Ini bukan sekadar persahabatan biasa, tetapi ini tentang persahabatan yang bersama-sama untuk mengubah dirinya ke jalan yang diridhoi-Nya.
PERHATIAN! HATI-HATI KETIKA MEMBACA CERITA INI. TERDAPAT UNSUR KELUARGA BAWANG, HUMOR YANG BISA MEMBUAT KALIA...
"Hush kalian. Kasian lho si Fatimah mau curhat kok malah kalian ledekin terus, sih." Lerai Aisyah, membela.
"Bukannya ajakin aku, biar seru. Malah kalian berdua doang," lanjutnya, dan membuat Fatimah naik darah.
"AISYAH BAGASKARA! ASTAGHFIRULLAHHALADZIM!" Teriak Fatimah sambil mengelus dada sambil menarik dan menghembuskan napasnya.
"Mau curhat tentang apa Tim? Atau jangan-jangan, lo mau protes soal nilai ulangan online tadi?"
"Telat sekali jawaban Anda!"
"Tepat sholehah! Bukan telat."
"Kesel gue tuh, udah belajar sungguh-sungguh. Eh malah dapet nilai yang kurang memuaskan." Protes Fatimah
"Udah gitu nih, ya. Gue kalah besar nilainya sama si anu! Gue yakin, si anu pasti dibantu sama Mbah G atau Tante B!"
"Mbah G siapa? Terus Tante B juga siapa? Keluarga dia?"
"Mbah G sama Tante B itu, si anu lho. Yang jadi sukarelawannya seluruh siswa yang belajar daring."
"Astaghfirullah! Yang serius dong, Maemunah!"
"Iya-iya! Ini yang lebih seriusnya-
Hilya, si gadis pendiam itu pun akhirnya angkat bicara. "Aku juga mau curhat, nih. Ada yang mau dengerin ga?"
Haura dan Aisyah pun menengok bersamaan dan saling pandang.
"Kalau curhatan si Hilya pasti seru! Mending kita dengerin dia aja kuy!" Ajak Haura
"Eh-eh kalian! Jangan aku dulu ah. Ada si Fatimah kan yang mau curhat duluan, kasian lho dia. Masa kita acuhin gitu aja."
Mereka semua pun melirik ke arah Fatimah. Wajah merah karena ingin marah itu pun semakin terlihat jelas. Tatapan yang tajam, serta hembusan napas yang kasar sangat jelas terlihat dan terdengar.