasar. Harus sampai satu jam? Nggak, 'kan?"

"Nggak tahu, Bu. Katanya, Mama Rehan nggak tahu arah jalan pulang."

"Alasan aja terus. Kamu nggak usah lindungi teman kamu itu. Alasan yang tidak masuk akal untuk saya!"

Seluruh murid di kelas terdiam membeku. Tidak ada yang berani membantah Bu Ida yang terkenal sangat keras kepala di SMA Adiguna.

Sementara itu, Rehan berjalan menuju halaman belakang sekolah. Kawasan sepi tidak pernah ada murid atau guru satu pun yang melintasi tempat itu, terlihat dari dinding penuh dengan coretan dan lantai penuh dengan tanah kering.

Rehan duduk di atas kursi yang sudah mulai keropos, menyimpan satu gelas kopi yang dia beli di kantin. Merogoh tas ranselnya dan mengeluarkan satu batang rokok beserta koreknya. Menjepit rokok di bibir dan membakar lintingnya, lantas mengeluarkan asapnya ke udara.

Laki-laki berhidung mancung, mata sipit, alis tebal, rambut bermodel Spiky Sections, kulit putih dan postur tubuh jangkung berisi, terlihat paling gagah dan keren di antara mereka berempat. Kalau jalan sejajar, bisa terlihat jelas siapa yang paling mencolok dan menarik perhatian. Tentunya dia Rehan Andrean. Salah satu nama yang paling beken di SMA Adiguna, dia bukan kapten basket, bukan juga ketua OSIS. Dia hanya siswa yang mempunyai julukan "Badung" di sekolah karena kenakalan dan tidak taat aturan. Menjadi salah satu siswa yang dicap sebagai pembuat onar, menjadikan Rehan dikenal luas di kawasan SMA Adiguna.

Kedekatan antara Rehan, Doni, Rian dan Zaky diawali sejak pertama kali masuk kelas sebelas. Mereka menjadi bertambah akrab saat mempunyai hobi yang sama, hobi clubbing, hobi menyimpan foto-foto cewek seksi, dan hobi mengoleksi video bokep. Doni pun membuat sebuah grup Telegram, yang diberi nama 'Swag Berbagi Ilmu' dan ternyata isinya semua video bokep dan foto cewek seksi. Semenjak itu mereka semakin dekat karena satu hobi yang sama meskipun dengan karakter yang berbeda.

Drrtt

Dering ponsel terdengar sangat jelas di balik saku jaket laki-laki itu. Rehan merogoh sakunya, menatap layar ponsel dan terdapat beberapa pesan masuk dari Doni.

Lu di mana anjir? Gila, gua kena tanya sama Bu Ida. Nggak usah cari gara-gara deh lu.

Cukup bikin Bu Ida murka. Hukumannya nggak main-main, Bro. Lo seharusnya kapok.

Rehan menggeleng lalu membalas: Berisik anjir. Gua sebat dulu. Lagian gua sengaja, gua tahu sekarang pelajaran Bu Ida. Makanya gua nggak masuk.

Pasalnya, pernah satu waktu Rehan dengan sengaja tidak masuk jam pelajaran Bu Ida, dia malah asik nongkrong di kantin sekolah dengan terang-terangan sambil makan gorengan dan teh manis hangat. Tiba-tiba ada seseorang mengejutkannya dari belakang, spontan Rehan berbalik dan mendapati Bu Ida berdiri dan menatap tajam Rehan. Laki-laki itu tersenyum kikuk sambil menjepit gorengan di bibirnya--bingung--mau kabur sudah telat. Bu Ida menggeleng dan tidak segan menjewer telinga Rehan, memaksanya untuk berdiri lalu menyeretnya sampai Kelas. Tidak perduli dengan rengekan Rehan yang meminta ampun untuk dilepaskan, Bu Ida dengan sangar dan tanpa ampun, tetap membawanya masuk kelas.

Bukan hanya didiamkan, tetapi Rehan dipermalukan di depan kelas bahkan sampai di suruh berdiri dengan kaki diangkat satu dan kedua tangan menjewer telinga sampai pelajaran Bu Ida selesai bahkan bibirnya masih menjepit gorengan, sudah terbayang, kan, gimana glossy-nya bibir Rehan. Seperti memakai lipgloss. Setelah itu Rehan disuruh membersihkan seluruh toilet sekolah sampai pulang.

Karena seumur-umur selama Bu Ida menjabat sebagai guru Kimia, tidak pernah ada murid yang bolos dalam pelajarannya, siswa yang tidak taat aturan sekali pun tidak pernah ada yang berani bolos disaat jam pelajarannya. Dan baru kali ini ada murid secara terang-terangan berani bolos dan nongkrong di kantin, makanya sampai sekarang Rehan masuk dalam daftar murid badung di buku catatan BK dan murid pembuat onar di sekolah. Sampai menjadi siswa diurutan pertama musuh Bu Ida.

Selang lima menit, Doni membalas: Nggak usah ngadi-ngadi lu. Buruan masuk kelas, sekarang!

Tidak dibalas. Justru Rehan memasukkan ponselnya ke dalam tas dan kembali menikmati kopi dan rokok.

***

Bel istirahat terdengar sangat nyaring, membangunkan Rehan dari lelapnya tertidur. Iya, laki-laki itu ketiduran saat rokok dan kopinya sudah habis. Kata orang, kopi mampu membuat seseorang susah untuk tidur karena mengandung kafein. Tetapi tidak berlaku untuk Rehan, laki-laki itu tetap saja tidur walaupun sudah menyesap satu gelas kopi.

Rehan melihat ke arah jam yang melingkar di pergelangan tangan kirinya dan waktu menunjukkan pukul sepuluh. Rehan mengambil tas ranselnya dan berdiri, berjalan perlahan menelusuri koridor yang masih terlihat sepi dan belum ada murid yang keluar kelas satu pun. Rehan mengedarkan tatapannya dan tertuju pada seseorang yang berjalan mendekat. Seketika Rehan mengumpat di balik tembok, melebarkan kedua matanya dan napasnya mulai memburu, saat melihat Bu Ida tengah berpatroli di sekitaran sekolah.

"Shit, kenapa harus ada Bu Ida di sini?" Rehan perlahan mengintip di balik tembok dan kembali menyembunyikan dirinya, saat Bu Ida sudah mulai mendekat. Rehan mengedarkan tatapannya dan muncul sebuah ide cemerlang. Untuk menghindari Bu Ida, laki-laki itu segera masuk ke dalam toilet perempuan. Tidak perduli dengan konsekuensi yang akan didapatkan, yang penting aman dari Bu Ida. Pikirnya.

Seorang perempuan mengernyit heran saat melihat punggung Rehan memasuki toilet. Niatnya, perempuan itu akan keluar toilet. Namun langkahnya terhalang oleh Rehan yang tiba-tiba masuk. Perempuan itu mendorong Rehan yang terus berjalan mundur dan nyaris menabrak perempuan yang ada di belakangnya.

"Woi, ngapain lo di sini? Gila ya, ini toilet cewek!"

Rehan melebarkan kedua matanya dan berbalik. Terdapat perempuan yang tidak asing untuknya, Nabila. Siswi satu kelas dengannya.

Rehan meletakkan telapak tangannya di mulut Nabila, agar perempuan itu tidak berisik. Takutnya Bu Ida mendengar teriakan Nabila. "Sstt, berisik lo! Nggak perlu teriak-teriak. Lagian gua nggak ada niat busuk di sini!"

Nabila menepiskan tangan Rehan yang menempel di bibirnya, "Emang cowok mesum lo. Gue tahu, niat lo masuk ke toilet cewek buat ngintip. Sumpah ya, bersihin itu otak. Jangan nonton video bokep mulu!"

"Gua bilang berisik ya berisik! Gua nggak ada hasrat buat ngintip di sini. Gila, nggak nafsu gua. Di sini gua cuma mau ngumpet!"

"Gue laporin juga lo ya!"

Nabila melangkah namun Rehan memegang tangan Nabila, menahannya untuk pergi dan melapor. "Diem di sini, atau lo nggak bakalan aman!"

"Berani ngancem gue lo?"

Rehan tersenyum miring dan mendekat.  Jarak antara mereka begitu dekat, sampai Nabila dapat mencium aroma rokok berpadu dengan kopi dari hembusan napas Rehan. Laki-laki itu menatap Nabila sekejap lalu berbisik, "Gua nggak takut sama siapapun. Apa lagi lo. Tapi kalau lo berani cari gara-gara sama gua--"

"Sedang apa kalian di sini?" terdengar jelas suara Bu Ida menggema di belakang Rehan. Lebih tepatnya, di balik pintu utama toilet.

Mampus ketahuan!

Rehan terperanjat dan mengedarkan tatapannya, dia lupa kalau dia sedang berada di toilet perempuan sehingga susah untuk kabur. Apalagi pintu utama kini sudah di kuasai Bu Ida. Tidak mungkin untuk Rehan melewatinya, yang ada cari mati!

"Ah, shit!" umpat Rehan--dia perlahan berbalik dan menunduk, menatap sedikit Bu Ida yang berkacak pinggang, menatap tajam Rehan dan Nabila bergantian.

"Bu," Nabila menggerakkan kedua tangannya di hadapan Bu Ida dengan wajah panik setengah mati, "ini nggak seperti yang Ibu lihat. Saya cuma mau--"

"Ikut ke ruangan BK. Sekarang!"

"Lha, Bu, kenapa harus ke ruang BK? Jelas-jelas saya cuma--"

"Nggak usah pembelaan di sini. Ikut saya, sekarang!"

Nabila memejamkan mata sekejap, menghela napas jengah lalu menatap tajam Rehan. "Semua gara-gara lo! Emang ya, lo pembawa sial!"

Seperti pepatah, sudah terjatuh tertimpa tangga. Ini yang Rehan rasakan sekarang. Rehan hanya tersenyum miring dan mengangkat kedua bahunya.

Continue Reading

You'll Also Like

15.5M 875K 28
- Devinisi jagain jodoh sendiri - "Gue kira jagain bocil biasa, eh ternyata jagain jodoh sendiri. Ternyata gini rasanya jagain jodoh sendiri, seru ju...
54.6M 4.2M 58
Selamat membaca cerita SEPTIHAN: Septian Aidan Nugroho & Jihan Halana BAGIAN Ravispa II Spin Off Novel Galaksi | A Story Teen Fiction by PoppiPertiwi...
6.2M 482K 57
Menceritakan tentang gadis SMA yang dijodohkan dengan CEO muda, dia adalah Queenza Xiarra Narvadez dan Erlan Davilan Lergan. Bagaimana jadinya jika...
722K 67.5K 50
{Rilis in :1 February 2021} [Fantasy Vampire series] Ivylina terjebak di sebuah Museum kuno di negara Rumania dan terkunci di kamar yang penuh dengan...