IN A BIND

By Okuchan95

40.2K 5.3K 1.8K

Jika saja Seokjin di beri kesempatan sekali lagi, maka ia tidak akan pernah sudi datang ke acara reuni sialan... More

EGO
1. [CONSEQUENCE]
2. [PLAN]
3. [ANNIVERSARY]
4. [ARGUMENT]
5. [PROMISING]
6. [HOMESICK]
7. [SHAME]
8. [LOST STAR]
9. [PIECE BY PIECE]
10. [THIS IS OUR FATE]
11. [THAT WILL NEVER WORKS TO US]
12. [ADD FUEL TO THE FIRE]
13. [UNEXPECTED MEETING]
14. [WORDS OF MY HEART]
15. [YOU AND I]
16. [ACQUIESCENCE]
17. [I AM A SINNER]
19. [A MAZE]
20. [PARADOX]
21. [ONE BY ONE]
22. [THE THIN LINE BETWEEN US]
23. [FALL OUT]
24. [THE TRUTH UNTOLD]
25. [HOME]
GLIMPSE
26. [DICE DIE]
27. [COME CLEAN]
-CHOOSE ONE-
-INTRODUCE-
ANNOUNCE
28. [WHEN THE STORM COMES]
29. [LOSE THE LIGHT]
THE END OF THIS STORY
PRE-ORDER IN A BIND BATCH 2

18. [FEAR]

905 140 94
By Okuchan95


*sssttt ... Bagi yg penasaran visualisasi Jiyeon ... Aku sematin fotonya di akhir.




From : Jung Hoseok

Aku mengantarnya ke rumah sakit tempat Taehyung bekerja, tapi ia melarangku untuk menemaninya masuk. Aku hanya mengikutinya diam-diam setelah berpura-pura mengiyakan permintaannya. Aku meninggalkan rumah sakit saat sudah memastikan Yeon Ah masuk ke ruangan Taehyung.

Menilik kembali pesan singkat yang dikirimkan Hoseok siang tadi. Kim Seokjin tidak bisa tenang, kejadian pagi tadi mampu membuat pikirnya kusut. Berkali-kali mencoba menghubungi dan mengirimkan pesan singkat pada sosok istrinya, namun hanya nihil yang di dapat. Wanita Jeon itu menonaktifkan ponselnya.

Seokjin benci dirinya sendiri. Seokjin benci ketika harus di hadapakan pada situasi ketika ia di suruh memilih. Ia merasa gagal, ia hanyalah seorang bajingan dan pengecut. Ya, seokjin menyadari itu semua. Berkali-kali mencaci dirinya sendiri, ini terasa berat juga bagi seorang Kim Seokjin.

Jeon Yeon Ah sudah amat menderita. Mengingat dan melihat langsung bagaimana menyedihkan seorang Jeon Yeon Ah tadi pagi hanya menambah rasa bersalahnya. Ia banyak berdosa pada Yeon Ah, namun di sisi lain ia juga tidak bisa meninggalkan Jiyeon begitu saja. Mempertanyakan kembali pada hatinya mengenai semua ini, tapi hanyalah jalan buntu yang selalu ditemui.

Kim Seokjin melirik sekilas jam Rolex yang tersemat di pergelangan. Jam sudah menunjukan pukul 23.00. Menjatuhkan atensi pada sosok yang terlelap di samping. Akhirnya setelah sekian jam berlalu Jiyeon bisa kembali tenang. Mengelus surai wanita itu, menyadari betapa rapuh sang kekasih. Seokjin tidak ingin wanitanya kembali lagi dengan berbagai masalah psikis yang pernah menimpanya beberapa tahun lalu. Jiyeon butuh dirinya dan Seokjin akan selalu berusaha ada untuk wanita yang amat di cintainya ini.

Memecah hening, ponsel yang tergeletak di sampingnya bergetar. Sebuah panggilan masuk, buru-buru Seokjin bangkit untuk mengangkat panggilan tersebut. Sedikit mengrenyit mengetahui nama Kim Taehyung tertera, sosok yang hampir tidak pernah menghubunginya justru membuat panggilan di tengah malam seperti sekarang.

"Kau di mana?" Tanpa basa-basi suara bariton itu langsung menyergapnya ketika panggilan sudah tersambung.

"Aku di rumah Jiyeon. Apa Yeon Ah bersamamu?"

Taehyung langsung berdecih mengetahui tebakannya benar, "Ya, terima kasih sudah membuatnya seburuk ini. Aku bahkan ijin dari pekerjaanku demi menenangkannya."

"Apa seburuk itu?"

"Kabari aku jika memiliki waktu luang. Kita perlu bicara."

"Besok, aku akan menemuimu di rumah sakit."

"Oh, aku kira kau tidak memiliki waktu karena terlalu sibuk."

"Ini mengenai istriku tentu aku harus meluangkan waktuku."

Menahan napas sejenak Kim Taehyung melanjutkan, "Aku menahan diriku untuk tidak mencacimu karena Yeon Ah sedang terelap di sampingku."

"Kau ada di mana? Apa yang kau lakukan dengan istriku?" Pertanyaan cepat Seokjin tadi langsung mendapat kekehan ringan dari lawan bicaranya. Sedikit terpancing Seokjin mengatupkan bibirnya rapat.

"Di mobilku, dalam perjalanan mengantarnya pulang. Lagipula kenapa kau peduli? Kau tidak pernah bercermin? Hidupmu saja hanya berkutit pada wanitamu." Ada jeda yang tercipta sebelum melanjutkan, "Kau hanya mengesampingkan istri dan anakmu. Bahkan kau tidak peduli Yoosun bersama siapa hari ini ketika kedua orang tuanya tidak ada."

Sial! Seokjin seketika memejamkan mata kesal mengetahui ketepatan ucapan seorang Kim Taehyung. Jam kerja Bibi Jo sudah selesai sejak sore tadi, bagaimana bisa ia melupakan hal penting seperti itu?! Sial! Kim Seokjin merutuki kelalaiannya.

"Tenang saja Tuan Kim, Hoseok Hyung sudah menjaga putramu beberapa jam sebelum jam kerja Bibi Jo usai."

"Aku akan segera pulang."

"Aku tidak peduli. Ada atau tidaknya kehadiranmu tidak berpengaruh apa-apa pada keluargamu." Kalimat terakhir Taehyung tadi menjadi penutup pembicaraan mereka berdua. Kim Taehyung menutup panggilan secara sepihak, agaknya ia sudah jengkel dengan segala hal yang berhubungan dengan Seokjin.

Menyadari panggilan yang terputus secara sepihak, tanpa pikir panjang pria itu bergegas melangkah pergi. Tidak mempedulikan tampilan yang hanya mengenakan long sleeve shirt dan sweet pants meski cuaca tengah dingin, Seokjin hanya ingin segera pulang.

"Seokjin," panggilan yang sanggup menghentikan langkah pria tadi. Menoleh, Jung Jiyeon sudah berdiri tak jauh dari presensinya. "Kau sudah mau pulang ya?"

Tersenyum sedikit kaku, pria itu lantas menjawab, "Ya, Taehyung mengabariku jika Yeon Ah tidak dalam kondisi baik jadi tidak bisa menjaga Yoosun."

"Oh ... ya, hati-hati."

Menyadari senyum samar yang terukir di bilah bibir kekasihnya, Seokjin mengurungkan niatnya untuk melangkah pergi. Memilih untuk menghampiri Jiyeon yang masih berdiri sejauh tiga meter dari tempatnya. Menyibakan surai yang sedikit menutupi paras rupawan wanitanya, "Maaf, aku membangunkanmu ya?" tanya pria ini dengan mengulaskan senyum terbaiknya, namun hanya gelengan dengan senyum yang masih samar di dapat sebagai jawaban. "Bagaiman perasaanmu? Kau baik-baik saja kan?"

"Sejujurnya ... aku merasa takut."

"Takut? Tenanglah Ji, tidak ada apa-apa di rumah ini."

"Aku takut pada perasaanmu."

"Ya?"

Sedikit ragu Jiyeon berucap, "Aku takut jika perasaanmu berubah ... aku takut jika bukan aku lagi yang ada di hatimu. Aku takut ...."

"Astaga Ji, tidak. Masih kau, dan selamanya hanya akan ada dirimu. Aku sudah menganggap Yeon Ah seperti adik dan sahabatku sendiri."

Menggeleng pasti Jiyeon menjawab tanpa berani menatap iris kelam sang lawan bicara, "Kau tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi di masa depan Seokjin. Kalian sudah menghabiskan waktu empat tahun bersama dalam satu atap, tidak ada seorang pun yang bisa mengetahu hati masing-masing. Bahkan diri kita sendiri."

"Ji_"

"Hati dan perasaan seseorang itu sangat aneh. Mereka dapat berubah dalam hitungan detik tanpa kita sendiri ketahui," potong Jiyeon kini dengan satu air mata yang kembali jatuh. Tubuhnya gemetar bersamaan dengan tangis yang kian pecah tanpa sanggup ia kontrol.

Melihat pemandangan tersebut tentu teramat menyakitkan bagi Seokjin. Kembali merutuki diri sendiri ketika mengingat keraguan hati yang sempat membuatnya buntu. Bagaimana bisa ia meninggalkan wanita yang jelas-jelas sudah sabar menunggunya selama ini? Jelas-jelas Jiyeon sama menderitanya dengan ia dan Yeon Ah. Kerap kali mencoba menempatkan diri di posisi Jiyeon, dan Seokjin selalu merasa sakit sendiri.

Menangkup wajah sang wanita ia menghapus air mata yang turun lalu berujar, "Aku mencintaimu Jung Jiyeon ... amat sangat mencintaimu."

"Ya, kau juga pernah memiliki perasaan yang sama di masa lalu pada Yeon Ah."

"Ji, ayolah kami hanya menjalin hubungan tidak lebih dari tiga minggu, dan itu terjadi bertahun-tahun silam saat kami masih duduk di bangku sekolah atas."

"Tetap saja aku takut! Sejak dulu aku selalu kagum pada Yeon Ah, ia memulai dunia modeling lebih dulu. Para fotografer selalu memuji-mujinya karena kesempurnaanya ... dia begitu piawai di depan kamera, setiap produk yang menggunakan jasanya selalu laris di pasaran." Menjeda untuk mengambil napas sejenak ia melanjutkan, "Ia salah satu model papan atas yang di perhitungkan di dunia modeling. Sejak awal aku sudah mengagumi dan iri padanya. Mengetahui fakta bahwa ia adalah mantan kekasihmu sudah membuatku ciut."

"Aku tidak peduli. Kau wanita yang aku cintai, Jung Jiyeon bukan Jeon Yeon Ah!"

"Tapi kau menikahi Jeon Yeon Ah bahkan kau sudah memiliki anak dengan wanita itu!"

"Ji, itu sebuah kecelakaan yang bahkan tidak kami berdua inginkan."

"Mengetahui fakta bahwa kau tidur dengan wanita lain saat menjalin hubungan denganku sudah menyakitiku Kim Seokjin. Kau bahkan berani melamarku ketika kau menyembunyikan fakta tersebut." Hening terjadi beberapa sekon, hanya isak lirih dari Jiyeon yang terdengar megisi untuk sesaat. "Jika Yeon Ah tidak mengandung anak kalian, aku tidak akan pernah tahu hal tersebut."

"Ji, maafkan aku ...."

"Selama ini kau selalu berhati-hati ketika bercinta denganku, tapi kenapa kau bisa begitu ceroboh saat bersama Yeon Ah? Pasti malam kalian benar-benar luar biasa kan waktu itu?"

"Ji ... maafkan aku. Aku memang pria brengsek," jawab Seokjin dengan menunduk dalam mendengar penuturan Jiyeon. Mungkin Jiyeon pun sudah mencapai puncaknya, kata-kata yang selama empat tahun dipendam dalam-dalam akhirnya terlontar juga.

"Jadi apakah aku salah jika aku merasa takut?"

"Aku tahu kata maaf tidak akan berguna untukmu. Tapi aku ingin membuktikan, Jiyeon ... kita semua sama menderitanya. Kau, aku, dan Yeon Ah pun sama menanggung perasaan menyesakan ini." Meraih jemari kekasihnya untuk memberi satu buah kecupan penenenang, Seokjin lanjut berucap, "Ini tidak akan lama Ji. Kita bertiga sudah hampir bisa melalui semua ini. Lusa kami akan menjalani sidang mediasi yang pertama. Tolong bersabarlah sedikit lagi, aku akan membuktikan perasaanku."

"Aku mencintaimu Kim Seokjin. Maafkan aku, aku hanya terlalu mencintaimu hingga membuatku takut untuk kehilanganmu."

"Tidak apa-apa, justru aku berterima kasih karena masih setia menungguku. Maafkan aku yang membuatmu menunggu terlalu lama."

Jemari lentik wanita bermarga Jung itu mengelus lembut pipi Seokjin penuh sayang. Wanita tersebut tersenyum lalu berujar kembali, "Pakai mantelmu ketika pulang, malam ini sangat dingin. Yoosun sudah menunggumu, maaf sudah mengulur waktumu dengan omong kosongku."

"Berjanjilah padaku untuk selalu mengatakan isi hatimu padaku. Itu lebih baik daripada memendamnya sendiri," balas pria Kim ini dengan meraih jemari yang semula mengelus pipinya. Sebuah kecupan kembali diberikan di sana. "Aku mencintaimu, Jung Jiyeon," sambung Seokjing sekali lagi di barengi dengan sebuah sapuan hangat yang di berikan birai ranum Seokjin pada sosok kekasihnya.

Ok, chapter kali ini aku pengen ngejabarin dari sisi Seokjin ama Jiyeon jadi kalian bisa lebih memahami perasaan dari masing-masing karakter.

Mohon maaf ya kalau kesannya jadi berbelit-belit. Aku juga masih belajar, kritik dan saran sangat di perbolehkan.

Oh, ya bagi kalian yang penasaran visualisasi Jiyeon ... (TMI) aku selalu bayangin mbak ini ... karena menurutku dia cantik bangetttt ngett ngettt ... 


Cantik bgttt .. Dan dia gorgeous dan sexy di satu waktu pas rambutnya pendek. Aku gambarin karakter Jiyeon motong rambutnya pendek buat dia terlihat kuat (kaya yg aku pernah jabarin di chapter awal). And ini pas dia rambut masih panjang ....


Beda bgttt .. Pas rambutnya panjang dia cantiknya lebih ke feminin dan polos ..
Ok, tentu aj ini cuma visualisasi aku ... kalian bebas visualisasiin Jiyeon dg siapa aj .. (Di sini aku cuma pengen TMI aj ama kalian wkwk)

Eumh, saya rasa ini udah too much bacot so, bye! Vote comment jangan lupaa ƪ(˘⌣˘)┐

Continue Reading

You'll Also Like

181K 27K 42
SOME, hubungan yang tidak terikat namun saling mengikat. Kang Seulgi, wanita berusia 28 tahun yang belum pernah menikmati manisnya hubungan percintaa...
Streaming By Dy

Fanfiction

601K 113K 46
Bermula dari BJ mukbang yang memakai topeng Iron Man ketika siaran, rasa penasaran Jeon Jungkook tergugah. Ia bertekad akan menemui gadis itu suatu h...
118K 18.1K 37
"Sometime, the best way to stay close to someone you love is being just a friend. Nothing more, nothing less." Oh yea, sometime... Disclaimer : Setti...
151K 15.1K 29
[COMPLETED] [SEGERA DIREVISI] Kesalahan fatal yang dilakukan oleh Baek Arin membuat dirinya terjebak di dalam dunia Min Yoongi. Mereka melalui setiap...