hanya sebuah topeng [ON GOING]

By wiliasitizahra15

1.1K 485 119

Note: selama belum tamat,masih tahap revisi. Marah,depresi,kesal,tertekan,dan paksaan itu semua seolah menjad... More

one
two
three
four
five
six
seven
eight
nine
ten
eleven
twelve
thirteen
fourteen
fiveteen
sixteen
seventeen
eighteen
nineteen
twenty one
twenty two
cast
twenty three
twenty four
twenty five

twenty

13 5 0
By wiliasitizahra15

Keesokan harinya seperti biasa Latisya pagi-pagi sudah  bersiap untuk pergi ke sekolah.

Jam 06.00 WIB Latisya sudah siap mengenakan seragam sekolahnya dengan rapi. Rambut di kuncir kuda, sepatu berwarna putih, dan sedikit polesan bedak bayi dan lipbalm pada bibirnya yang menambah warna pink alami di bibirnya.

Latisya merupakan tipe cewe yang tidak suka berdandan lama-lama dan tidak suka mengenakan make up yang terlalu tebal.

Cukup bedak bayi dan lipbalm atau liptint saja yang dia gunakan. Karena Latisya mempunyai kecantikan yang alami turunan dari ibunya. Sehingga dia tidak perlu membeli skin care atau perawatan ke salon untuk mempercantik diri.

"Biasanya Azriel selalu ngabarin kalo mau jemput buat bareng ke sekolah. Tapi ini enggak. Apa dia ngambek beneran ya?" ucap Latisya.

Biasanya Azriel selalu mengantar Latisya ke sekolah, tapi hari ini dia tidak ada, dan tidak mengabari.

Latisya tidak mau memikirkan Azriel. Dia pun segera ke lantai dasar untuk sarapan.

"Selamat pagi bi..." sapa Latisya kepada ART-nya yang sedang menyiapkan makanan untuk sarapan di meja makan.

"Pagi non... ayo duduk!"

Latisya pun duduk di salah satu kursi.

Setiap hari kursi meja makan itu kosong kecuali Latisya yang sengaja mengajak para ART-nya untuk makan bersama karena dia sering kesepian.

Setelah Latisya menghabiskan sarapannya, ia beranjak dari kursi meja makan untuk berangkat.

"Pak! Anterin aku ke sekolah ya." teriak Latisya pada supirnya.

Merasa ada yang memanggil, supir Latisya menghampiri Latisya.

"Iya non, ada apa?" tanya supir Latisya.

"Anterin aku ke sekolah pak!" ucap Latisya.

"Lhoh emang temen non yang sering nganter kemana?" tanya supir Latisya.

"Gak tahu pak." ucap Latisya jujur.

"Ya udah ayo non, mobilnya sudah di siapkan."

"Iya pak."

Latisya berjalan menuju mobilnya untuk berangkat ke sekolah.

__________

Setelah 20 menit menyusuri jalanan, akhirnya Latisya sampai tepat di depan gerbang sekolah.

"Makasih ya pak." ucap Latisya pada supirnya.

"Iya non sama-sama."

Latisya turun dari mobilnya, lalu segera berjalan menuju kelasnya.

Ternyata sudah ada teman sebangkunya dikelas dan sudah ada lumayan banyak teman-teman sekolahnya yang sudah datang.

"Haii..." sapa Latisya pada teman sebangkunya yaitu Rina.

"Haii, tumben gak di anterin Azriel?" tanya Rina.

"Kok Lo tau?" tanya Latisya heran.

"Ya iyalah orang setiap Lo datang sama Azriel orang-orang selalu berbondong-bondong  ke parkiran hanya untuk liat Lo sama Azriel." jelas Rina.

"Biasa aja kali, emang iya?"

"Iya Sya, Lo gak nyadar apa?" ucap Rina gemas.

"Hehe... Enggak. Kirain ya sama kayak gue yang baru dateng dan barengan jalan ke kelasnya."

"Astaga. Seterah lo deh."

"Terserah Rin terserah..."

"Iya iya mangap."

"Maaf Rin..." koreksi Latisya.

"Hehe... iya maaf."

Latisya memutar bola matanya jengah.

"Eh Lo marahan ya sama Azriel?" tanya Rina.

"Gue gak marah kok sama dia, tapi gak tau dia kali. Mungkin marah."

"Lah, gimana sih gue bingung?"

"Gak tau gue juga bingung."

"Hadeuh."

"Hehe."

"Oh iya, Lo udah ngerjain tugas belum?"

"Ya udah lah. Lo udah?"

"Baguuus... udah laah."

"Sekarang bagian gue yang introgasiin lo."

"Eh kok gue? Emang gue kenapa?"

"Gak usah pura-pura bego deh, Lo udah jadian belum sama Satria?"

Blusshh

Pipi Rina seketika menjadi merah merona mendengar perkataan Latisya.

Entah kenapa setiap mendengar nama Satria, Rina merasa lemas dan entah kenapa seketika pipinya menjadi merah seperti kepiting rebus di sertai dengan degupan detak jantung yang berpacu dua kali lipat dari biasanya.

"Eh kok malah blushing sih?" goda Latisya.

"E-eh e-enggak k-kok." ucap Rina gugup.

"Ngaku deh lo." desak Latisya.

"Gue sama Satria emang gak ada apa-apa kok." bela Rina.

"Belum kali. Tapi kalo lo deket dia deg-degan kan?" goda Latisya.

"E-enggak enggak kok."

"Ngaku deh, apalagi pas dulu waktu di kantin lo ngehawatirin Satria, pasti lo udah suka kan sama Satria dari dulu, ngaku deh!" desak Latisya.

"Hufftt... iya-iya gue ngaku kalo gue udah suka sama Satria dari dulu."

"Tuh kan bener, ceritain dong gimana lo bisa suka sama Satria!"

"Iya-iya, tapi lo harus janji lo juga harus nyeritain hubungan lo sama Azriel ok?"

"Ok deh."

Rina pun mulai menceritakan kisah bagaimana ia bisa jatuh cinta dengan seorang most wanted. Satria.

"Jadi awalnya gue tuh cuma nge-fans sama dia, ya... sama lah kayak yang lain juga. Siapa juga yang enggak tertarik sama cowo yang gantengnya di atas rata-rata coba? Selain ganteng, juga dia baik, dia gak pernah mainin cewe sama sekali. Tapi lama kelamaan perasaan gue bukan cuma kagum doang, tapi ada perasaan yang beda. Dulu gue pernah coba untuk enggak biarin perasaan ini tumbuh, tapi lama-kelamaan bukan perasaannya yang berkurang tapi malah bertambah." jelas Rina.

"Ouh... jadi gitu ceritanya. Jadi lo suka sama Satria karena dia ganteng atau apa nih?"

"Ya enggak lah, gue gak mandang fisik kali. Gue tuh suka sama dia karena dia baik, dan meskipun dia ganteng tapi dia gak pernah tuh mainin cewe. Termasuk temen-temennya, mereka tuh baik juga, gak pernah juga mainin cewe, dan mereka gak sombong. Termasuk Azriel tuh Sya, kayaknya dia bener-bener suka deh sama lo, karena selama gue sekolah di sini  dan gue liat di luar sekolah, dia gak pernah gandeng cewe. Paling main sama temen-temennya. Saran gue sih lo jangan sia-siain cowo kayak Azriel Sya, zaman sekarang nyari cowo yang bener-bener berjuang demi cewenya susah Sya."

"Iya sih Azriel emang baik, tapi bagi gue ini membingungkan, gue gak tau apa gue cinta sama Azriel atau enggak, gue gak tau. Gue juga gak mau nyakitin hati Azriel karena gue salah menafsirkan perasaan gue."

"Iya sih emang perasaan itu gak bisa di atur dan di tafsirkan secara mudah."

"Iya. Dan kata hati sama pikiran kita beda pendapat. Pikiran bilang kalo gue nerima Azriel itu telalu kecepetan tapi kata hati gue beda lagi, kalo gue bisa nerima Azriel. Gue gak mau nyakitin dia, dia udah baik sama gue. Dia selalu ada buat gue, ada saat gue lagi susah, lagi terpuruk, lagi sedih. Dia juga yang ngehibur gue dan selalu nemenin gue."

"Iya, Satria juga. Walaupun gue selalu jutek sama dia, tapi dia gak pernah marah sama gue. Bahkan dia selalu nolong gue."

Mereka sama-sama terdiam merenungi permasalahan mereka sampai bel tanda masuk berbunyi menyadarkan lamunan mereka.

_____________________________

Yeeeyyy...Udah part 20🎉🎉🎉
Jangan bosen buat baca cerita ini ya🤗

Continue Reading

You'll Also Like

1.4M 113K 135
"You do not speak English?" (Kamu tidak bisa bahasa Inggris?) Tanya pria bule itu. "Ini dia bilang apa lagi??" Batin Ruby. "I...i...i...love you" uca...
440K 40.2K 92
Takdir kita Tuhan yang tulis, jadi mari jalani hidup seperti seharusnya.
11.2K 2.8K 65
[Selamat membaca cerita Jeniver Alexsandra] Jeniver Alexsandra, si ketua geng motor asal Jakarta, yang di julukki sebagai PEREMPUAN PALING BAHAYA DAN...
1.7M 67.3K 43
"Setiap pertemuan pasti ada perpisahan." Tapi apa setelah perpisahan akan ada pertemuan kembali? ***** Ini cerita cinta. Namun bukan cerita yang bera...