Harmony ; family relationship

By cherriessade

38.2K 3K 330

(COMPLETED) [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Bukan cerita tentang kisah percintaan atau penghianatan, bukan juga mi... More

prolog
one
two
three
four
five
six
seven
eight
nine
ten
eleven
twelve
thirteen
fourteen
fifteen
sixteen
seventeen
eighteen
nineteen
twenty
twenty two
twenty three
twenty four
twenty five
twenty six
twenty seven
twenty eight
twenty nine
thirty
thirty one
thirty two
thirty three
thirty four
thirty five
thirty six
thirty seven
thirty eight
thirty nine
fourty
fourty one
fourty two (END)
Promote

twenty one

541 50 13
By cherriessade

MENEGANGKAN adalah suasana yang sedang Beltran rasakan saat ini. Melihat bagaimana cara Mommy yang menatapnya dingin membuatnya was-was.

Sementara yang bisa dirinya lakukan untuk saat ini adalah menunduk, menghindari tatapan mata Mommy yang mengintimidasinya. Dia tidak bisa berbuat apa-apa selain berharap dia akan selamat keesokan harinya.

Hh...bercanda. Mommy tidak akan sekejam itu.

Namun, jelas sekali bahwa dirinya tidak akan baik-baik saja kedepannya.

"Beltran..." Suara itu. Mengerikan.

Tidak, Mommy tidak membentaknya. Justru berucap kelewat tenang yang membuat Beltran merinding.

"I...iya, Mom."

"Kali ini apa lagi?"

"Tonjok-tonjokan." Beltran masih menunduk tanpa berani mendongak.

"Kamu tau ini sudah ke berapa kalinya Mommy dapet surat panggilan dari pihak sekolah?"

Beltran menggeleng.

Mommy menghela napas pening. "Mommy nyerah. Mulai sekarang Daddy aja yang urusin semua kenakalan kamu disekolah, Mommy nggak mau lagi."

Beltran mendongak. "Mom?"

"Kok gitu?" lirihnya.

"Mommy capek."

"Mom...jangan gitu, lah. Seenggaknya jangan Daddy"

"Kenapa? Daddy berhak tahu semua kelakuan kamu disekolah. Cukup sampai disini aja Mommy nurutin keinginan kamu yang nggak mau sampai ketauan Daddy."

"Mom, plis dipikirin baik-baik dulu deh. Kalo fasilitas aku disita sama Daddy gimana? Aku nggak bisa ngapa-ngapain lho ntar? Mommy mau aku stress gara-gara itu?"

"Kamu kan, udah stress, sinting lagi."

"Ih, Mom, jahat bener deh." Beltran merengek.

"Kenapa Mommy nggak suruh Daddy bilang ke pihak sekolah supaya aku diistimewakan? Sekolah itu kan milik Daddy. Jadi, Mommy nggak dapet lagi deh surat-surat panggilan dari BK. Gimana, ide bagus, kan?"

"Nggak bakal. Di istimewakan apanya? Cih, yang ada kamu makin banyak tingkah kalau dibiarin."

"Kalo gitu Mom jangan lepas tangan dong sama urusan sekolah aku."

"Ya, kamu dong yang nggak usah bikin masalah."

"Gampang itu mah, asalkan Mommy nggak bilang-bilang Daddy."

"Gampang itu mah, asalkan kamu berhenti bikin Mommy dipanggil kesekolah melulu." Mommy membalikkan ucapan Beltran.

"Dih, Mommy!" seru Beltran kesal.

***

Terdengar suara gesekan kursi, seseorang bangkit dari bangkunya.

"Gue pengen ke toilet, temenin dong." Adara melirik teman-temannya.

"Sama gue aja." Alexa ikut bangkit dari kursinya.

Sedangkan Agatha diam-diam melirik Adara lalu menatap Alinza. Dia berdeham, "Gue juga pengen ke toilet. Kalogitu, ayo Lin, lo ikut juga daripada sendirian."

Alin menurut saja. Berjalan disamping Agatha sedangkan Alexa berada disebelah Adara. Alin tak sengaja bertatapan dengan Alexa, sementara perempuan ith pun terlihat kaget saat kedua mata mereka bertemu. Cepat-cepat keduanya mengalihkan pandangan.

Sudah seminggu mereka tidak berbicara. Sebenarnya Alexa ingin meminta maaf, ia merasa berlebihan. Dia tahu kalau Alin khawatir, dan tak seharusnya Alexa menanggapinya dengan emosi. Teramat ingin meminta maaf, tapi sangat menyayangkan gengsinya yang terlalu tinggi untuk melakukan itu.

Sesampai di toilet, Agatha dan Adara langsung masuk sedangkan Alinza dan Alexa sengaja menunggu diluar. Kali ini suasana tampak canggung, tidak ada yang ingin membuka suara atau lebih tepatnya tidak mau. Gengsi berhasil menguasai mereka hingga terpecah dan tak saling tegur. Andai keduanya tidak memiliki ego tinggi, mungkin hubungan pertemanan mereka sudah membaik.

Mengerutkan dahi bingung ketika mendengar suara Agatha dan Adara yang terdengar panik dari dalam toilet, keduanya langsung menghampiri temannya.

"Ada apa?" Tanya Alin.

"Itu coba lo berdua liat!" Adara menunjuk bilik toilet dengan tangan bergetar membuat keduanya seketika penasaran.

Mendekat kearah bilik toilet dengan langkah hati-hati, namun ketika sampai, mereka tak melihat apapun.

Brakkk.

Pintu kamar mandi dikunci dari luar membuat Alexa sukses melotot.

"Shit!" Gumam Alin pelan. Harusnya ia lebih cepat menyadari dari gelagat Agatha dan Adara yang terbilang aneh sejak tadi.

Alexa menggedor pintu sambil berteriak, "Gat, Dar, bukain dong! Woy!"

"Agatha! Adara! Lo berdua masih disana kan?" Pekik Alexa lagi.

Percayalah! Jika bukan Alinza yang terkurung bersamanya saat ini mungkin Alexa tidak akan sepanik ini. Bisa dibilang selama seminggu ini ia berusaha menghindari Alin namun dengan teganya kedua sahabatnya itu mengurungnya berdua dengan Alin disini.

"Nggak bakal sebelum lo berdua maapan" Ujar Adara, Agatha mengiyakan. Rencana ini memang kekanakan tetapi mereka tidak punya pilihan lain selain mengikuti rencana yang diusulkan Adara.

Beberapa orang yang ingin masuk ke dalam toilet, dihentikan oleh Adara. Gadis itu menyuruh untuk pergi meminjam toilet kelas sepuluh. Bodohnya lagi orang itu menurut dan segera menuju toilet adik kelas.

Didalam, Alexa sudah berhenti menggedor pintu. Dia mengusap wajahnya kasar lalu melirik Alin yang menatapnya datar. Alin tampak tenang, tidak seperti dirinya.

Padahal Alin sendiri merasa hal yang sama, hanya saja dia menyembunyikannya. Dia tak nyaman berada berdua bersama Alexa dengan kondisi hubungan seperti ini. Namun, dia juga tak akan membuang-buang tenaga seperti yang Alexa lakukan karena Alinza tahu itu akan percuma. Kedua temannya tidak akan membuka pintu sebelum mereka berdua benar-benar berbaikan.

Beberapa menit suasana hening, tidak berniat sama sekali membuka suara. Mereka saling melirik kemudian langsung membuang muka dan seperti itulah seterusnya.

Suasana benar-benar canggung dan tidak nyaman.

"Udah maapan aja sih, lama bener. Rendahin ego, turunin gengsi, udah beres! " Pekik Adara mulai kesal. Tak tahu bahwa Alexa sama kesalnya. Untuk mengendalikan ego dan gengsi tidak semudah seperti yang mereka bayangkan

Alin menghela napas panjang. Patut mengacung jempol kepada dua temannya yang terbilang nekat. Baiklah, Alin akan mencoba seperti yang mereka inginkan. Lagipula mau berapa lama lagi dia harus terjebak bersama Alexa dengan keadaan canggung.

Dia melirik Alexa yang berkacak pinggang sementara satu tangan lainnya menggigit kuku—kebiasaan yang dia lakukan ketika panik. Alin menarik napas panjang, lalu menghembuskanya. Mencoba menurunkan egonya. Baru ingin melihat kearah Alexa, namun langsung membuang muka tatkala mata mereka bertemu.

Alinza mendesah berat. Dia tak yakin Alexa akan memaafkannya. Dia tak bisa melakukan ini, rasanya terlalu berat. Mengharapkan Alexa? Bahkan Alin ragu Alexa mau melakukannya.

Namun, pada akhirnya, Alin mengalah dari egonya.

"Lex,"

"Lin,"

Mereka terkejut. Memanggil secara bersamaan membuat mereka saling pandang sebentar.

"Lo duluan aja." ujar Alin tanpa menoleh.

"Lo aja" balas Alexa.

"Lo aja dulu" Ujar Alin, kemudian menghela nafas. Jika terus-menerus mengoper—tidak ada yang mau memulai—maka kapan akan terselesaikan?

Alin menghadap Alexa, berniat meminta maaf lebih dulu, namun kaget saat Alexa menatapnya berkaca-kaca.

Alexa segera menghambur ke pelukan Alin, menjatuhkan air matanya, "Sorry, gue bersalah."

Alinza membalas pelukan tak kalah erat. "Gue juga"

***

Agatha menghela lega, akhirnya dua temannya telah selesai berbaikan. Kini dia berjalan menuju kelas Bara untuk mengantarkan hoodie yang sempat dberipinjamkan Bara.

Sesampai didepan kelas Bara, dia memejamkan mata, cukup gugup sebenarnya.

Lalu ingin melangkah masuk, namun terhenti mendadak ketika Bara sudah berada tepat didepannya. Agatha mengusap dadanya karena merasa kaget atas kehadiran Bara yang tiba-tiba.

Melihat itu, diam-diam Bara tersenyum tipis.

Setelah menenangkan jantungnya, Agatha menyodorkan paperpag ditangannya. "Ini hoodie punya Kak Bara. Makasih udah diberi pinjem"

Bara menerima paperbag dari tangan Agatha. Setelah itu, Agatha berbalik pergi.

"Adelle Agatha,"

Agatha refleks berhenti. Menoleh kembali kearah Bara, "Iya, Kak?"

"Pulang gue tungguin, ya. Gue pengen ngomong sesuatu." Tanpa bicara apapun setelahnya, Bara melenggang masuk.

Agatha tidak mau kegeeran, tetapi dia tak dapat membohongi bahwa jantungnya berdegup kencang lebih dari yang tadi.

***


Daren duduk santai disofa sesekali tertawa kecil sementara dirinya mengetikan sebuah pesan untuk Zila. Dimana ketika Zila membalas pesannya dengan respon baik, dirinya merasa bahagia. Untuk sampai dititik ini, Daren benar-benar harus berjuang.

Dia mengingat wajah kecewa dan terluka Zila ketika tahu bahwa Daren mendekatinya hanya untuk dijadikan mainan dan berujung Daren benar-benar jatuh cinta padanya. Mungkin itulah karmanya karena saat itu Zila benar-benar menutup diri darinya, menjauhinya hingga sangat sulit bertemu, bahkan untuk menghubunginya, Daren perlu menelpon puluhan kali. Ketika Daren berhasil menemuinya, yang dia dapatkan hanyalah caci dan amarah. Daren hanya bisa tersenyum pahit saat itu, membela diripun tak ada gunanya, dirinya memang pantas dimaki.

"Uuu.." Suara seseorang dari belakang sofa berhasil mengagetkannya.

"Anj—lo bener-bener ya?!" Seru Daren seraya mengelus dada.

Dilihatnya Gaisa yang tersenyum penuh arti melirik ponselnya, sontak Daren menjauhkannya dari pandangan Gaisa.

"Apa-apaan lo?! Privasi gue jangan diusik dong!"

"Apaan orang nggak sengaja kebaca kok!" Gaisa membela diri.

Daren mendelik. "Baru tau gue, ngintip dari belakang sofa itu perbuatan yang nggak disengaja."

"Lah, baru tau, ya? Selama ini kemana aja?" Ledek Gaisa.

"Ngeselin lo, sana jauh-jauh deh. Nggak bisa gue deket-deket orang gila."

Gaisa menunjuk dirinya sendiri. "Who? Me? No, that's you."

Daren mengambil bantal dan bersiap melemparkannya pada Gaisa, "Sana nggak!"

Gaisa langsung kabur meski menyempatkan untuk menjulurkan lidah meledek Daren. Lelaki itu melemparkan bantal sofa kearah Gaisa, sayangnya tidak kena.

***

TBC

Guys sori banget lama up hiks.
Maapin ya, kemarin i lost my phone, so sad😭

Published april 10th, 2021.

Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 65.6K 42
"Setiap pertemuan pasti ada perpisahan." Tapi apa setelah perpisahan akan ada pertemuan kembali? ***** Ini cerita cinta. Namun bukan cerita yang bera...
1.3M 110K 131
"You do not speak English?" (Kamu tidak bisa bahasa Inggris?) Tanya pria bule itu. "Ini dia bilang apa lagi??" Batin Ruby. "I...i...i...love you" uca...
356K 14K 51
Selamat membaca kisah Arshaka Kai Bimantara dan Naeva Raveena Arkatama ❀️❀️❀️ Naeva Raveena Arkatama, atau kerap di sapa Naeva, adalah gadis baik, pe...
7K 492 35
Love relationship seorang Badgirl dipadukan dengan lelaki tampan yang menjadi ketua klub Basket SMA Galaksi, dan ketua geng Motor Vedenzo. Kalimat da...