Bismillah ...
"Setiap manusia pasti memiliki rasa cinta, dan cinta itu datangnya darimana saja."
-Quote of Story Teman Sampai Surga-
Beda rasanya kalau sekolah online tuh. Murid yang rajin belajar, pasti akan kalah dengan murid yang kalau ulangan minta bantuan si Mbah Brainly
"Temen-temen! Aku mau curhat," ujar Fatimah.
"Curhat dong, Mah," celetuk Rindu
"Iya dong," lanjut Halimah, dan diiringi tawaan teman-temannya.
"Lebay ah. Aku serius, nih!"
Rindu pun mengerenyit, "Ga usah serius-serius banget, Timah. Bawa enjoy aja"
"Hush kalian. Kasian lho si Fatimah mau curhat kok malah kalian ledekin terus, sih." Lerai Aisyah, membela.
"Bukannya ajakin aku, biar seru. Malah kalian berdua doang," lanjutnya, dan membuat Fatimah naik darah.
"AISYAH BAGASKARA! ASTAGHFIRULLAHHALADZIM!" Teriak Fatimah sambil mengelus dada sambil menarik dan menghembuskan napasnya.
"Mau curhat tentang apa Tim? Atau jangan-jangan, lo mau protes soal nilai ulangan online tadi?"
"Telat sekali jawaban Anda!"
"Tepat sholehah! Bukan telat."
"Kesel gue tuh, udah belajar sungguh-sungguh. Eh malah dapet nilai yang kurang memuaskan." Protes Fatimah
"Udah gitu nih, ya. Gue kalah besar nilainya sama si anu! Gue yakin, si anu pasti dibantu sama Mbah G atau Tante B!"
"Mbah G siapa? Terus Tante B juga siapa? Keluarga dia?"
"Mbah G sama Tante B itu, si anu lho. Yang jadi sukarelawannya seluruh siswa yang belajar daring."
"Astaghfirullah! Yang serius dong, Maemunah!"
"Iya-iya! Ini yang lebih seriusnya-
Hilya, si gadis pendiam itu pun akhirnya angkat bicara. "Aku juga mau curhat, nih. Ada yang mau dengerin ga?"
Haura dan Aisyah pun menengok bersamaan dan saling pandang.
"Kalau curhatan si Hilya pasti seru! Mending kita dengerin dia aja kuy!" Ajak Haura
"Eh-eh kalian! Jangan aku dulu ah. Ada si Fatimah kan yang mau curhat duluan, kasian lho dia. Masa kita acuhin gitu aja."
Mereka semua pun melirik ke arah Fatimah. Wajah merah karena ingin marah itu pun semakin terlihat jelas. Tatapan yang tajam, serta hembusan napas yang kasar sangat jelas terlihat dan terdengar.
Rindu pun mendekat, "Jangan gitu, kalau marah nanti cantiknya ilang lho."
Seketika wajah Fatimah pun kembali seperti semula. Kini, senyuman manis dan wajah bersinar yang terukir indah.
"NAH! GITU DONG DARI TADI. GA USAH NGAMBEK GITU, TIMAH!" sindir Halimah, heboh.
Tiba-tiba, terbesitlah pikiran aneh binti gabut dari Haura.
"Gimana kalau kita curhat tentang masalah apa yang kita lagi hadapin sekarang. Jadi ya, itung-itung sharing gitu."
"Kita semua?" Tanya Haura
"Iya Maemunah! Ya kali si Abang tukang bakso?!"
"Aku ga ikutan curhat, ya. Sorry sis, problem aku itu private."
"Bahasa bulepotannya mulai muncul ke daratan lagi ya Bun," sindir keras Hilya
"Lupakan!"
"Mari kita balik ke topic yang mau kita bahas. Mau saling curhat kan? Yuk siapa dulu yang mau menceritakan kisahnya terlebih dahulu. Ana persilakan," ujar Fatimah, gadis yang sedang menggengam sapu ijuk.
Rindu pun terlihat waspada, jangan sampai setan menghasut Fatimah untuk kembali marah dan melayangkan sapu ijuk itu ke arahnya.
Sedangkan Aisyah dan Halimah, berusaha menahan tawa. Bukan karena mereka seru melihat pertengkaran Rindu dan Fatimah. Namun, karena kerudung yang digunakan Rindu itu terbalik.
Halimah pun menyikut Aisyah, "Ai aku udah ga kuat plis!" Ucapnya sambil menahan mulutnya agar tidak mengeluarkan tawa.
Bukannya malah menolong Halimah menjauh dari sana, Aisyah justru malah sengaja mengelitiki pinggang Halimah. Karena merasa geli, akhirnya tubuh Halimah pun tidak bisa diam dan tidak sengaja menarik kerudung yang dipakai oleh Rindu.
Alhasil, Rindu pun langsung menoleh ke arah belakang dan segera menahan kerudungnya agar tidak lepas serta tidak terlihat rambutnya sedikitpun. "Limah!!! Bisa diem ga sih!"
Aisyah dan Halimah pun diam seribu bahasa.
Haura dan Hilya, yang sedari tadi menonton candaan mereka hanya tersenyum tipis dan beristighfar.
"Maafin gue ya Rin." Akhirnya, Fatimah pun mengalah untuk meminta maaf duluan, dan tanpa disuruh.
"Santay."
"Back to topic!"
"Aku duluan, ya. Boleh ga, gaes?" Hilya pun mengencangkan suaranya, karena kalau berbicara atau menggobrol suaranya sangat kecil.
"Apa? Ga kedengeran Ya?" Teriak Aisyah, memastikan apa yang dibicaran Hilya.
"Aku duluan yang curhat. Gapapa kan?" Ulangnya dengan nada yang lebih kencang lagi.
Hilya itu paling calm ges, sahabatnya pada bar-bar. Dia sendiri doang yang paling calm, patut diacungkan jempol.
Tumbenan banget, Hilya mau curhat. Karena dia termasuk orang yang penutup, pun sama sahabatnya sendiri.
"Oh, boleh dong. Tapi, speaker suara lo digedein dikit ya. Biar jelas gitu lo curhatnya tentang apa." Respon Rindu sambil duduk bersila.
"Jadi gini, kalian tau ga?-
"Aku mencium aroma-aroma pengurang pahala. Jauhilah perbuatan seperti itu fren!" Potong Haura, sambil menatap serius ke semua sahabatnya.
Aisyah pun angkat biacara, ia tau maksud dari Haura memang untuk melawak. Namun, dia hanya ingin meluruskan dan kasih ingatan. "Dengerin dulu apa kata Hilya, Bunda. Jangan asal potong Bun,"
"Lanjut, Ya."
Hilya pun mengangguk. "Kalian kenal ga sama Ka Riyan? Kakel di sekolah kita."
"Oh, si Riyan. Gue tau, kenapa tuh? Ada masalah bukan sama lo?" Balas Rindu
"Masa lalu lebih tepatnya. Bener ga?" Ujar Aisyah sambil menaikan alisnya jahil.
Hilya pun tertawa melihat wajah Aisyah. "Ya, bisa dibilang gitu sih."
"Tapi, kalian jangan langsung hardik aku gitu aja lho! Apalagi langsung bilang 'cie-cie-cie' gitu."
Semuanya pun mengangguk mantap.
"Ka Riyan kemarin itu nge-chat aku. Awalnya sih, biasa aja. Sambil nanya kabar gitu."
Rindu pun tiba-tiba heboh, "Eh dia bilang apa aja Ya ke lo?"
"Nge-chat biasa, ga yang aneh-aneh kok."
"Cuma mau ngingetin, awas terbang. Jantungnya aman kan?" Ledek Fatimah sambil menyikut Hilya.
Aisyah dah Halimah yang pun kurang setuju dengan tindakan Hilya dan sahabat yang lainnya, segera menegur, "Ih kalian gimana sih! Bukannya diingetin kalau si Hilya sama Ka Riyan itu lagi di goda sama SETAN!"
Rindu pun menoleh sebentar, "Bentaran doang Ai, Limah. Mereka lagi kesem-sem asmara itu."
"Ya, jangan sampai berlebihan pokoknya." Lanjut Aisyah
"Semuanya itu berawal dari hal kecil, lho. Saran aku, kamu stop respon Ka Riyan."
"Perkataan si Aisyah sama Halimah emang ada benernya juga sih. But, kalau ada rasa di antara kalian, terus ya jadi saling nyaman. Malah nanti jadi pacaran, lho. Pacaran itu dosa," Fatimah pun akhirnya memberikan pendapat dan meng-iyakan jawaban dari Halimah tadi.
Hilya yang langsung sadar pun langsung beristighfar. "Udah, mending Ka Riyan buat aku aja gimana?" Serobot Haura tanpa malu.
"Ga gitu konsepnya, Jamilah. Seenak jidat kebo lo bilang gitu." Balas Rindu, dan diringi gelak tawa sahabat yang lainnya.
"Dari pada mubazir kan? Mending buat aku."
"Mending buat si j4m3t aja." Ujar Fatimah, mulai kesal.
Aisyah pun langsung mengalihkan pembicaraan. "Udah ah, lupain ngomongin j4m3tnya. Nanti pahala kita malah pindah ke dia."
"Oiya Ai. Kemarin ada nomor yang chat kamu ga?"
Aisyah pun tersentak kaget, "Ada. Kamu kasih no aku ke siapa Rin?"
"Ke Ka Rafi. Waktu itu dia minta no lo, Ai. Jadi tanpa basa-basi gue langsung kasih. Maaf ya."
"Astaghfirullah! Lain kali izin dulu deh Rin. Utamakan izin dan adab," nasihat Fatimah mengingatkan.
Tidak ingin kalah, Rindu pun menceritakan hal yang kemarin ia alami. "Kemarin juga ketos kita chat aku. Tapi, belum aku bales sih. Cuma aku baca doang chat nya. Hehe"
"KA ARIF CHAT LO RIN? JANGAN-JANGAN ADA SESUATU INI!"
"Postive thiking aja, siapa tau mereka gabut. Kalian tau kan, kakel kita itu gimana?" Balas Aisyah sinis.
"Bener juga! Jangan sampai kita tergoda sama kegabutan mereka."
"Tapi, kemarin Ka Riyan telfon aku. Katanya sih penting." Celetuk Hilya, membuat sahabatnya terkejut.
"WHAT?!"
"Terus kamu angkat telfon dari Ka Riyan?"
Bersambung ....
Assalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh!
Hai temen-temen semua, gimana kabarnya? Semoga dalam keadaan sehat selalu, ya. Aaamiin.
Ehem, gimana dengan part ini? Apakah membaperkan kalian dengan bumbu percintaan yang lika-liku ini? Hemm, comment yaw ><!
Oiya, aku mau kasih informasi sedikit tentang 'Apakah boleh seorang wanita dan seorang lelaki yang bukan muhrim saling berbalas pesan?' (ini menurutku ya gaes. But, tenang aja. Aku juga akan cantumin dalil hadis yang betul kok tentang hal ini)
Answer : Jadi, sebetulnya itu boleh-boleh aja. Asalkan, ada hal yang urgent atau penting banget. Kalau cuma iseng-iseng doang, ya pasti ga boleh dong:). Karena apa? Nanti setan bakalan seneng, dan terus ngegoda kalian buat ngelakuin hal-hal yang terlarang.
Berikut hadisnya :
• Hadis pertama :
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam mengatakan,
مَا تَرَكْتُ بَعْدِى فِتْنَةً أَضَرَّ عَلَى الرِّجَالِ مِنَ النِّسَاءِ
"Tidaklah kutinggalkan suatu ujian yang lebih berat bagi laki-laki melebihi wanita." (HR Bukhari no 4808 dan Muslim no 2740 dari Usamah bin Zaid).
•Hadis kedua :
Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam juga bersabda,
فَإِنَّ أَوَّلَ فِتْنَةِ بَنِى إِسْرَائِيلَ كَانَتْ فِى النِّسَاءِ
"Sesungguhnya awal kebinasaan Bani Israil adalah disebabkan masalah wanita." (HR Muslim no 7124 dari Abu Said al Khudri).
Jadi, BOLEH SALING CHATTINGAN DENGAN LAWAN JENIS, ASALKAN ADA HAL PENTING SEKALI UNTUK DIBICARAKAN. Kalau sekadar nanya jawaban tugas? Nanya lagi ngapain? Read aja🙂.
Sering banget, aku nemuin pertanyaan gini :
Q : Nanti kalau kita abaikan chat si dia, dikiranya kita sombong
A : Dia nanya apa dulu? Apakah memang hal yang sangat penting, atau bukan. Jangan sungkan dan malu jika disebut sombong karena mengabaikan chat lawan jenis. Toh, kita kan menjauhi fitnah dan dosa juga.
Ingat ini!
"Rela lah jika kalian disebut 'sombong' karena mengabaikan chat dari lawan jenis yang tidak ada pentingnya sama sekali. Daripada di cap sebagai 'murahan' karena merespon semua chat dari seorang lelaki."
- Ayesha Akifa
So, mulai sekarang bijaklah dalam menggunakan sosial media. Jadikan sosial media sebagai ajang untuk menebar manfaat dan kebaikan. Bukan pamer kemegahan dunia semata.
Sekian penjelasanku, bila ada kebenaran maka datangnya dari Allah. Dan, bila ada kesalahan datangnya dari aku, mohon dimaafkan.✌🏻😁
Silakan beri vote dan comment terbaik🧤🎈
Jazakumullahu khairan katsira💙
Sampai berjumpa di chap selanjutnya!
Wassalamu'alaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.