taruhan

By kissedthemoonlight

199K 26.2K 8.8K

| sudah selesai kalau taruhan, dapatnya apa? #chanbaeklokal More

•prolog
•Bab 1
•Bab 2
•Bab 3
•Bab 4
•Bab 5
•Bab 7
•Bab 8
•Bab 9
•Bab 10
•Bab 11
•Bab 12
•Bab 13
•Bab 14
•Bab 15
•Bab 16
•Bab 17
•Bab 18
•Bab 19
•Bab 20
•epilog
•bonus 1
•bonus 2

•Bab 6

8.7K 1.1K 497
By kissedthemoonlight





















Dimohon bersikap bijak karena cerita ini mengandung kata dan adegan kasar yang tidak patut ditiru.


















Visualisasi tokoh









Leo's note

ngomong-ngomong maaf lagi gak bisa update cepet.

maaf juga buat yang nungguin, semoga masih setia ya haha.

selamat membaca ♡












○○○

Hari ini Satria jemput Rayan.

Mau berkunjung ke rumah sakit husada. Tentunya buat jengguk Arya yang keadaannya sekarang sudah cukup membaik.

Cuaca sedang mendung. Meskipun belum turun hujan.

Jeep wrangler itu melaju pelan di jalanan yang cukup padat.

Maklum saja kan akhir pekan. Kota yang memang punya banyak tempat tujuan wisata ini jadi kelihatan lebih sibuk. Kedatangan orang-orang dari luar kota dan daerah. Bikin macet.

Tapi seru. Kan bisa memutar roda ekonomi menjadi lebih baik.

Kendaraan roda empat yang kedua orang itu tumpangi berbelok ke jalan suropati. Lurus terus mengikuti sepanjang jalan itu dan langsung menuju ke arah rumah sakit.

Rayan lihatin padatnya jalan dari balik kaca. Sementara Satria sibuk dengan kemudi. Sesekali dia mandangin Rayan sekilas buat memastikan lalu kembali fokus ke arah jalanan.

"Mampir minimarket boleh?" tanya Rayan.

Menatap Satria yang juga lagi lihat ke arahnya.

"Hm," jawab Satria.

"Rayan mau beli apa?"

Kali ini Satria yang tanya. Setelah jeda yang cukup lama. Dia sedang sibuk nyari minimarket terdekat.

"Mau beli roti buat Arya,"

Mobil Satria berhenti di salah satu minimarket yang ada di depan taman makam pahlawan.

Satria parkir di tepi jalan. Lalu bersiap buat turun nyari apa yang diminta Rayan tadi.

"Biar Satria yang beli," pamit Satria.

"Beli jajan juga buat yang lain"

"Iya, Rayan mau apa?"

"Gak mau"

"Susu?"

Rayan menggelengkan kepala pelan.

"Mau cilok aja nanti,"

Satria senyum.

"Semua boleh kalau buat Rayan"

Satria pergi buat masuk ke minimarket yang lambangnya ada garis birunya. Meninggalkan Rayan yang diam-diam jadi salah tingkah.

Gak lama waktu yang dibutuhkan Rayan buat nunggu Satria belanja.

Beberapa menit kemudian dia sudah kembali.

Membawa dua kantung penuh makanan juga minuman. Tau betul kalau anggotanya hobi makan. Apalagi kalau tidak perlu bayar.

"Beli cilok dulu?" ucapnya setelah menaruh kantung plastik itu di kursi belakang.

Rayan menggeleng pelan. "Nanti aja, ke Arya dulu"

Laki-laki berambut hitam dengan potongan short neat yang sedikit panjang itu lagi-lagi mengulas senyum.

Kemudian mengarahkan tangan kanannya buat mengusap pucuk kepala Rayan pelan. Lalu turun ke pipi tembam yang sebelah kanan. Mencubit gumpalan lucu itu. Kelihatan kalau Satria ngerasa gemas sekali.

"Sakit, ish!" kesal Rayan sambil jauhin tangan Satria dari pipinya.

Satria ketawa kecil.

Kembali mengarahkan tangannya ke pipi Rayan. Kali ini dia usap dengan lembut.

Rayannya sendiri sedang menahan malu. Mukanya jadi kelihatan merah semua. Tapi dia gak nolak sama sekali. Rayan cuma diam saja.

Sebenarnya dia itu sedang sibuk menetralkan detak jantungnya yang tiba-tiba saja jadi semakin cepat. Lalu perutnya yang ikut bergejolak tidak enak. Meskipun rasanya menyenangkan.

Rayan sampai takut kalau mungkin saja dia menderita suatu penyakit.

"Jangan lama-lama"

"Apanya?"

"Jangan lama-lama nolak Satria"

"Satria gak tahan"

"Gak tahan ngapain?"

Satrian senyum. Menjalankan mobilnya pelan. Tanpa mau menjawab pertanyaan Rayan terlebih dulu.



•••





Pas sampai di rumah sakit mereka langsung saja disambut banyak anggota Mavi yang sedang di depan ruang rawat Arya.

Itu sebenarnya makanan yang dibawa sama Satria yang disambut. Kalau orangnya ya biasa aja.

Satria ngobrol sama anggota Mavi dulu. Membiarkan Rayan buat masuk ke dalam ruangan sendirian.

Di dalam ada Riko yang sedang menemani Arya. Berdua saja karena yang lain sengaja di luar. Gak tahan mungkin dengan bau obat yang menyengat.

"Selamat siang, Boss Kecil" goda Arya.

Dia sudah bisa ketawa. Meskipun tubuhnya sedang dibalut perban. Sepertinya sudah tidak merasakan sakit lagi.

"Sudah kapok?"

"Belum lah, hahaha"

"Dia kan punya banyak cadangan nyawa. Mas Rayan jangan khawatir" kata Riko.

"Kamu sendirian Ra?" tanya Arya.

Rayan duduk di sofa ruangan. Disusul Riko yang samperin dia dan duduk disampingnya.

"Bareng Satria,"

"Udah jadian?"

Rayan diam saja. Bingung mau jawab gimana.

"Meskipun kita taruhan, kamu jadiannya harus tulus"

"Kok gitu?" jawab Rayan sambil mengerutkan kening. Merasa gak suka dengan pernyataan Arya.

"Soalnya kalau jadian beneran kan lebih bagus"

Riko nyimak saja. Dia gak begitu tau dengan apa yang sedang dibicarakan mereka berdua.

"Lagian Satria suka sama kamu"

"Tau dari mana?"

"Hahaha ya pokoknya percaya aja, dia gak akan nyakitin kamu Ra, aku jamin"

"Kalau itu aku juga setuju sih Mas" sahut Riko.

"Nah kan, apa pangeran bilang"

"Pangeran dari afrika!" kata Riko tak setuju.

"Hahaha jauh ya" sahut Rayan.

"Soalnya disini gak laku dia. Kebanyakan dosa"

"Kayak gak punya aja"

"Banyak lah Mas, tapi gak sebanyak Mas Arya sih kayaknya"

"Hahaha"

Mereka jadi ketawa semua. Padahal mungkin gak ada yang lucu.

"Tapi, emang baru pertama kali ngelihat Bigboss yang lembut gitu ngomongnya"

"Kayak bukan Bigboss"

"Sikapnya apalagi," jelas Riko.

"Namanya juga cinta" kata Arya.

"Ah, jadi pengen juga"

"Halah, ditembak sama Nino aja gak mau"

"Aku mau, tapi bohong hahaha"

Rayan cuma bisa ketawa dengerin pembicaraan mereka.

Lalu dia jadi penasaran juga. Apakah yang diomongin itu benar adanya.


•••

Hujan deras turun.

Langit jadi gelap padahal hari masih sore.

Satria ajak Rayan buat mampir ke rumah. Katanya ada yang mau ketemu sama Rayan.

Rumah Satria cukup dekat dari rumah sakit husada.  Ada di daerah diponegoro. Tepat di tengah kota.

Tadi Rayan sempat beli buah apel sama jeruk. Katanya buat Mama Satria yang sedang dirumah.

Mereka turun dari mobil setelah berhasil parkir di halaman depan.

Rayan pakai jaketnya Satria buat nutupin kepala dari hujan. Lalu Satria sendiri nekat menerjang butiran air yang jatuh dari langit itu.

Jadi bikin bajunya basah kuyup. Soalnya hujan yang lagi turun kelihatan cukup deras.

"Aduh, calon mantu Mama" sambut Mama Sofia.

Sedang menunggu kedatangan mereka berdua di depan pintu.

"Selamat sore, Tante" sapa Rayan kikuk.

"Mama dong, jangan tante"

"I-iya Mama,"

"Basah gak sayang bajunya? ganti dulu ya, nanti masuk angin"

"Gak basah ini Ma, tadi pakai jaketnya Satria"

"Yaudah, masuk sini. Mama udah nunggu kamu dari tadi"

Rayan mengulas senyum manis. Senang juga disambut ramah sama Mamanya Satria.

"Oh iya, ini Ma, ada jeruk sama apel. Hehehe"

"Wah, gak usah bawa ginian juga Mama sudah restuin buat jadi mantu"

"Eh?" beo Rayan.

Ngelihat Mama Sofia dengan sedikit kaget begitu.

"Hahaha lucu banget kamu nak, Mama gemes" ucap si Mama.

Sambil cubit pelan pipi tembam Rayan.

"Ma," protes Satria yang sejak tadi banyak diamnya.

"Hahaha iya Mama ngerti, ayo masuk" ajak Mama Sofia.

Rayan yang tadinya bingung itu jadi ikut saja. Mereka kemudian berjalan menuju ke arah dapur.

Meninggalkan Satria yang sekarang sepertinya sudah beranjak juga buat ke kamar. Mungkin mau ganti baju.

Mama ajak Rayan buat duduk di salah satu kursi yang menghadap sebuah meja makan besar. Lalu mengambilkan makanan yang memang sudah sengaja disiapin.

"Makan dulu ya?" ucap Mama sambil membawa beberapa piring penuh masakan.

Itu ada sayur sop sama ayam goreng. Ada juga sambel goreng kentang. Juga tempe bacem yang kelihatan enak.

"Terima kasih Ma"

"Sama sama sayang. Nginep sini mau? temenin Mama"

"Em, yang lain kemana Ma?" tanya Rayan.

"Papa kamu lagi ada pertemuan sama investor ke Bali, kalau Kakak sama Ponakan kamu nginep di rumah Malang nemenin suaminya yang baru pulang dari jepang"

"Mau Ma, tapi besok Rayan ada janji mau jemput adek di rumah nenek"

"Yaudah, kalau begitu lain kali?"

Rayan mengangguk saja.

Dia jadi gak enak tadi sudah menolak tawaran Mama yang baik hati. Tapi Rayan juga belum merasa nyaman kalau harus dekat terus sama Satria. Apalagi sampai satu rumah dengannya.

"Nanti Mama tagih janjinya lo,"

Rayan senyum. "Iya, Mama"

"Nah, sekarang makan yang banyak. Habis itu nanti Mama mau ngajak Rayan buat sesi tanya jawab"

"Hahaha buat apa Ma?"

"Biar Mama makin sayang dong sama mantu"

"Oh, hahaha"

Rayan ketawa. Mau nutupin kalau sebenarnya dia sedang memalu.

Ah. Tapi dia kan bukan calon mantu sang Mama.


•••


Setelah acara makan yang enak sekali itu Rayan diajak Mama buat duduk di sofa panjang yang letaknya di teras halaman belakang.

Disana ada sebuah kolam renang dan juga kebun bunga yang terawat. Sebagian atapnya dipasang plafon bening. Sisanya dibiarkan terbuka. Jadi bisa lihat langsung langit mendung yang sudah semakin gelap. Meskipun hujannya sudah berhenti.

Rayan dan Mama pakai selimut rajutan buat menghalau udara yang cukup dingin. Ditemani dua teh hangat rasa lemon dan juga kue. Mereka sedang asik mengobrol berdua.

"Skripsinya sudah sampai mana, Nak?"

"Sudah selesai Ma, cuma nunggu acc dosen pembimbing buat ujian. Mungkin ada beberapa yang mau di revisi dulu" jelas Rayan.

"Bagus itu, lebih cepat lebih baik. Gak kayak punya Satria, Mama sampai bosen nasehatin"

"Oh, hehehe memang Satria belum selesai?"

Mereka itu satu angkatan. Jadi kalau mau skripsi ya pasti barengan. Tapi gak bisa begitu juga sih. Kan selesainya tiap orang itu beda-beda. Tergantung banyak hal. Terus kamu sekalian gak boleh menghakimi.

"Dia sibuk bantuin Papa megang perusahaan, sampai skripsinya dilupain"

Rayan senyum. Gak nyangka kalau berandalan itu ternyata bisa serius. Dia kira Satria cuma suka main-main saja.

"Seharusnya diselesaiin dulu, biar gak ada tanggungan lagi. Terus juga masih sibuk sama geng berandalannya itu. Tapi Mama percaya kok, anak bungsu Mama itu bisa tanggung jawab" jelas Mama panjang.

"Aku kira Mama gak tau soal Mavi"

"Hahaha tau dong"

"Hehehe"

"Pas jatuh cinta sama Rayan aja, Mama duluan yang dikasih tau"

Rayan melotot sedikit kaget.

"Gimana rasanya jadi pacar Satria?"

"H-huh.."

"Kalau nakal tendang aja pakai jurus karatenya Rayan"

Rayan lagi-lagi jadi kaget. Mama Sofia sepertinya tau banyak soal dirinya.

"Satria itu gak bisa kalau gak cerita sama Mama, jadi Mama tau banyak"

"Terus Rayan jangan khawatir soal Mavi ya" pesan Mama.

"E-eh, i-iya Ma," jawab Rayan gugup.

Mama Sofia senyum. Lalu narik Rayan buat dipeluk.

Rayan gak menolak. Dia seneng dipeluk sama Mama.

"Mama gak tahan tau pengen cubitin Rayan terus, gemes"

Ucap Mama sehabis lepas pelukan mereka. Mengusap pelan pucuk rambut Rayan sambil sesekali cubitin pipi. Kalau Mama yang cubit kerasanya gak sakit. Soalnya gak beneran. Gak kayak Satria.


•••


"Gak bawa mobil aja?" tanya Mama khawatir.

Satria mau anterin Rayan pulang. Mengajaknya buat naik motor cb kesayangan.

Rayan sudah siap pakai jaket boomber hitam tebal punya Satria. Lalu sekarang sedang dipasangin helm bogo hitam yang senada sama punya Satria.

Satria yang sedang dekat sekali sama dia itu jadi bikin Rayan lagi-lagi berdebar. Dalam hati Rayan cuma berdoa. Biar Satria gak dengar detakan keras itu. Rayan malu.

"Satria mau ajak Rayan jalan dulu" sahut Satria setelah selesai masangin helm.

"Pulangnya jangan malem-malem," pesan Mama.

Satria cium tangan Mama buat pamitan. Disusul sama Rayan juga.

"Pulang dulu, Mama"

"Iya, hati-hati sayang. Jangan ngebut bawa motornya"

Lalu gak lama mereka mulai melajukan motor menembus jalanan yang kelihatan masih ramai.

Satria ajak Rayan buat keliling kota dulu sebelum pulang. Menelusuri jalan diponegoro lalu ke panglima sudirman dan belok menuju ke arah jalan brantas.

Cuaca sudah gak hujan.

Udara setelahnya jadi cukup dingin. Lalu semakin bertambah juga karena sekarang sudah malam.

Satria melaju pelan. Menikmati suasana jalan yang meskipun dingin tapi bikin nyaman. Bau habis hujan itu menambah sensasi tersendiri. Jadi betah berlama-lama. Apalagi sekarang Satria lagi sama Rayan.

"Peluk aja biar gak dingin" kata Satria.

"Aku gak dingin,"

"Iya, tapi Satria yang dingin"

"Satria banyak maunya" keluh Rayan.

"Hahaha"

Ketawanya Satria bikin Rayan jadi malu. Dia ingat perkataan Riko. Perihal sikap dinginnya yang sepertinya gak pernah keluar kalau pas lagi sama Rayan.

"Mau beli sosis bakar?"

Satria berhenti di pinggir jalan daerah klenteng. Disana ada yang kebetulan jual sosis bakar. Murah dan enak. Pilihan bakarannya juga ada banyak. Gak cuma sosis saja.

"Mau,"

Satria senyum. Lalu mengajak Rayan buat turun dari motor. Gak lupa buat melepas helm yang dipakai Rayan. Merapikan sedikit rambut Rayan yang kelihatan berantakan.

Mereka jalan berdua buat ke tenda tempat jualan. Rayan milih beberapa tusuk sosis lalu nunggu buat dibakarin sama si penjual.

Sementara Satria pergi buat nyari minuman hangat. Kebetulan ada yang jualan angsle di dekat sana.

Satria bawa angsle yang dimasukkan ke gelas plastik. Lalu berdiri di dekat Rayan.

"Mas, tak tunggu disana" kata Satria ke penjual. Menunjuk pinggir jalan tempat motornya parkir.

Penjual itu mengangguk.

Lalu Satria bawa Rayan buat duduk di motornya. Sedangkan Satria berdiri dihadapan Rayan. Mulai menyuapi Rayan dengan angsle hangat.

Rayan nurut saja. Kelaparan. Udara dingin begini jadi bikin mau ngemil terus.

"Enak?" tanya Satria.

"Huum, kamu juga makan"

"Iya,"

Kembali Satria suapin Rayan.

"Besok Satria mau ke Bali, nyusul Papa"

"Em,"

Satria senyum. Mengusak rambut Rayan pelan. Suka sekali sepertinya. Sampai-sampai dilakuin terus.

"Rayan boleh telepon kalau kangen"

"Satria kali yang kangen" bantah Rayan.

"Kalau itu sudah pasti,"

"Duh, g-gak usah bohong" ucap Rayan sedikit gugup.

"Rayan boleh gak percaya,"

"Tapi Rayan harus tau, kalau Satria beneran mau sama Rayan"










25 Februari 2021

Continue Reading

You'll Also Like

328K 28K 54
Kisah si Bad Boy ketua geng ALASKA dan si cantik Jeon. Happy Reading.
Fantasia By neela

Fanfiction

1.6M 5K 9
⚠️ dirty and frontal words 🔞 Be wise please ALL ABOUT YOUR FANTASIES Every universe has their own story.
166K 14.2K 79
"Jadi, saya jatuh dan cinta sendirian ya?" Disclaimer! Ini fiksi nggak ada sangkut pautnya di dunia nyata, tolong bijak dalam membaca dan berkomentar...
80.3K 8.4K 27
" Pada akhirnya akan selalu ada hal baik yang menerpa kita setiap harinya, biarlah takdir yang mengubah dan biarkan waktu yang menentukan , jangan ka...