MY HUSBAND - JOSHUA HONG (COM...

By itsbeautifulspring

246K 29.4K 3.2K

Joshua Hong dan Park Hana sepakat untuk menjalani pernikahan palsu demi kepentingan masing - masing. Tapi mer... More

1 - Kesepakatan
2 - Kisah
3 - Benci
4 - Keluarga Joshua
5 - Masa Lalu
6 - The Day
7 - Hot Chocolate
8 - Jeonghan
9 - Choi Hye Ji
10 - Terluka
11 - Jo, aku pinjam tempat tidurmu
12 - Arti sebuah pelukan
13 - Jangan Menangis Hana
14 - Sendiri dan Kesepian
15 - Joshua dan pilihannya
Cast
16 - Bertemu Pria Aneh
17 - Perihal Tidur Bersama
18 - Si Pencuri
19 - Dandelion
20 - Awal yang baru
21 - Jangan terjebak Hana
23 - Kita Akhiri
24 - Penyesalan
25 - Menepi
26 - Jeonghan, dan perasaannya
27 - Belum Selesai
28 - Selamat Jalan
29 - Menata Ulang
30 - Pulih
31 - Akhir ?
32 - Bertemu Kembali
33 - Kebahagiaan
SPECIAL CHAPTER - YOON JEONGHAN
SPECIAL CHAPTER - YOON JEONGHAN II
SPECIAL CHAPTER - Penyelesaian untuk Jeonghan
SPECIAL CHAPTER - Penyelesaian untuk Hye Ji
SPECIAL CHAPTER - Joshua dan penderitaannya
HALLO
SPECIAL CHAPTER - JOSHUA BICARA
SPECIAL CHAPTER - DADDY HONG
Side Story - Vernon X .....
SPECIAL CHAPTER - Jo

22 - Diary Kencan Hana - Joshua

5.2K 692 99
By itsbeautifulspring




"Hana...."

"Hmm?"

"Hana...."

Aku menoleh. Tebak siapa yang tengah merengek seperti anak kecil sekarang? Bukan Vernon jika kalian tebak itu dia.

"Apa Jo?"

"Kemari, sudah satu jam kau sibuk dengan bukumu."

"Aku belum mau tidur, lagi pula ini baru jam sembilan Joshua."

Joshua mendengus kesal, kemudian menutup seluruh tubuhnya dengan selimut. Aku menatap heran padanya, aku tidak tahu dia kenapa, atau sedang kerasukan apa tapi malam ini dia kekanakan sekali.

Aku masih memperhatikan tingkahnya. Seluruh tubuhnya dibalut selimut tebal, dia menghentak - hentakan kakinya sehingga menimbulkan suara gaduh yang sangat mengganggu aktivitas membacaku.

"Kau sakit?"

Aku menghampirinya, berdiri di samping tempat tidur dengan menyilangkan tangan di dada. Menunggu si suami ini membuka selimutnya. Suami? Rasanya masih canggung menyebutnya begitu.

"Ya aku sakit. Kemari rawat aku."

Dia membuka selimutnya, menatapku dengan tatapan menyedihkan yang dibuat - buat.

"Mana yang sakit?"

"Ini..."

"Joshua!"

Aku terkejut dengan perlakuannya yang sangat tiba - tiba. Dia memegang tanganku kemudian menariknya, membuatku otomatis jatuh tepat di atas tubuhnya.

"Hatiku sakit karena kau mengabaikan aku."

Aku menelan ludah dengan susah payah, mataku mengerjap beberapa kali saat beradu tatap dengan Joshua. Pria ini salah makan atau bagaimana kenapa mulutnya mengeluarkan rayuan murahan seperti itu?

"Kau sakit Jo. Benar - benar sakit. Jiwamu sakit. Lepaskan!"

Aku berusaha melepaskan diri dari rengkuhannya, tapi sayang dia tetap menahanku. Membuat tenagaku terbuang sia - sia.

"Aish kata - katamu Hana."

Joshua menatapku dengan mata melotot, memberi peringatan atas kata - kataku sebelumnya yang sepertinya tidak ia sukai. Ya siapa suruh bertingkah aneh, dia sangat berbeda dengan Joshua yang biasanya. Oh! Apa ini sifat aslinya? Kekanakan dan sedikit... Manja?

"Lepaskan dulu."

Joshua melepaskan rengkuhannya, tapi dia tidak melepaskanku begitu saja. Dia malah menarikku untuk berbaring di sampingnya.

"Kita diskusi sebentar ya Hana."

Nada bicara Joshua kembali seperti biasa, lembut dan berwibawa. Itu artinya ada hal serius yang akan dia bicarakan.

"Tentang apa?"

Aku menoleh, menatap Joshua yang sedang berbaring menyamping dengan kepala yang bertumpu pada tangannya.

"Tentang kita. Pernikahan ini kan sudah berjalan seperti seharusnya. Kau paham kan? Maksudku tidak ada lagi perjan—"

"Iya aku paham. Lanjutkan."

"Kau juga tahu kan Nenek meminta kita untuk segera memberinya cicit."

"Hmm, lalu?"

Jantungku berdegup kencang, aku tahu kemana arah pembicaraan ini. Aku sudah cukup dewasa untuk mengerti maksud tersirat dari perkataan Joshua.

"Aku tidak akan memaksa. Karenanya aku memilih berdiskusi tentang ini sebelum meminta padamu untuk yaa kau tahu. Aku tidak ingin kau merasa terpaksa. Tapi aku harap kau—"

"Stop."

Aku memotong pembicaraan Joshua. Anak ini terlalu bertele - tele.

"Maaf apa kata - kataku terlalu bertele - tele? Aku tidak tahu bagaimana harus meminta—"

"Joshua...."

"Iya, Hana?"

Aku memejamkan mataku sebentar, menarik nafas lalu menghembuskannya perlahan untuk menenangkan diriku.

"Jo, kau bukan mau presentasi kerja atau apalah itu. Kau sedang bicara dengan istrimu perihal sesuatu yang tidak seharusnya kau sampaikan sekaku itu."

Joshua tertawa kecil, dia mengusap tengkuknya lalu merubah posisinya menjadi duduk. Aku mengikutinya, jadi sekarang kita duduk berhadapan.

"Jadi bagaimana?" Aku memancing pembicaraan lagi setelah memastikan aku dan Joshua sudah berada di posisi yang nyaman.

"Anak. Ayo kita membuatnya."

"Suttt!"

"Awwsh sakit!"

Aku refleks memukul mulut Joshua, membuatnya membulatkan matanya dan meringis kesakitan.

"Maaf maaf Jo aku tidak sengaja."

"Katanya tadi tidak mau bertele - tele, aku langsung to the point kau malah terkejut setengah mati."

"B-bukan begitu Jo. Aku hanya— ya siapa juga yang tidak terkejut dengan pemilihan kata - katamu."

Aku mundur dari tempatku, lalu sebisa mungkin menghindari kontak mata dengannya. Sial, aku gugup.

"Baiklah lupakan, jadi bagaimana?"

"Hah?"

"Kau siap?"

Tangan Joshua menyentuh rambutku, lalu turun menyusuri wajah hingga mendarat di bahuku. Tapi aku semakin mundur dan menghindari sentuhannya.

"Aku... Tidak Jo, aku belum siap."

Ucapku yakin, membuat Joshua menatapku dengan tatapan yang sulit aku baca.

"Baiklah."

Joshua tersenyum lalu mengusap rambutku. Tapi senyum itu seperti sedikit dipaksakan.

"Aku mau tidur."

Aku buru - buru membaringkan diriku dengan posisi membelakangi Joshua. Dia juga ikut berbaring. Lama aku tidak merasakan pergerakan Joshua. Apa dia marah? Kenapa dia tidak memelukku seperti biasanya? 

••••

"Kita kencan ya hari ini."

"Kencan?"

"Kita kan baru memulai, semalam aku rasa aku terlalu buru - buru. Ayo kita mulai dari sesuatu yang sederhana."

"Baiklah..."

"Aku pulang setelah makan siang ya."

Joshua mencium keningku, sesuatu yang sepertinya akan jadi rutinitasnya sebelum berangkat kerja. Dia melambaikan tangan dari jendela sebelum melajukan mobilnya.

Aku terus menatap kepergian Joshua dengan hati yang tidak karuan, aku tidak tahu kenapa tapi rasanya aku bahagia. Joshua sudah banyak berubah, dia benar - benar memperlakukan aku dengan baik, selayaknya istri yang sangat dia cintai.

Kencan? Sudah berapa lama aku tidak pergi kencan? Ah aku jadi penasaran seperti apa gaya kencan Joshua? Apa dia akan membawaku ke bioskop? Atau makan di restoran mewah? Ah! Atau dia akan menyewa seluruh taman bermain dan mengajakku untuk menyaksikan pertunjukan musikal romantis pada malam hari?  Atau mungkin sesuatu yang sederhana seperti berjalan di tepian sungai Han dan makan semangkuk ramen di depan minimarket? Astaga Hana! Aku buru - buru menggelengkan kepalaku, mengenyahkan tebakan - tebakan konyolku tentang Joshua dan gaya kencannya. Ahh sial tapi aku penasaran. 

Oke baiklah Hana, tenangkan dirimu. Ini hanya kencan, jangan berlebihan.

Aku berkutat dengan lemariku. Mengeluarkan beberapa koleksi baju terbaikku. Tapi nihil— kenapa kemarin aku tidak membeli baju baru saat belanja Dengan Hye Ji. Ah Hana, kau benar - benar tidak memperdulikan penampilanmu. Aku akan pergi kencan dengan Joshua, setidaknya aku harus tampil sebaik mungkin  agar terlihat pantas saat berjalan berdampingan dengan Joshua. Aku mengakui kalau Joshua memang memiliki paras yang tampan, jadi aku harus mengimbangi penampilannya.

•••

"Kita mau kemana?"

Saat ini aku dan Joshua sudah berada di mobil. Entah kemana Joshua akan membawaku, aku belum tahu.

"Emmm, pantai bagaimana? Melihat matahari terbenam?"

"Oke baiklah."

Ternyata tebakanku semuanya meleset, pantai adalah pilihan kencan seorang Joshua.

"Ke pantai mana?"

"Gyeongpo saja ya? Aku sebenarnya ingin mengajakmu ke pantai yang lebih jauh. Jeju misalnya, atau Bali. Tapi besok aku masih harus kerja."

"Baiklah tidak masalah Jo."

"Kalau kemalaman kita menginap saja ya? Nanti kita pulang pagi - pagi."

Aku mengangguk, kemudian melanjutkan kegiatanku menikmati pemandangan sepanjang jalan yang terlihat indah. Musik khas musim panas mengalun merdu menemani perjalanan kami. Sesekali Joshua bersenandung mengikuti irama lagu. Menggemaskan.

Setelah dua jam menempuh perjalanan akhirnya kami sampai di pantai. Joshua langsung mengajakku berjalan di bibir pantai. Karena hari sudah menjelang sore jadi matahari tidak terlalu terik. Area sekitar juga terlihat sepi karena kami datang di hari kerja. Hanya ada beberapa orang yang berkunjung.

"Kau mau makan?"

"Baru datang dan langsung makan? Kita bahkan belum lama berjalan - jalan disini."

"Baiklah,setelah matahari terbenam kita makan malam ya?"

"Iya Jo."

Joshua menggenggam tanganku, berjalan menyapu pasir dengan kaki telanjang. Menyusuri pasir putih yang terasa hangat menyentuh kaki. Ada beberapa anak kecil yang berlarian di tepi pantai. Mereka sedang bermain dengan ombak, menggemaskan sekali.

"Lucu ya?"

"Apa?"

Joshua menunjuk anak kecil itu dengan dagunya. Kemudian dia menoleh padaku, tersenyum penuh arti.

"Nanti kita juga seperti itu. Bermain bersama anak kecil yang akan memanggilku ayah dan ibu untukmu."

"Kau sangat menginginkannya?"

Joshua tertawa pelan, matanya fokus menatap deburan ombak di hadapan kami.

"Siapa yang tidak mau? Menikah, memiliki anak, dan menjalani hari - hari yang menyenangkan sampai tua nanti."

"Tapi aku takut Jo.."

"Takut apa?"

Mata kami bertemu, saling menatap untuk menyelami perasaan masing - masing.

"Aku takut terluka, seperti ibuku."

Joshua masih menatapku, tangannya terulur mengusap lembut pipiku.

"Apa kau percaya jika aku bilang, jangan takut. Aku akan disini bersamamu. Membahagiakanmu."

"Haruskah aku percaya?"

Joshua menatapku dalam, dan tanpa aku sadari dia sudah mengikis jarak di antara kami. Rasanya hangat saat Joshua mendaratkan ciumannya di atas bibirku.

"Aku akan buktikan."

Dia tersenyum lagi, membuatku ikut tersenyum. Pantai ini sepertinya akan menjadi saksi kenangan manis antara Joshua dan aku. Episode kencan pertama Hana - Joshua yang menyenangkan.

"Jo, aku haus."

"Haus? Mau ke restoran sekalian makan?"

"Tidak nanti saja, kita kan mau melihat matahari terbenam dulu."

Joshua terlihat mengedarkan pandangannya,

"Aku ke minimarket dulu membeli minum, kau mau ikut?"

Aku menggeleng, memilih duduk di tepi pantai dan beristirahat sebentar. Joshua melepas jas nya dan memakaikannya padaku. Kemudian dia pergi ke minimarket untuk membeli minum.

Aku sangat bahagia. Katakanlah ini berlebihan tapi sepertinya aku sudah mulai jatuh cinta kepada Joshua? Apa ini sudah waktunya aku menyerahkan segalanya untuk Joshua? Memulai hidup baru dan menciptakan keluarga kecil bersamanya? Astaga Hana kau mudah sekali luluh, tapi siapa juga yang bisa menolak pesona Joshua dan di perlakukan semanis itu.

•••

Semakin sore udara di sini bertambah dingin, tapi semuanya terbayarkan karena cuaca sangat cerah jadi aku bisa menyaksikan pemandangan senja yang sangat indah. Langit jingga, matahari yang perlahan hilang di ujung garis horizon, dan jangan lupakan deburan ombak yang saling beradu menyapa pasir pantai.

Aku sibuk mengeratkan jas Joshua yang membalut tubuhku, angin laut berhembus sedikit kencang hingga rambutku ikut menari tersapu hembusan angin. Beberapa kali aku memeriksa jam  yang melingkar di pergelangan tanganku. Ini sudah setengah jam lamanya Joshua pergi. Kenapa lama sekali? Apa dia sekalian membeli makan jadi lama?

Aku mengeluarkan ponselku, menekan nomor Joshua dan menghubunginya. Nomornya tidak aktif, apa mungkin dia meninggalkan aku disini? Ah tidak mungkin.

"Tenang Hana, mungkin kasirnya antre jadi agak lama."

Aku mencoba bicara dengan diri sendiri, menyakinkan diriku dan mengenyahkan segala pikiran buruk itu.

"Apa selama itu? Joshua kau kemana sebenarnya? kenapa nomormu juga tidak aktif."

Aku khawatir terjadi apa - apa dengan Joshua, tidak biasanya dia tidak bisa di hubungi seperti ini.

Langit sudah sepenuhnya gelap, area sekitar pantai sudah sepi. Rasa takut mulai menggerayangi, aku takut ada orang jahat yang tiba - tiba datang. Jadi aku putuskan meninggalkan tempat itu. Siapa tau aku bertemu Joshua.

Mataku menangkap sebuah minimarket yang berada tidak jauh dari pantai. Aku memasuki minimarket itu, tapi aku tidak menemukan Joshua.

Aku mulai gemetar, tidak mungkin Joshua meninggalkan aku. Tidak Hana,  tadi dia baik - baik saja. Aku melangkahkan kaki ke parkiran dimana Joshua memarkirkan mobilnya disana.

"Tidak ada...."

Aku bergumam pelan saat menyadari sejauh mata memandang tidak aku temukan mobil Joshua. Itu artinya dia sudah meninggalkan tempat ini. Dia meninggalkanku?

Aku memeriksa ponselku lagi, berharap ada pesan dari Joshua. Tapi nihil. Tidak ada sama sekali.

"Jo... Kau jahat kalau sampai meninggalkan aku disini."

Aku mencoba menghubungi orang lain, aku harus pulang. Ini sudah malam, tidak ada bus lagi. Mencari taxi juga sulit.

"Halo...."

"......."

"Aku di Gyeongpo. Jemput aku.."

"....."

"Cepat, aku takut..."







To be continue...






-Finding Hong-


Temen - temen, ada link secreto di bio aku. Kalian boleh mampir ke sana untuk sampaikan kritik dan saran atau apapun silahkan ya.
Terimakasih ^^




Beautiful Spring 🌸

Continue Reading

You'll Also Like

20.5K 3.5K 15
Jika kita tak bisa bersama, biarkan detak ini seirama main cast: Do Kyungsoo (GS) Park Chanyeol Rate : T Genre : Romance, Medical Original pict : pin...
252K 37K 67
Jennie Ruby Jane, dia memutuskan untuk mengadopsi seorang anak di usia nya yang baru genap berumur 24 tahun dan sang anak yang masih berumur 10 bulan...
144K 14.2K 43
[SUDAH TERBIT - SALINEL] WARNING 20+ (Mature Content) Follow dulu sebelum membaca, ada beberapa part diprivate secara acak. Sinopsis: Oh Sehun menyu...
13.4K 1.4K 19
°•~|Father of Magic|~•° (Di hentikan sementara) Indonesia sebuah negara yang dikenal dengan sifatnya yang penuh dengan misteri banyak orang yang kagu...