PANTAS KAH?

By NelaaLa

287 124 47

CERITA INI MURNI HASIL PEMIKIRAN SAYA SENDIRI. Ini cerita cinta dan hidup seorang gadis. Gadis yang menyimpan... More

PROLOG
PART-1
PART-2
PART-3
PART-4
PART-5
PART-6
PART-7
PART-8
PART-9
PART-10
PART-11
PART-12
PART-13
PART-15
PART-16

PART-14

4 5 0
By NelaaLa

Nala memasuki kawasan rumahnya. Saat ia turun dari angkot hujan sudah mulai reda, hanya menyisakan gerimis kecil. Ia berjalan melewati beberapa gang dan setelah itu ia sampai di depan rumahnya. Disana terdapat Ayahnya yang sedang duduk di teras rumah.

"Assalamualaikum Ayah," ucap Nala tersenyum dan menyalimi tangan Ayahnya.

"Waalaikumsalam. Kamu pulang hujan-hujanan hm?" tanya Ahmad sambil melirik penampilan sang anak. Rambut yang lepek, seragam sekolah yang basah hampir kering.

"Kamu itu sudah besar Nala, kalo hujan ya berteduh bukannya malah hujan-hujanan. Nanti kalau kamu sakit itu merepotkan dan satu lagi itu seragam kamu basah nanti besok kamu mau pake seragam apa? Sudah tau punya seragam satu tapi malah buat hujan-hujanan," belum sempat Nala menjawab pertanyaan sang Ayah, Ahmad lebih dulu mengomelinya.

"Iya Ayah Nala ngerti. Soal seragam nanti Nala cuci sekarang juga siapa tau besok kering," Nala lebih memilih mengalah saja, jika Nala menjelaskan yang sebenarnya kalau ia hujan-hujanan hanya untuk menghindari Vian itu hanya akan membuat Ayahnya bingung dan ia sendiri yang malu.

"Sekarang kamu masuk dan ingat cuci seragam kamu yang basah itu," ucap Ahmad dengan wajah datar.

Nala mengangguk dan segera pergi dari hadapan sang Ayah. Sebelum pergi ke kamar mandi Nala masuk terlebih dahulu ke kamarnya guna mengambil handuk dan pakaiannya.

Setelah beberapa menit sekarang Nala sudah selesai dengan ritual mandinya. Nala mulai mencuci bajunya dengan cara merendam bajunya terlebih dahulu di ember yang sudah berisi air yang tercampur rinso.

"Kamu lagi nyuci apa La?" tanya Sera menghampiri Nala.

"Nyuci seragam Bu, tadi Nala sempet ujan-ujanan," terang Nala sambil menatap Sera yang berdiri di sebelahnya.

"Sini biar Ibu aja yang lanjutin, mending sekarang kamu makan. Kamu pasti belum makankan?"

"Nggak usah Bu. Ini tinggal Nala kucek dan bilas aja, soal makan habis ini juga Nala pasti makan kok Bu," ucap Nala tak mau merepotkan Ibunya.

"Yasudah kalo begitu Ibu kedepan dulu ya. Semangat nyucinnya," ucap Sera sambil mengelus pundak Nala dan pergi. Nala hanya tersenyum menanggapinya.

*****
Sera menghampiri Ahmad yang masih berada di teras, lantas Sera duduk dikursi samping.

"Kamu yakin dengan keputusan kamu?" tanya Ahmad menatap istrinya yang sangat ia cintai.

"Yakin Mas, percuma aja kalo aku dirawat itu hanya membuang-buang uang saja. Pada akhirnya aku akan tiada sekarang aku hanya tinggal menunggu waktunya datang," ucap Sera, tatapannya  kosong.

Sebenarnya saat Sera pergi ke klinik untuk periksa penyakitnya yang mulai kambuh lagi, dokter klinik tersebut sempat menyarankan untuk Sera dirawat dirumah sakit karena sakit asmanya sudah sangat parah. Saat periksa Sera sempat di infus diklinik itu, itulah alasannya mengapa kemarin Sera dan Ahmad pulang cukup lama.

Sera memutuskan untuk dirawat jalan saja dan tak memberitau anak-anaknya tentang kondisinya saat ini. Levino, Nala, dan Riko mereka tau kalau Ibunya mengidap penyakit asma tapi mereka taktau kondisi Ibunya saat ini. Sera hanya tak ingin membuat ketiga anaknya bersedih.

"Tidak baik berbicara seperti itu, kamu harus bisa sembuh demi aku dan anak-anak kita," ucap Ahmad menyemangati istrinya.

"Aku akan berusaha sebisa mungkin," ucap Sera sambil mengusap air matanya yang menetes.

Ahmad yang melihat itu hanya mampu memegang tangan istrinya dan menghela nafas berat.

"Mulai hari ini kamu tak usah kerja lagi, ini demi kesembuhan kamu. Kamu ingatkan kata dokter untuk saat ini kamu harus banyak istirahat dan tidak boleh melakukan aktifitas yang berat," ucap Ahmad memperingatkan istrinya.

Sebagai seorang kepala keluarga Ahmad merasa bersalah karena tak mampu memberikan kehidupan yang mewah untuk anak dan istrinya. Ia sangat bersyukur memiliki istri seperti Sera yang tidak mempermasalahkan semua ini, Sera tidak menuntut apa-apa darinya. Malah Sera membantu Ahmad untuk keuangan rumah tangganya. Sera adalah istri dan Ibu yang sempurna menurut Ahmad.

****

Saat ini Nala tengah makan bersama dengan Levino yang baru saja mengganti pakaian setelah mandi. Suasananya sunyi tak ada yang memulai pembicaraan, sejujurnya Nala masih canggung kepada Levino. Karena memang Nala tak dekat dengan Abangnya itu.

"Eumm Bang Ino, gue boleh tanya nggak?" akhirnya Nala membuka suaranya.

"Tanya aja," ucap Levino sambil mengambil makanan dengan sendoknya lalu ia masukan kedalam mulutnya.

"Di sekolah Bang Ino ada jurusan psikologi?" tanya Nala.

"Adalah, emangnya kenapa? Lo mau ngambil jurusan itu?" jawab Levino sambil menatap Adiknya.

"Iya gue tertarik sama dunia psikologi dan gue rasa gue mampu ngambil jurusan itu," ucap Nala sambil mengangguk semangat.

"Kenapa nggak ngambil jurusan kecantikan aja? Di kampus gue ada tuh. Biar lo belajar mempercantik diri," ucap Levino seraya meminum air.

"Lagian nih ya gue tuh heran sama lo, lo liat Ibu dia itu cantik tapi kenapa anak ceweknya nggak nurun cantiknya," tambah Levino sambil menatap Adiknya meneliti.

"Nggak semua anak itu wajahnya mirip sama orang tuanya," balas Nala.

"Iya contohnya elo. Kek anak hasil temuan," ucap Levino terus mengejek Adiknya.

Memang seperti ini jadinya jika Nala dan Levino mengobrol mereka akan terus beradu argumen. Jika salah satu dari mereka masih terus berbicara maka akan terus seperti itu, tapi jika salah satu dari mereka memilih mengalah atau menyudahinya maka semua itu akan berakhir.

"Siapa bilang cuma gue, diluar sana pasti banyak kok," ucap Nala tak mau kalah.

"Gue tau Ibu itu cantik Bang, tapi lo liat Ayah dia nggak sebegitu ganteng. Mungkin karena gue nurunin Ayah makannya gue jelek," lanjutnya.

Apa yang dikatakan Nala itu benar. Sera memang terlalu cantik untuk Ahmad.

"Anak durhaka lo, pantes aja lo selalu di nomor duakan sama Ayah lo nya aja nggak punya adab kek gini," ucap Levino menatap tajam adiknya.

Baru pertama kali Nala berani berbicara seperti ini. Nala sendiripun ia tak tau mengapa mulutnya mengatakan hal yang seperti itu.

"Siapa bilang gue nggak punya adab, orang kenyataannya aja gitu," sudah terlanjur berucap seperti itu, jadi untuk apa ia mengelak.

"Lo mulai jadi pembangkang ya, sebagai hukumannya lo cuciin tuh piring gue," ucap Levino dan pergi dari hadapan Adiknya.

Nala menghela nafas berat, dan langsung menuruti perintah dari Abangnya.

"Ayah maafin Nala ya. Nala nggak bermaksud ngejek Ayah kok," ucap Nala sambil mencuci piring. Ia merasa bersalah telah berbicara seperti itu.

"Ngejek Ayah? Apa maksud kamu Nala?" tanya Ahmad yang tiba-tiba datang.

Nala langsung membalikkan badannya dan ia sangat terkejut saat mendapati Ayahnya yang sedang berdiri dihadapannya.

"A-ayah enggak kok Nala gak ngejek apa-apa," elaknya tak berani mengatakan yang sebenarnya.

"Kalo orang tua nanya itu jawab yang bener!" ucap Ahmad tegas.

"Nala tadi cuma gabut aja ngomong kek gitu," ucap Nala masih berbohong.

"Dasar tidak jelas, yasudah kamu lanjutkan pekerjaan kamu," ucap Ahmad tidak habis pikir dengan tingkah Nala.

"Setelah mencuci piring kamu elap lantai depan yang basah karena air hujan."

"Kamu tidak usah protes. Lakukan apa yang Ayah suruh agar kamu terlihat berguna disini," baru saja Nala ingin mengeluarkan suaranya tapi Ayahnya lebih dulu memotongnya.

Nala hanya mengangguk sebagai jawaban. Dimata Ayahnya Nala itu dianggap anak yang kerjaannya hanya merepotkan otangtua saja. Apapun yang Nala lalukan selalu tak dianggap olehnya. Dan jangan lupakan Nala selalu disalahkan atas apa yang bukan salahnya.

Tapi Nala bersyukur selama ini ia tak pernah mendapatkan pukulan atau tamparan dari kemarahan Ayahnya. Jika Ayahnya marah dia hanya terus mengomel dan mengungkit kesalahan Nala yang dulu-dulu. Nala juga bersyukur karena masih ada Ibunya yang selalu bersikap adil dan melindunginya.

Saat Nala merasa sedih karena perilaku Ayahnya dan Abangnya yang selalu mengejek Nala, pasti Sera akan datang untuk menenangkan Nala dan menghiburnya. Bagi Nala Sera—Ibunya bukan hanya berperan sebagai Ibu tapi juga dia berperan sebagai sahabat yang selalu ada dan siap meminjamkan bahunya untuk bersandar. Nala sangat menyayangi Ibunya lebih dari apapun.



                              √TBC√

Pencet tombol bintang yahh komen juga jan lupa.

Maap kalo ada typo...

See you next part💓

Continue Reading

You'll Also Like

249K 15.5K 49
☠️ PLAGIAT DILARANG KERAS☠️ FOLLOW SEBELUM BACA!!! Menceritakan tentang seorang gadis bernama Ayla Humairah Al-janah, yang dijodohkan oleh kedua oran...
275K 13.6K 37
"GW TRANSMIGRASI? YANG BENER AJA?" ... "Klo gw transmigrasi,minimal jangan di peran antagonis lah asw,orang mah di figuran gitu,masa iya gw harus mat...
169K 17.1K 22
[HIATUS] [Content warning!] Kemungkinan akan ada beberapa chapter yang membuat kalian para pembaca tidak nyaman. Jadi saya harap kalian benar-benar m...
4.9M 410K 47
-jangan lupa follow sebelum membaca- Aster tidak menyangka bahwa pacar yang dulu hanya memanfaatkannya, kini berubah obsesif padanya. Jika resikonya...