Wanna Die (Complete)✓

By AnggraiMoris

10.6K 1.9K 478

"Karena mengenal mu, membuat tujuan hidup ku menjadi dua kalimat 'mencintai mu' dan 'memiliki mu'." ~Ethan Gr... More

Cast
1.Black Rose
2. Terror
3. Who is He?
4. Welcome
5. It's not Dream
6. Difficult Part
7. Hope
8. Not Friend's
9. I'm back
10. He change everything
11. He is Steve Alward
12. Jealous
13. Your Side
14. Tell me
15. Clue
16. Hateness
17. The monster drama
18. Slowly
19. Micky Mouse or me?
20. Queen Sweta
21. Always be mine
22. About Dream
23. The victim
24. New Love
25. Don't disturb my girl
Bonus Pict
26. Sweet Couple
27. My Daddy
28. Darkness
29. Battle for her
30. Be Near
31. Hate and angry
32. He lose
33. Wanna die?
34. The Death Flower
35. New life
36. Without love
37. At my worst
39. It's hard
40. Our girl

38. Survive you

143 10 0
By AnggraiMoris

Ethan benar-benar tak mendatangi Clara, tapi itu hanya berlaku dua hari. Dirinya tidak bisa menahan lebih dari itu.

"Sampai nanti Sayang," Clara mencium pipi kiri Steve.

"Dan ini tas mu," Clara memberikan tas kerja milik suami tercintanya. Steve memberikan pelukan hangatnya sebelum membalas ciuman Clara tepat dibibir istrinya itu.

"Kabari aku jika kau bisa makan siang bersama ya."

Kehidupan rumah tangga mereka sangatlah menjadi impian semua orang. Mereka tidak pernah bertengkar, yang ada hanyalah sikap manis dan manja satu sama lain. Keduanya cukup bisa membuka diri.

Seperti pagi ini Clara menunggu sampai mobil Steve keluar gerbang untuk berangkat kerja. Lagi, Clara menangkap sosok Ethan berdiri dibalik pohon seberang jalan. Dia tidak bodoh, ia tahu dan sadar Ethan mengikutinya dari jarak jauh hanya untuk memperhatikannya dalam diam.

"Cih, menyedihkan. Harusnya dia membuka lembaran baru dan hidup seperti biasa." Kapan pria itu bisa berpikir. Clara sungguh menanti hari itu.

Semenjak pembicaraan mereka Ethan memang tidak menemuinya, tapi Ethan mengawasinya terang-terangan. Clara tidak memperdulikan itu dan bersikap biasa-biasa saja. Asalkan itu tidak mengganggunya atau membahayakannya saja.

Clara sudah siap melakukan aktivitas padatnya. Siangnya dia membeli makanan direstoran untuk Steve. Akhir-akhir ini suaminya semakin lengket padanya.

"Makanan datang." Rasa lelah langsung hilang begitu Steve mendengar suara Clara.

Clara sengaja memberi senyuman lebarnya dan memeluk Steve, ia tahu Ethan masih mengawasinya melalui jendela.

"Sayang, sebenarnya aku sudah selesai hari ini, aku ingin menemani mu disini tapi aku juga ingin tidur."

Steve mengelus rambut Clara. "Tak apa, pulanglah dan tidur siang."


*

Clara terbangun saat hari sudah sore. Daun-daun coklat berguguran, langit begitu tenang, seakan menyapa jiwa Clara yang damai setelah bangkit dari alam mimpi. Dilangkahkan kakinya keluar rumah, duduk dikursi yang berada dibawah pohon. Sudah lama ia tidak bersantai seperti ini.

"Ah rumah ku surga ku." Clara memejamkan mata membiarkan angin menerpa wajahnya.

"Sayang.." suara lembut suaminya membuatnya terlonjak.

"Ayo masuk," Clara antusias berdiri menggandeng tangan Steve. Namun langkah pria itu tercekat, Clara mengikuti arah pandang Steve. Tepat dibalik pagar sana terdapat Ethan tengah berdiri.

"Mmm dia memang sering seperti itu. Maksud ku dia memperhatikan ku dari jauh."

"What??" Steve terjeut dan hal seperti itu Clara sama sekali tak memberi tahunya. Bagi Clara yang terpenting Ethan tidak bertingkah lebih jauh. Walau dilihat dari tatapannya Ethan sangat putus asa, hingga dia bertingkah bodoh seperti orang gila. Clara merasa kasihan itu sebabnya dia membiarkannya saja.

"Sudahlah ayo masuk." Clara menarik tangan Steve.


*

"Kemana Steve?" Tanya Alex. Keluarganya sedang jogging bersama setiap akhir pekan. Kebiasaan baru saat Clara kembali dari Amsterdam. Alex sadar betapa berharganya waktu kebersamaan dengan keluarga.

"Dia ada urusan mendesak dan tidak bisa ikut." Jelas Clara.

"Menantu kita memang super sibuk, tak ada bedanya dengan mu." Imbuh Nancy meminum airnya.

Clara melihat sekeliling, aneh! Tak ada Ethan. Pria itu dari pagi tak terlihat mengawasinya. Clara menepis  pemikirannya, ia tak seharusnya perduli.

Malam hari Steve memeluk Clara dari belakang, mereka sedang berada dibalkon menikmati teh sekedar mengobrol ringan.

"Apa yang kau pikirkan hm?" Tanya Steve mengendus leher Clara.

"Ethan tak terlihat hari ini dan-"

Clara tersadar saat Steve membalik tubuhnya berhadapan, tatapannya seperti menuntut ketidakterimaan Clara memikirkan pria lain.

"Jadi itu yang mengganggu mu? Kau memikirkannya?"

"Ah Steve aku mengantuk, aku ke kamar duluan." Begitulah Clara mengakhiri topik mereka. Clara membuka pintu kamar bertepatan dengan ponselnya yang berdering.

"Halo, siapa?"

"Kami dari rumah sakit jiwa, pasien bernama Ethan Gracious selalu memanggil nama anda, jadi kami memutuskan mencari kontak anda diponselnya."

"Apa paman Grey, maksud ku daddynya tidak ada disana?"

"Tadi siang Ethan datang dengan keadaan kacau seorang diri, dia memohon-mohon untuk disembuhkan bahkan hendak bunuh diri."

"A...apa?" Clara tak bisa berkata apa-apa. Diputuskannya sambungan telpon itu dengan perasaan kalut.

Pintu terbuka, Steve masuk dan menghampiri Clara. "Ada apa Sayang, kau terlihat khawatir."

Steve memeluk Clara, "siapa yang menelpon mu?"

"Tidak Steve bukan apa-apa, itu teman lama ku jadi aku terkejut dia tiba-tiba menelpon."

"Oh begitukah." Dibalik pelukan itu Steve bermuka datar.

"Kau berbohong Clara." Ucapnya dalam hati. Sedari tadi Steve berdiri dibalik pintu dan mendengar semuanya.



*

Semalaman Clara tak bisa tidur dengan nyaman. Beruntung jadwalnya hari ini tak terlalu padat. Dia sudah memutuskan untuk menemui Ethan.

Pria itu tengah duduk meringkuk dibalik jeruji, mengapa sampai dikurung diruangan khusus itu? Seberapa parah Ethan? Pria itu mendongak, tanpa kata dan memastikan yang dilihatnya bukan halusinasi.

"Ku mohon bunuh aku, ambil pisau ini. Bunuh aku dengan tangan mu sendiri. Agar aku lebih tenang. Jika aku selamat aku merasa berhak mencintai mu lagi, jika aku mati setidaknya aku tidak akan menyesal lagi dan mengakhiri hidup seperti ini. Sungguh ini menyiksa ku." Clara tahu belati yang tengah Ethan genggam itu adalah belati kesayangannya. Dia sangat putus asa dan kehilangan arah.

"Kau gila Ethan," Clara membuang pisau itu ke lantai, lalu memeluk Ethan. Entah siapa yang memulai mereka berciuman, larut dalam perasaan masing-masing.

Derap langkah kaki membuat Clara tersadar dan segera menjauh. Dirinya membeku saat melihat Steve.

"Steve aku bisa menjelaskan."

"Aku mengerti, akan sikap mu belakangan ini. Kau mungkin tidak menyadarinya tapi aku sadar kau masih mencintainya."

Steve tak memberi kesempatan Clara menjelaskan. Tak tahu harus berbuat apa Clara langsung berlari memeluk suaminya. Dia sendiri tak tahu bagaimana bisa dia berciuman begitu saja.

"Aku mencintai Clara, aku tidak tahu dia lebih mencintai mu atau mencintai ku. Tapi aku tidak bisa melepasnya, tidak akan pernah bisa. Jangan mengharapkan penceraian kami sebelum aku mati." Ucap Steve.

Clara memeluk Steve lebih erat. "Siapa yang akan bercerai dengan mu. Jangan salah paham." Steve membalas pelukan Clara sambil menangis.

"Ya karena kita tidak akan pernah bercerai," Steve beralih menatap Ethan. "Kau hanya memiliki harapan menjadi suami keduanya." Lanjutnya

Membuat Clara dan Ethan tercengang bukan main.

"Apa? Maksud mu apa? Kau sadar atas  apa yang kau katakan? Jangan main-main Steve. Tapi hal seperti itu tidak cocok untuk dijadikan lelucon."

"Bagaimana jika aku serius?" Jawab Steve mantap.

Clara menangkup kedua pipi Steve.
"Steve, percaya pada ku. Kau membuat keputusan karena marah saja. Apa pun yang kau pikirkan itu salah paham. Aku sudah menikah dan tidak akan menikah lagi. Kau memikirkan apa hingga bisa berpikir akan menduakan mu? Apa semudah itu bagi mu huh?" Clara marah, baginya pernikahan adalah sesuatu yang sakral dan bukan main-main. Bagaimana bisa dia dapat menyakiti hati Steve, sedangkan dia adalah pria yang selalu ada, memotivasinya untuk bangkit, dia sangat sempurna. Sebagai suami dia harusnya marah, atau menghajar Ethan, atau menarik Clara pulang. Tapi ini justru diluar ekspektasinya.

Clara keluar dengan perasaan kacau, meninggalkan dua pria didalam sana. Pria masa lalu dan pria masa depannya.



#Tbc

Continue Reading

You'll Also Like

NAJESA By 세이시

Teen Fiction

189K 11.1K 41
Ke mana pun mereka pergi, rumah dan keluarga adalah tempat untuk kembali. Tapi, kehangatan dan keramahan rumah, tak berlaku baginya. "Karena rumah, t...
3.3M 48.5K 31
Mature Content || 21+ Varo sudah berhenti memikirkan pernikahan saat usianya memasuki kepala 4, karena ia selalu merasa cintanya sudah habis oleh per...
14.6M 1.1M 62
Laki-laki itu menatap tajam gadis di hadapannya. "Kenapa dekat-dekat dia?" tanyanya dengan marah tertahan. Gadis itu mendongak menatap pacarnya itu...
34M 3.3M 85
Highest rank #1 in teenfiction (15/12) ----- "Cewek lo, buat gue." Magma. Cowok galak, dingin, pemaksa, egois, sombong, dan segala sikap kepenguasaan...