Sampai rumah gue senyum-senyum sendiri. Sampai Mom memperhatikan dengan heran. Beliau berkali-kali nanya ke gue tadi gue makan apa.
Takutnya gue mengkonsumsi makanan yang salah. Gue cuman bilang tadi makannya biasa aja. Jadi nggak perlu ada yang dikhawatirkan.
"Mom, dad kemana?"
"Lagi mandi. Kenapa?"
"Mau ngomong sama Mom."
"Sepertinya serius nih."
"Iya, makanya ke kamar aku."
Mom mengikuti langkah gue yang menuju kamar. Begitu kita berdua masuk tangan gue mengunci pintu. Takut Dad tiba-tiba masuk.
"Kenapa sayang? Tumben?"
"Aduh gimana ya ngomongnya."
"Kayaknya ada yang lagi jatuh cinta." Goda Mom.
"Nggak, aku nggak cinta sama Sungchan."
"Perasaan Mom nggak bilang Sungchan."
Aduh pea banget sih gue. Ini tuh pasti Mom emang sengaja mancing.
"Jadi masalah Sungchan nih?"
"Hehehe iya Mom."
"Kenapa sama dia? Udah jadian? Terus kamu mau minta bantuan mom untuk rahasiain ini?"
"Bukan gitu."
"Terus?"
"Aku mau diajakkin nge date sama dia. Tapi belum tau kapan."
"Yaudah pergi aja."
"Terus Dad gimana? Kalo ketauan?" tanya gue dengan nada panik.
"Tenang itu urusan Mom." Kata Mom dengan nada yang mengasyikkan.
"Nah gitu dong." Gue dan Mom berhigh five ria.
Seandainya dad bisa kayak gini juga. Gue pasti akan jauh lebih bahagia. Gue juga nggak ngumpet-ngumpet di belakang Dad. Tapi gue rasa sekarang bukan waktunya.
"Jadi beneran kamu suka sama Sungchan?" tanya Mom yang terus menggoda gue.
"Mom apaan sih? Udah deh sana."
Gue kurang ajar banget nggak sih. Malah ngusir mom. Padahal tadi mohon-mohon minta bantuan.
Untung Mom orangnya santai jadi beliau cuman menjulurkan lidahnya dan keluar kamar.
"Bibir biasa aja dong. Daritadi cengar-cengir mulu." Ucap gue saat sedang bercermin.
***
"VERAA VERAAA VERAAAA!!!!." Kuping gue sakit pagi-pagi udah denger ginian.
"SUMPAH VER KEMARIN TUHHH GILA BANGET."
"JADI YA KEMARIN GUE MERASA HUBUNGAN GUE SAMA SHOTARO MAKIN DEKET."
"Coba cerita dulu."
"Oke jadi tuh pas gue dianterin balik. Basa-basi dulu kan. Terus gue bilang ke dia hati-hati di jalan. Dan dia bilang iya makasih sambil senyum gitu." Kata Dhea dengan hebohnya.
"Terus?"
"Kok terus? Ya gitu doang."
"Udah ah males dengernya." Jawab gue lalu meletakkan tas di bangku.
"Kayaknya gue mau deketin Shotaro deh." Lanjut Dhea.
"Yaudah terserah lo dah."
"Eh Sungchannn selamat pagi."
Reflek gue jadi nengok ke pintu. Tapi ternyata tidak ada siapa-siapa. Suasana di kelas juga masih masih beberapa orang.
"Cieecieeeee langsung nengok, ada apa lo sama Sungchan?" Tanya Dhea terus menyenggol gue.
"Nggak ada apa-apa." Jawab gue menahan malu.
"Ngaku aja sih ya. Lo suka sama Sungchan kan?"
"Nggak."
"Nanti ada judul ftvnya cintaku bersemi diperlombaan."
"Diem."
Dhea terus berceloteh yang gue lagi malas dengerin. Gue berdiri dari kursi tak lupa membawa earphone dan handphone gue.
"Mau kemana?" tanya Dhea.
"Perpustakaan."
"Ih nggak ikut. Alergi sama sama perpustakaan."
"Gue juga nggak ngajak lo."
Langkah gue perlahan-lahan menuju ruangan yang penuh buku. Sebelum bel gue berencana baca apapun di sana. Biasanya earphone gue nyalakan musik yang menenangkan.
Belum gue sampai di perpustkaan mata gue menangkap beberapa brosur di dinding. Awalnya gue cuek aja. Dipikiran gue paling itu hanya beberapa pengumuman.
Sampai gue menyadari ada hal yang aneh. Setiap siswa melihat brosur itu mereka langsung menatap gue.
"Nih kenapa ada muka gue di sini?" gue kaget setengah mati melihatnya.
Terlebih lagi ada tulisan gue tukang nyontek, curang, dan lain sebagainya.
Muka gue juga dicoret-coret dengan tinta hitam dan merah.
Apakah ini masih ada hubungannya dengan lomba kemarin?
"Kenapa cuman diliatin aja?"
Gue tersentak mendengar suaranya.
Sungchan lagi ngambil semua brosur yang ada muka gue. Lalu tangannya merobek semuanya tanpa kecuali.
"Chan."
"CK... nggak usah ngomong lo. Bantuin aja nih ngelepasnya."
Gue menuruti apa yang dikatakan Sungchan. Tangan gue lemah mengambil tiap-tiap lembaran yang ada di dinding.
Pagi-pagi mental gue langsung down. Dituduh atas apa yang nggak dilakuin itu rasanya nggak enak banget.
"Cepetan Ver, keburu bel. Ntar guru-guru ngeliat." Tegur Sungchan saat melihat gue yang seperti malas-malasan.
Gue mengangguk dan agak mempercepat kegiatan ini.
***
Sepanjang pelajaran gue nggak konsentrasi. Gue penasaran siapa yang tega-teganya masangin gituan.
Emang dia tau kejadian sebenernya. Kok bisa nge judge gue curang sih.
Gue yang emosi tanpa sadar malah coret-coret buku catatan.
"Vera, kamu ngapain?"
"Nyatet Miss."
"Ada ya nyatet tapi kayak gini?"
Miss Tiffany menunjuk lembaran catatan gue. Pantes saja Miss Tiffany heran. Di kertas gue hanya ada urak-urakkan nggak jelas berwarna hitam.
"Maaf miss, saya perbaiki lagi."
"Okey, it's alright."
Miss Tiffany pergi dari meja gue dan mulai berkelilingi lagi.
Sudah menjadi ciri khas beliau. Jika mengajar pasti sambil muter-muter kelas. Biar semuanya bisa denger.
"Mikirin Sungchan lo ya?" Ledek Dhea.
"Diem."
Dhea langsung mingkemin mulutnya lalu mencatat kembali.
Bel istirahat terdengar di setiap individu.
Para siswa dengan semangat menuju kantin. Semuanya menunjukkan keceriaan kecuali gue.
Kali ini gue nggak mau pesen makanan.
Selera makan gue sudah hilang semenjak tadi pagi. Gue ke kantin cuman buat nemenin Dhea aja.
"Lo cari meja aja." Saran Dhea.
Kaki gue melangkah ke meja pojokkan. Tadi gue juga udah nitip pesenan ke Dhea.
***
"Lo kenapa sih dari tadi merengut terus?" tanya Dhea seraya menyuapkan nasi beserta lauk ke dalam mulutnya.
Gue memainkan sedotan dengan gigi lalu menyeruput es jeruk.
"Tadi pagi ada yang nempel brosur muka gue di dinding."
"Bagus dong."
"Kok bagus?"
"Tentang prestasi lo kan?"
"Bukan."
"Terus apaan dong?"
"Yang masalah kecurangan lomba kemarin."
"DIH KOK GITU SIH?"
Emosi Dhea langsung meledak. Gue juga ikut jadi korban atas teriakkan Dhea.
Soalnya saat dia teriak dia lagi mau nelen kuah sop jadinya muncrat dah ke muka gue.
"Eh, maaf Ver, nggak sengaja."
"Iyaiya, nggak apa-aoa.'
Gue mengelap muka dengan tissue yang ada di pinggir meja.
"Gabung dong."
Muncul dah Shotaro sama Sungchan dengan makanan dan minumannya.
Gue dan Dhea otomatis menggeser duduk.
"Lagi ghibah ya?" tanya Shotaro sambil cengengesan.
"Vera, lagi gundah gulana." Terang Dhea.
"Jangan terlalu dipikirin Ver, nanti juga ilang sendiri." Kata Sungchan yang sudah mengerti situasi.
"Gue serasa manusia purba. Nggak ngerti apa-apaan." Shotaro menggarukkan tengkuknya.
Belum sempat gue menjelaskan, notifikasi handphone gue tiba-tiba penuh.
Banyak sekali notif dari aplikasi Pictgram. Perasaan gue udah nggak pernah aktif akun ini. Kenapa tiba-tiba gini?
Gue membuka dan menemukan banyak sekali komenan negatif di post terakhir gue.
Penipu
Memalukan sekolah
Muka lo di mana monyet?
Nggak usah sok pinter lo
Gue mending jadi orang bego tapi asli dibanding pinter tapi palsu
Pindah sekolah lo
Mending mati sekalian
Tangan gue bergetar setelah membacanya. Pelupuk mata gue sudah basah dan akhirnya tumpahlah air di mata ini.
Sungchan mengambil handphone gue dan ikut membacanya.
"Brengsek" umpat Sungchan pelan tetapi masih bisa terdengar.