A-String [OPEN PO]

By skyzafnia

3.6M 432K 84.9K

[COMPLETED] [JUDUL SEBELUMNYA : Hey, Shawty] Pembicaraan tentang Andreas selalu datang dan pergi, tapi kebera... More

Andreas Ganti Judul?
Prolog + Introducing & Warning
1 · Bad Bitch
2 · Big Reputations
3 · First Hickey
4 · Caught Up
6 · Don't Wanna Fall in Love
7 · Please, Stop
8 · Can I Kiss You?
9 · Wild Things
10 · Big Enemy
11 · Miss Me?
12 · La La Lost You
13 · Dangerous Touch
14 · He Wanted A Kiss
15 · Fears
16 · Good Shit
17 · Can We Fucking Do It?
18 · Friends with Benefits
19 · Forget Me Too
20 · And I Still Want You
21 · Bad Boy, Good Lips
22 · Favorite Things
23 · The New Romantics
24 · Love Bite
25 · I Just Had S
26 · Love Me Harder
27 · Broken Angels
28 · Big Conversation
29 · He's A Good Fighter
30 · I Wanna
31 · I Didn't Eat Her
32 · Problem Solved, Game Over
33 · Andreas Van Antonius
34 · Migraine and Erection
35 · Bathroom
Epilog
Twitter Andreas
VOTE COVER
REVEAL HARGA

5 · Bione Carpenter

101K 13.8K 1.6K
By skyzafnia

VOTE, DAN SPAM NEXT DI UJUNG 🥰

𝒽ℯ𝓎 𝓈𝒽𝒶𝓌𝓉𝓎

Dara perang dingin dengan Annastasia, tapi Dara tidak peduli soal itu. Dia telanjur risih pada orang-orang yang beberapa kali menatapnya dengan tatapan mengenali. Atau justru yang terang-terangan tersenyum pada Dara.

Tentu saja Dara mengenali beberapa di antara mereka, dan dia yakin mereka adalah anak-anak Phoenix. Dara berusaha terlihat datar saat Mia menatapnya penuh keingintahuan.

“Kenapa, deh?” tanya Mia ingin tahu. “Tumben-tumbenan banget mereka nyapa lo?”

Dara tetap melanjutkan makan siang dengan ekspresi datar, berusaha terlihat tak mencurigakan. “Biarin, aja,” jawab Dara kemudian.

“Nggak, nih, pasti ada sesuatu! Ayo ngaku.” Mia mencondongkan badan ke arah Dara sambil menyipit.

“Gak usah ikut-ikutan repot deh lo,” sergah Dara sebelum Mia jadi semakin curiga padanya. “Diemin, aja, mereka bisa gak?”

Huh, oke.”

Dara buru-buru menyelesaikan makan siangnya, dan Mia jadi terpaksa ditinggalkan karena Dara berbohong dengan bilang bahwa cewek itu punya urusan penting.

Padahal Dara hanya ingin menghindar, cewek itu merasa hidupnya jadi tidak nyaman dikenali orang-orang itu. Dara ingin dikenali karena prestasi, bukan karena dengan sengaja mengendap-endap di sarang predator dan tertangkap basah.

Seseorang menarik lengan Dara ke lorong toilet yang pendek dan gelap, cewek itu memekik, tapi suaranya bahkan tidak terdengar karena mulut Dara dibungkam. Orang itu mengurung Dara di dinding, kemudian menarik ke belakang penutup kepala dari hoodie hitam yang orang itu gunakan. Dara terbelalak, cewek itu seketika diam dan menganga di beberapa detik awal.

Ketika sadar bahwa dirinya dalam bahaya, Dara berusaha lari dan menerobos lengan Andreas, tapi cowok itu menahan Dara dengan menarik pinggangnya. Sekeras kepala apa pun usaha yang Dara lakukan untuk kabur, Andreas tetap berhasil mengunci cewek itu di dinding.

“Apa mau lo?!” tanya Dara murka.

Andreas meletakkan siku di samping kepala Dara, kemudian mengusap pipi cewek itu dengan punggung jari telunjuk. Dara mendelik, cewek itu melengos kesal.

Sekilas Andreas tersenyum kecil. “Denger,” Andreas berbisik di telinga Dara. Cowok itu bergeser maju sedikit lagi sampai hampir menghimpit Dara. “Jangan dateng ke hotel tua lagi,” peringat cowok itu serius.

Seketika Dara melihat Andreas, memberontak lewat tatapan. Dara tidak suka diberi peraturan apa lagi oleh orang asing seperti Andreas. Cowok itu tidak punya kuasa atas Dara, jadi dia merasa Andreas tidak perlu melarangnya melakukan ini-itu.

“Satu lagi, tutup mulut soal apa pun yang lo tau dan lo liat, termasuk soal gue.” Andreas merunduk, menghirup sekilas aroma manis di sekitar leher Dara. “Kalo lo nurut, lo bakal aman, dan gue gak akan ganggu lo.”

Dara diam, tapi tidak mendengarkan. Cewek itu menatap dagu Andreas lurus-lurus, bibirnya tertekuk dan alis cewek itu semakin menjorok ke dalam. Dara mendengarkan suara napas dan detak jantungnya sendiri, kemudian mulai bertanya-tanya dalam hati apakah dia punya riwayat sakit jantung.

Dara terperanjat ketika punggung jari Andreas menyapu batang hidung cewek itu, kemudian turun perlahan ke bibir dan berhenti di dagu. Dara tidak punya persiapan, jantungnya melonjak-lonjak ketika Andreas menarik bibir cewek itu ke bawah dengan ibu jari.

Yang lebih membuat Dara gila adalah mata Andreas yang mengikuti gerak ibu jarinya sendiri di bibir Dara. Kemudian Andreas menarik dagu cewek itu sampai mulut Dara terbuka, dan Andreas menatap ke dalam sana seperti sedang meneliti sebuah lukisan.

Dara tidak pernah siap pada apa pun yang akan terjadi ketika Andreas membuka mulut seperti siap menggigitnya, cewek itu berniat mendorong Andreas tapi yang terjadi justru mencengkeram bahu cowok itu.

Ketika Dara berkedip cepat, Andreas menatap cewek itu masih dalam posisi yang sama; memiringkan kepala ke satu sisi. Andreas kemudian memberi sedikit jarak, tapi tangannya masih berada di ujung dagu Dara.

“Lo ngerti apa yang gue bilang?” tanya Andreas kemudian. Terlihat penuh keterpaksaan, Dara mengangguk pelan. “Ulang,” lanjut Andreas.

“Gue dilarang dateng ke hotel tua lagi dan harus tutup mulut,” ucap Dara ogah-ogahan.

Andreas tersenyum kecil. “Kalo lo gak bisa tutup mulut, gue yang bakal nutup mulut lo,” ujarnya lambat-lambat di telinga Dara. “Ngerti?”

Dara mendengkus kesal, tapi cewek itu mengangguk pelan seolah benar-benar akan mematuhi Andreas. Sisanya hening, Dara melihat pada mata Andreas yang menunduk menatapnya. Cewek itu berniat mencari sesuatu di mata Andreas, tapi Dara justru tersesat dengan tangan kosong. Tidak ada apa pun di sana, tidak ada emosi yang terlihat, hanya lingkaran gelap tanpa kehidupan.

“Pinter.” Andreas menepuk-nepuk kepala Dara seolah sedang bicara dengan anak kecil. Tangannya turun meraih satu tangan Dara, Andreas melihat pergelangan tangan cewek itu. “Udah pudar, ya?” celetuknya datar.

Dara ikut-ikutan merunduk, dan tiba-tiba wajahnya panas karena yang dimaksud Andreas adalah tanda merah yang diciptakan cowok itu beberapa hari lalu. Dara segera menarik tangannya, menyembunyikan di balik punggung sambil melengos sebal.

Andreas memakai lagi penutup kepalanya, kemudian menarik dagu Dara supaya mereka bertatapan lurus-lurus. “Bye, Dara,” ucapnya pelan sebelum melangkah pergi.

Dara menghentakkan kaki kesal, cewek itu keluar dari lorong, melihat kanan-kiri dan sama sekali tidak menemukan Andreas. Cowok itu hilang cepat sekali.

Dara mengepal tangan, merasa kesal dan marah, tidak terima dilarang-larang pergi ke hotel tua seolah Dara adalah anak kecil. Padahal di sana ada Annastasia yang beberapa bulan lebih muda darinya, dan Andreas mempebolehkan cewek itu.

Merasa diperlakukan tidak adil, Dara menggeram tertahan. “Awas lo, Andreas,” gumamnya. “Lo pikir lo siapa bisa ngatur-ngatur gue? Lo pikir gue bakal beneran patuh? Ch, jangan mimpi.”

𝒽ℯ𝓎 𝓈𝒽𝒶𝓌𝓉𝓎

Kelas dance berakhir sekitar lima menit lalu, Dara baru saja ke luar kafetaria membawa sebotol air mineral. Cewek itu tidak peduli pada penampilannya—bahwa cropped t-shirt dan celana legging yang Dara kenakan malah jadi mengundang tatapan cowok-cowok.

Dara berbelok ke lorong kelas, memeriksa loker untuk mengambil beberapa buku yang sengaja diletakkan di sana. Ketika pintu tertutup, Dara terperanjat sampai melompat kecil di tempatnya, dia mendelik pada Andreas yang tiba-tiba terlihat. Cowok itu sedang bersandar pada loker dengan kedua tangan di saku celana, dan tatapannya mengarah lurus pada Dara.

Hei, siapa yang tadi siang membuat perjanjian untuk tidak mengganggu Dara? Sejauh ini Dara tidak mengatakan apa pun tentang Phoenix dan Andreas kepada orang-orang, bahkan Mia atau Tian. Jadi pertanyaannya, kenapa Andreas muncul di depan Dara seperti itu?

Dara tidak ambil pusing, cewek itu mendengkus kasar setelah memasukkan buku-bukunya ke dalam tas, dan berniat pergi. Lalu tiba-tiba Andreas memegangi ikatan lengan jaket di pinggang Dara, menariknya sampai cewek itu berbalik menabrak Andreas. Dara memekik kesal, langsung memaki-maki cowok itu dan berusaha melepaskan tangan Andreas.

“Apa, sih, masalah lo?!” tanya Dara tajam. Dia menatap Andreas berapi-api, dan yang Dara tidak mengerti adalah tatapan Andreas yang juga sedang menjurus seperti anak panah padanya.

Tidak ada siapa pun di lorong, itu adalah hal yang ingin Dara syukuri dan sesali di waktu yang sama. Pertama, karena tidak akan ada yang melihatnya bersama Andreas kecuali CCTV. Tapi kedua, Dara tidak bisa minta tolong pada siapa pun untuk menjauhkan cowok bermasalah itu dari radarnya.

Andreas berdiri sempurna, cowok itu melepas ikatan lengan jaket di pinggang Dara. “Jaket dipake di badan, bukan di pinggang,” katanya datar.

Dara tidak bodoh dan dia tahu itu, lagi pula badannya juga tidak pernah berpindah ke pinggang. Andreas menarik turun tas di bahu kanan Dara, lalu meletakkan tas itu di lantai, dan tanpa persetujuan cowok itu tiba-tiba memakaikan jaket ke badan Dara. Gerakannya cepat dan cekatan, Dara sampai berpikir dia hanya berkedip dan Andreas sudah selesai, jaket sudah terpasang menutupi badan cewek itu.

Tanpa menunggu lama karena merasakan sinyal aneh, Dara segera memungut tasnya dan berbalik meninggalkan Andreas. Langkah cewek itu panjang-panjang dan terdengar buru-buru, karena sudah mendung jadi Dara harus segera mendapat kendaraan untuk pulang atau dia bisa saja terjebak dengan Andreas lagi.

Sambil menghela napas lega, Dara bersyukur karena Andreas tidak mengikutinya. Cewek itu berdiri di depan gerbang dengan niat memesan kendaraan online yang pangkalannya paling dekat.

Tapi perhatian Dara tersita pada motor ninja merah yang berhenti di depannya, tatapan cewek itu naik perlahan, meneliti seragam yang dikenakan si pengendara ninja merah. Bukan salah satu murid di sekolahnya, jadi Dara kembali tidak menaruh peduli karena merasa tidak punya urusan dengan cowok itu.

“Hei, lo nunggu siapa?” tanya si pengendara ninja merah.

Dara tidak menjawab karena dia pikir cowok itu sedang bicara pada orang lain. Dara bukan orang yang punya kepercayaan diri setinggi itu sampai bisa berpikir seseorang sedang bicara dengannya.

Sejak kecil Dara tidak pernah ‘terlihat’, tidak ada yang mau berteman dan bicara pada cewek berwajah jutek serta tidak mau menyapa orang lain lebih dulu.

Cowok ninja merah itu terkekeh kecil, kemudian tangannya terulur menarik pipi Dara pelan. Barulah Dara terlonjak dan yakin bahwa dia objek yang sedang diajak bicara.

Dara mundur, tatapannya langsung menusuk pada mata di balik helm full face. Dara tidak suka disentuh orang asing.

“Lo nunggu seseorang?” ulang cowok itu.

Dara melengos. “Gak,” jawabnya jutek.

“Gue niatnya mau nganterin lo pulang, di sini udah gak ada siapa-siapa, keburu hujan.”

Dara pikir menerima tawaran orang asing itu akan membuatnya menyesal, jadi dia menolak dengan nada yang sama jutek. Tapi cowok itu tidak menyerah, entah karena memang punya niatan baik atau ada sesuatu yang dia inginkan. Dara melihat dompet hitam yang diulurkan cowok itu.

“Di sana ada KTP, SIM, termasuk kartu debit dan ATM,” jelas cowok itu saat Dara menerima dompetnya. “Gue cuma pengen anterin lo pulang, tapi kayaknya lo nggak percaya, ya.”

Bione Carpenter, eja Dara pada nama yang tertera di KTP cowok itu. Bule, pikirnya kemudian. Dara diam beberapa detik, memandangi sisi barat langit yang sudah benar-benar gelap seolah di bagian itu sedang hujan deras. Kemudian menatap ponsel, Dara belum kesampaian untuk memesan kendaraan online dan sepertinya itu akan memakan waktu.

“Oke,” ucap Dara kemudian.

Bio terkekeh pelan sebelum menghidupkan mesin motor lagi. Dara masih tampak ragu ketika naik ke jok belakang motor Bio. Dan saat sudah benar-benar duduk cewek itu memegangi bahu Bio, ada satu hal membuat mata Dara sempat melebar. Satu hal yang baru dia sadari, satu hal yang sebenarnya dia tidak peduli, tapi Dara ingat perkataan Mizuki dan Briony saat itu.

Black Panther.

Begitu yang tertulis di bagian punggung jaket kulit hitam Bione Carpenter.

Continue Reading

You'll Also Like

55.8K 5.8K 45
[Belum direvisi. Masih banyak penggunaan kata yang salah] Tidak perlu mengungkapkan rasa Karena kita saling merasa hal yang sama Tidak perlu berkata...
4.6M 171K 39
Akibat perjodohan gila yang sudah direncakan oleh kedua orang tua, membuat dean dan alea terjerat status menjadi pasangan suami dan istri. Bisa menik...
295K 24K 79
Cinta hanya untuk manusia lemah, dan aku tidak butuh cinta ~ Ellian Cinta itu sebuah perasaan yang ikhlas dari hati, kita tidak bisa menyangkalnya a...
2.2M 239K 44
Bertunangan karena hutang nyawa. Athena terjerat perjanjian dengan keluarga pesohor sebab kesalahan sang Ibu. Han Jean Atmaja, lelaki minim ekspresi...