Aksara Dan Suara

By khanifahda

1.5M 164K 6.7K

Bukan waktu yang singkat bagi Grahita Sembrani Pramonoadmodjo untuk menghapus bayang-bayang penghianatan cint... More

Jaladri
Rawi
Griya
Ludira
Sakwari
Samira
Udaka
Darani
Nirada
Wibana
Lenggana
Asta
Peningal
Brawala
Pakara
Pralapa
Kawur
Kaningaya
Samapta
Persudi
Kanin
Adanu
Lawya
Purwa
Mara
Hastu
Sangsaya
Weling
Kaharsayan
Samagata
Mahatma
Wiyoga
Asti
Balakosa
Smara
Mandrakanta
Darba
Soma
Adicandra
Sakanti
Balun
Adyuta
Abhipraya
Syandana
Gama
Jantaka
Nisita
Palar
Byuha
Locana
Agata
Gandring
Radinka
Ilir
Adhikari
Dayita
Adyatma
Wasana
'Naditya'
'Cundamani'
'Woro-Woro'

Nayottama

20.2K 2.4K 68
By khanifahda

Grahita baru saja selesai mengurusi persiapan kunjungan master chef yang akan datang ke instansi kuliner milik Tuan Hendrik. Gadis itu dengan dibantu beberapa calon chef telah mempersiapkan penyambutan dengan baik.

"Saya harap kalian tetap tenang ketika diminta menyebutkan atau mempraktikkan teknik mengolah bahan or others nanti. Nggak apa-apa salah, asalkan kalian lebih aktif bertanya dan menjawab. Kita semua juga masih belajar. Jadi bersikaplah yang baik dan tunjukkan kemampuan kalian. Good luck!" Grahita memberikan intruksi dan dijawab serempak oleh mereka.

"Chef Grahita akan segera kembali ke Indonesia ya?" Tiba-tiba dari mereka bertanya pada Grahita.

"Iya. Ketika kontrak saya habis, saya akan kembali ke tanah kelahiran saya."

"Kenapa Chef tidak menjadi pengajar tetap saja di sini? Rasanya kami belum bisa berpisah dengan chef," sahut salah satu dari mereka. Selanjutnya terdengar sahutan yang meminta Grahita tetap di sini.

Grahita tersenyum pada pemuda-pemudi yang berusia sekitaran 20 sampai 23 tahun itu. "Di sini banyak sekali chef profesional yang akan membagikan ilmu kepada kalian. Saya hanya sementara di sini. Jadi, saya rasa masih banyak potensi, ilmu, pengalaman, dan lain-lain yang bisa kalian digali dari para chef lainnya di sini."

"Tapi Chef, anda sangat sabar dibandingkan yang lain. Coba dengan chef lain, jika kami salah, bisa-bisa pisau daging melayang. Tetapi chef dengan sabar memberitahu letak kesalahan kami."

Ucapan pemuda itu membuat mereka tergelak. Grahita hanya menggelengkan kepalanya pelan. "Jangan begitu. Mereka semua bertindak seperti itu untuk kebaikan kalian. Ambil yang baik saja, ya? Saya yakin kalian akan menjadi chef hebat nantinya."

Lalu salah satu gadis muda mendekat dan memeluk Grahita. "Kami akan merindukan, Chef. Terima kasih atas ilmunya selama ini. Walaupun Chef hanya sementara di sini, tetapi kami banyak belajar dari Chef."

Rasanya Grahita terharu dengan mereka yang mau berusaha. Apalagi melihat semangat para calon chef muda di depannya ini. Wajah-wajah penuh semangat. Wajah-wajah yang mengimpikan cita-cita dan harapan  yang sangat tinggi. Mereka terkadang curhat dengan Grahita. Entah masalah kesulitan di sini, asmara hingga keluarga. Baginya ia mendapatkan obat dan hiburan sekaligus. Waktu dua tahun di Belanda seperti sebuah terapi. Apalagi melihat semangat mereka yang luar biasa. Menjadikan Grahita ingat perjuangannya di Prancis dulu.

Grahita ingat, ia rela berangkat pagi agar bisa belajar banyak tentang bahan makanan yang baru saja turun dari truk bahan makanan. Gadis itu rela berjam-jam di gudang hanya melihat, merasakan, dan menganalisis bahan makanan yang di simpan di sana. Ia juga rela pulang larut untuk berdiskusi dan beraksi di kitchen dengan para mentornya. Semua itu ia lakukan karena sudah terlanjur cinta dengan dunia kuliner.

"Kalian bisa main ke Indonesia suatu saat nanti. Kalian juga boleh datang ke rumah saya. Saya pasti akan senang."

Mereka semua tersenyum dan mengangguk. Grahita bahagia. Di sini ia menemukan banyak pengalaman dan tentunya relasi yang cukup luas. Ia juga lebih bisa memahami orang lain. Hal ini menjadi obat untuk dia yang sempat kecewa dengan yang namanya manusia. Grahita bersyukur, waktu dan pengalaman dua tahun di Belanda menjadi obat yang ampuh untuk menyembuhkan luka yang belum sempat kering sepenuhnya.

*****

Grahita memijit pelan pelipisnya. Baru saja Yessy mendesak agar dia bisa pulang sebelum waktunya karena gadis itu hendak menikah. Hampir setiap hari Yessy mengirimi dirinya pesan dan menanyakan kapan pulang.

Berita ini sudah Grahita ketahui 8 bulan yang lalu. Yessy langsung menelpon dirinya bahwa ia dipinang oleh seorang pengusaha e commerce yang namanya sedang naik daun sekarang. Katanya, pengusaha itu adalah kenalan Nakula, dan bisa jadi mereka dikenalkan. Dan Yessy mengatakan juga jika ternyata calonnya adalah kakak kelasnya dulu sewaktu kuliah di Amerika Serikat. Apakah ini sebuah kebetulan?

Saat ini Grahita sedang menunggu jadwal trem lewat. Gadis itu baru saja pulang dari masjid Al-Fath untuk menghadiri kajian. Biasanya, muslim asli Belanda dan perantauan banyak yang berkumpul dan sharing bersama di masjid Al-fath. Walaupun berada di negara minoritas muslim, mereka tetap rukun menjalani kehidupan beragama. Bahkan di Utrecht ini sudah banyak masjid berdiri.

Seperti janjinya dulu. Grahita akan belajar agama lebih mendalam lagi. Ia sadar jika ia terlalu jauh melangkah hingga lupa arah yang benar. Pengetahuan agama yang kurang menjadikan dirinya ingin menimba ilmu lebih banyak lagi. Walaupun di Belanda, ia meluangkan waktu untuk kebutuhan spiritualnya. Di sini pun ia banyak bertemu dengan orang baik dan peduli. Bahkan ia bertemu dengan komunitas muslim yang kebanyakan merupakan perantauan dari Indonesia.

Sebuah kereta kecil yang biasanya melintas di jalanan kota Utrecht berhenti di halte yang tak jauh dari masjid Al-fath. Grahita yang sudah menunggu beberapa menit langsung masuk dan menempelkan sejenis kartu yang sangat berguna untuk bepergian di sini. Kartu itu berisi saldo yang bisa digunakan antar negara sekaligus. Berlaku untuk kereta, trem, ataupun bus.

Gawai Grahita berdering ketika ia baru saja duduk di tempat paling belakang karena trem sudah penuh. Gadis itu melihat gawainya dan ternyata dari Lili. Grahita langsung mengangkatnya.

"Ta, gue mau kawin."

Sejenak Grahita melotot dan kaget dengan kalimat pembuka Lili. Bukannya salam atau apa, Lili malah langsung bilang mau kawin.

"Lo nggak lagi kepentok meja kan, Li?"

"Kagak lah. Gue serius. Gue mau nikah, Tata... M-E-N-I-K-A-H."

Grahita meringis. Kenapa orang-orang mendadak ingin menikah dalam waktu dekat ini?

"Lo jangan becanda ya? Sejak kapan lo punya pacar? Kenapa tiba-tiba mau nikah? Ngaco." Grahita masih belum percaya jika Lili hendak menikah. Selama ini gadis itu jomblo alias belum punya pasangan. Dan tiba-tiba memberinya kabar menikah adalah lelucon di siang bolong.

"Anjir lo! Gue serius. Walaupun gue jomblo, tapi gue mau nikah."

Grahita mengerjap beberapa kali. Oke, ternyata Lili memang sedang serius.

"Sama siapa? Kok lo nggak cerita sama gue? Lo temen gue apa nggak sih? Kenapa tiba-tiba ngasih berita begini? Kapan lo pacarannya?"

Sementara itu, Lili terbahak di seberang sana. Pastilah Grahita kesal karena tiba-tiba dirinya mengatakan akan menikah. Orang-orang pun akan sama kesalnya sebab dirinya tak menjalin asmara sebelumnya.

"Gue dijodohin."

"Apa??"

Beberapa orang di trem menatap Grahita dengan tatapan datar. Buru-buru ia meminta maaf karena suaranya yang tinggi. Ia terlalu kaget dengan pengakuan Lili.

"Kok bisa?"

"Bisa dong."

"Kok lo santai? Biasanya kalau dijodohkan pasti pada nggak mau. Kok lo terkesan seneng sih?" Grahita mengerutkan dahinya. Merasa ada yang salah dengan Lili mungkin.

"Gimana nggak seneng, orang yang dijodohin itu sahabatnya si Singa. Lo lupa ya gue pernah naksir seorang pemuda kepala gundul yang foto bareng Leo pas awal pendidikan mereka?"

Grahita mendadak de javu. Gadis itu mencoba mencerna apa yang diucapkan Lili. Saking berwarnanya asmara Lili, Grahita lupa dengan siapa saja Lili naksir cowok.

"Astaga, Lo lupa, Ta?"

"Lo inget nggak gue pernah cerita kalau Leo punya sahabat, namanya Alan? Orang itu pernah gue ceritain dan gue kirim fotonya ke lo. Waktu itu kan zamannya masih malu-malu buat deketin. Gue masih jadi maba, lo yang gue ceritain terus walau lo di Paris."

Perlahan Grahita ingat. Dulu Lili pernah naksir salah satu teman Leo yang juga satu pendidikan. Laki-laki itu memiliki fisik badan yang jangkung dengan warna kulit sawo matang karena terpapar sinar matahari terus-menerus. Grahita ingat, Lili jatuh hati pada lelaki itu. Namun Lili malu-malu untuk mengajak kenalan. Dirinya lah yang menjadi sasaran galaunya Lili karena lelaki itu menempuh pendidikan yang keras bersama sang kembaran Leo. Lili yang mendadak jadi pemalu dan si pemuda yang tak sadar bahwa ia diincar oleh gadis cantik itu, menghasilkan kisah cinta yang bertepuk sebelah tangan. Bertahun-tahun Lili berharap bisa bertemu lagi sembari menjalin asmara dengan beberapa laki-laki. Dalam harapan Lili, setidaknya laki-laki itu datang lagi ke rumah bersama Leo. Namun Leo mengatakan jika pemuda itu bertugas di Natuna, sedangkan Leo di Papua ketika awal-awal dulu. Alhasil perlahan Lili melupakan rasa kagum dan mungkin cintanya itu. Namun justru kini tersemai kembali.

"Jodoh emang nggak kemana," sahut Grahita seraya tersenyum.

"Terus gimana ceritanya lo dijodohin?" tanya Grahita kemudian.

Lili tampak tertawa kecil di seberang sana. "Ternyata bokapnya itu temen bokap gue juga. Mereka pernah satu tempat kerja. Dua bapak itu resah karena anaknya belum ada yang menikah. Alhasil gue coba dikenalin sama anaknya temen bokap. Eh ternyata itu sahabat Leo dan orang yang pernah gue taksir dulu. Gue mau ajalah langsung. Mana sekarang tambah ganteng. Anjir gue malu, Ta."

Grahita tak mampu menyembunyikan rasa gelinya. Gadis itu terkekeh karena kisah unik sang sahabat.

"Sebentar, gue mau turun dulu."

Melihat halte tujuannya sudah dekat, Grahita menjeda obrolannya terlebih dahulu. Gadis itu langsung turun ketika trem berhenti.

"Oke lanjut, Li. Bentar gue mau cari duduk. Masih penasaran banget gue."

Kemudian Grahita mencari tempat duduk. Gadis itu melihat bangku kecil di samping halte yang biasa digunakan untuk duduk santai para pejalan kaki atau warga kota.

"Terus lo nerima begitu aja?"

"Awalnya gue sih ogah-ogahan. Gue males karena kenapa masih ada jodoh-jodohan? Terus bokap bilang, kenalan aja dulu. Nanti kalau cocok lanjut aja, kalau nggak ya sudah. Bokap nggak maksa gue juga. Awalnya gue ogah banget kenal itu cowo, takutnya zonk kayak kemarin-kemarin. Gue udah males dengan siklus kenalan, jalan, terus dighosting. Makanya gue agak ragu juga ketika bokap bilang katanya satu profesi sama Leo. Gue bayangin aja ngeri, Ta. Nanti gue pasti ditinggal tugas terus. Kan nggak banget. Tapi gue coba ajalah. Kali aja dia buat gue yakin. Eh ternyata si doi. Gue sempet deg-degan pas ketemu pertama kali. Mana dia senyum manis banget ke gue. Pokoknya lebih ganteng dari Tom Cruise. Dia yang ahhh, gue nggak bisa ceritain. Pokoknya lo harus cepet pulang. Gue marah kalau lo nggak ada di nikahan gue."

Grahita terkekeh pelan dengan cerita Lili. Rasanya ia geli membayangkan ucapan Lili yang membandingkan artis kenamaan Hollywood itu dengan Alan. Namun begitu, ia senang akhirnya Lili mendapatkan tambatan hati yang sesungguhnya.

*****

"Terima kasih atas pengabdiannya, Chef. Kami sangat senang bisa mengenal dan berbagi ilmu dengan Chef," ujar chef Theresia. Seorang chef yang berparas cantik dan berusia 28 tahun.

Grahita tersenyum. Ia mengucapkan terima kasih kembali kepada chef Theresia. Gadis itu banyak mendapatkan ucapan terima kasih dan selamat dari berbagai pihak di Institut kuliner milik Tuan Hendrik.

Malam ini diadakan sebuah acara perpisahan untuk Grahita. Walaupun hanya sementara, tetapi mereka amat menghormati Grahita sehingga membuat pesta kecil di rumah Tuan Hendrik. Kebanyakan mereka membuat barbeque dan berbagai makanan dengan ditemani musik khas Eropa.

"Grahita Sembrani Pramonoadmodjo. Saya harus belajar mengeja nama lengkapmu dengan baik. Ah, rasanya dua tahun begitu cepat ya, Ta." Grahita tergelak dengan logat Tuan Hendrik yang begitu kental dengan aksen Eropa.

Tuan Hendrik menghampiri Grahita dan langsung memeluk gadis itu. Laki-laki berusia 60 tahun itu terlihat bahagia menatap Grahita.

"Danke, Tuan Hendrik. Saya senang bisa berada di sini. Terima kasih kesempatan yang telah Tuan berikan kepada saya," ucap Grahita setelah pelukan mereka terurai.

Tuan Hendrik tertawa pelan. "Saya sangat bahagia bisa mengajak kamu bergabung di sini. Silahkan nikmati pesta yang ada untuk kamu. Dan untuk seterusnya, kamu dilarang memanggil saya tuan ataupun chef, panggil saja Vader. Kamu sudah saya anggap sebagai putri saya sendiri." (Papa : Belanda)

Grahita perlahan menarik bibirnya ke atas. Ia terharu. "Terima kasih. Saya tidak tahu apa yang bisa saya balas untuk vader."

Tuan Hendrik menepuk pelan bahu gadis itu. "Setelah kamu kembali ke Indonesia, jangan lupakan vadermu ini. Kamu harus ke Belanda lagi. Dan ingat, ketika kamu menikah suatu saat nanti, kamu harus mengundang vader."

Grahita tergelak pelan dan mengangguk. "Grahita berjanji akan mengundang Vader. Vader nanti bisa jalan-jalan lagi ke Jogja."

Pria tua itu kembali tergelak. "Akan ku tagih janjimu suatu saat nanti, Nak." Grahita langsung tertawa.

"Hah, rasanya lega sekali. Silahkan menikmati pesta ini." Setelah itu, Tuan Hendrik memilih pamit dan berjalan menuju tempat lain.

Grahita merasa lapar. Gadis itu lalu mengambil beberapa makanan yang ada di sana. Beberapa orang sudah menikmati pesta ini dengan saling bersulang.

"Hi."

Grahita berbalik dan menemukan chef Louis berdiri di hadapannya dengan senyuman yang canggung.

"Hmm, saya baru saja membakar jagung dan sosis. Mari kita makan bersama," ucapnya dengan nada agak ragu sebenarnya.

Grahita mengangguk. Lalu ia mengikuti langkah chef Louis. Gadis itu menuju meja yang sudah ada beberapa orang di sana.

"Terima kasih Chef Louis."

"My pleasure. Selamat menikmati."

Grahita lalu memakan barbeque yang dimasak oleh chef Louise. Gadis itu menikmati berbagai jenis barbeque yang sangat enak.

"Minum?" Chef Louis mengangkat tinggi gelas yang berisi wine.

Grahita menggelengkan kepalanya pelan. "Maaf, saya tidak bisa minum," ucapnya dengan tersenyum ringan.

Chef Louis mengangguk. "Oh oke, sorry."

"By the way, kenapa tidak minum?"

"There are many reason. Salah satunya hal itu dilarang di agama saya," jawab Grahita dengan lugas.

Louis kembali mengangguk. "Beberapa teman muslim saya juga begitu. Ah mereka ternyata menjalani kehidupan yang sehat dengan tidak minum."

"Ya begitulah," sahut Grahita.

"Chef Grahita, can i ask something?"

"Sure."

"Hmm, apa anda sudah ada pasangan? Like boyfriend or fiance?"

"Apa saya harus menjawabnya?" Chef Louis langsung mengangguk mantap.

Grahita langsung menggeleng. Hal itu membuat chef Louis perlahan tersenyum.

"Kenapa tersenyum?" tanya Grahita dengan alis berkerut.

"Sebenarnya saya tertarik dengan anda, Chef Grahita," tuturnya jujur.

Grahita tersentak pelan menatap chef Louis. Ternyata jawaban tadi membuat chef Louis merasa ada kesempatan.

"Saya ingin mengajak kamu berkencan," tutur chef Louis kemudian.

Grahita lalu meletakkan garpunya dan menatap laki-laki di depannya itu. "I am so sorry, tapi saya tidak bisa."

Louis seketika mengerutkan dahinya dalam. "Why? Bukankah kamu tidak ada pacar atau tunangan?"

Grahita mengangguk tegas. "Memang benar, tetapi ada hati dan cinta yang harus saya jaga. Dia yang sudah menanti saya selama 2 tahun ini, bahkan lebih mungkin."

Chef Louis sempat terdiam dengan pengakuan Grahita. Namun begitu, chef Louis meminta penjelasannya lagi. "Maksudnya?"

"Saya tidak bisa Chef Louis. Rencananya kami akan menikah setelah saya kembali ke Indonesia. Memang kami tidak pacaran. Tetapi hubungan kami sudah dalam tahap serius. Mohon do'anya."

Setelah pengakuan Grahita, chef Louis hanya bisa tersenyum pahit. Ternyata ia gagal menggapai gadis yang ia incar sejak pertama kali datang ke sini.

.
.
.

Nayottama : Kebijaksanaan yang unggul (utama)

Note:

Trem merupakan kereta yang memiliki rel khusus di dalam kota. Trem yang berselang waktu 5-10 menit berangkat, bisa merupakan solusi untuk kemacetan. Rangkaian trem umumnya satu set (terdiri atas dua kereta) agar tidak terlalu panjang. (Wikipedia)

Continue Reading

You'll Also Like

1M 114K 90
Semua orang pasti sibuk mencari kebahagiaan. Ada yang bahagia di dapur bila bereksperimen dengan tepung, telur, ragi, gula, butter, dan oven. Menghi...
495K 69.3K 92
Love tersenyum sangat manis. Lalu sambil menyodorkan tangannya ia berkata dengan lembut, "Haaai, Mas Mike, nama saya Love. Lo... Ve... panjangnya Lov...
48K 5.5K 30
Gwen Stevanzka mendapat tawaran ke New York untuk menjadi penyanyi sekaligus penulis lagu oleh seseorang. Ternyata sampai di New York ia ditipu. Alam...
2.4M 13K 26
Menceritakan kehidupan seorang lelaki yg bernama Nathan. dia dikenal sebagai anak baik yg tidak pernah neko neko dan sangat sayang pada keluarganya...