BUCINNYA LEE MINHO [LINO] ON...

By ChimVicyo

14.2K 5.1K 10.7K

Sebelum membaca haraf Follow terlebih dahulu🥰 jangan lupa vote jejaknya juga🌹 "Lo tahu gak bedanya Lo sama... More

Prolog
B.L.M 01 : Murid Baru
B.L.M 02 : Hukuman
B.L.M 03 : Sakit tapi tidak berdarah
B.L.M 04 : Kok kesel yah?
B.L.M 05 : Titik
B.L.M 06 : Syarat
B.L.M 07 : Badmood
B.L.M 08 : Help Me!
B.L.M 09 : Kak Renjun
B.L.M 10 : Line
B.L.M 11 : Malu Anjir!
B.L.M 12 : Sungchan!?
B.L.M 13 : Couple Rusuh (Sungchan×Jaeryn)
B.L.M 14 : Jealous?
B.L.M 15 : Couple hate to love ( lino×Jaeryn)
B.L.M 16 : Bukan cemburu, hanya tidak suka saat milik kita disentuh orang lain
B.L.M 18 : Dekat tapi tidak bisa digapai
B.L.M 19 : Dilema?
B.L.M 20 : Gara - gara Penthouse
B.L.M 21 : Baper?
B.L.M 22 : First Kiss
B.L.M 23 : Koper (Korban Perasaan)
B.L.M 24 : Sebastian (Sebatas teman tanpa kepastian)
B.L.M 25 : Rinai Hujan
B.L.M 26 : Double Date
B.L.M 27 : Bus-Biru Muda
B.L.M 28 : Couple Rusuh Part 02
B.L.M 29 : Sebongkah rasa
B.L.M 30 : Retret
B.L.M 31 : Mabuk
B.L.M 32 : Plin-Plan
B.L.M 33 : Kecoa
B.L.M 34 : Sungchan Is Annoying
B.L.M 35 : A Gift From Sungchan
B.L.M 36 : A bad Feeling?
B.L.M 37 : Hopefully
B.L.M 38 : Tragedi Patah Hati
B.L.M 39 : Senandung sedih tentang hujan
B.L.M 40 : Alegori Rasa
B.L.M 41 : What is wrong with me?

B.L.M 17 : Kok nyesek?

369 136 496
By ChimVicyo

---o0o---

        "LINO, SEMALEM LO YANG GENDONG TERUS MINDAHIN GUE KE KAMAR LO, YAH?" Tak henti, Jaeryn terus menanyakan hal yang sama berulang-ulang kali membuat Lino muak saat mendengarnya.

         Sejak acara makan siangnya bersama Diandra gagal----karena tiba-tiba saja gadis itu di panggil oleh guru kesiswaan untuk mengurus berkas-berkas kepindahannya yang belum lengkap, tak jemu Jaeryn terus mengikutinya kemanapun ia pergi.

        Yang lebih parah Jaeryn sampai-sampai mengikutinya ke toilet---tidak masuk hanya berdiri di depan pintu keluar. Berjaga disana bagai satpam penjaga keamanan. Melarang siswa lain yang ingin ke toilet sebelum ia keluar dengan alasan ada tamu VVIP di dalam. Berakhir para siswa itu melayangkan protes dan kekesalan kepadanya saat tahu jika tamu VVIP yang dimaksud itu adalah ia.

        Jaeryn yang berulah, tapi dirinya yang merasa bersalah. Entah apa yang ada di dalam pikiran gadis bersurai sepinggang itu hingga hobi sekali mengintilinya seperti anak TK. Bahkan anak TK lebih mending ketimbang suara cempreng Jaeryn yang membuat gendang telinga berdengung nyeri.

        Tidak bosan apa terus-terusan mengusiknya?

         Benar-benar menyebalkan. Tolong bagi ustadz yang handal meruqyah dan menyadarkan manusia kerasukan jin ifrit untuk menghubungi nomer di bawah ini, kontribusi anda sangat-sangat dibutuhkan saat ini!

        "Lino ihhh ...  jawab napa, serasa ngomong sama batu tapi bisa jalan, bernyawa pula," ujar Jaeryn menuntut jawaban dari Lino yang sedari tadi hanya diam.

        "Bubu .... "

        "Lino sayang!"

        "Lino cinta!"

        "Lee Minho binti Lee Taeyong!"

        "Lino ganteng kaya gantungan!"

        "LINO TULI, BUDEG, TOREK,  NGACAY, BISU IDUP LAGI!!!" Pada akhirnya Jaeryn merasa kesal sendiri. Lino Benar-benar menguji kesabarannya yang hanya setipis kertas ini. "Untung sayang, kalo enggak udah gue korekin tuh kuping pake tiang listrik," cerocos Jaeryn membuat Lino menghentikan langkahnya, membalikan badan lalu menatap Jaeryn sarat akan emosi yang tertahan.

        Jaeryn yang sibuk mengoceh hingga menimbulkan hujan badai dadakan tidak sadar jika Lino berhenti melangkah. Jika saja Lino tidak cepat mendorong dahinya, mungkin ia nyaris menabrak tubuh jangkung pemuda itu.

         "Bisa gak sih gak usah dorong-dorong, hobi banget lo perasaan." Jaeryn cemberut, meniup-niup poni tipisnya yang berantakan karena ulah Lino barusan.

         Lino menghela nafas, menatapnya datar namun kontraduktif. "Gue gak gendong lo, semalem lo jalan sendiri terus masuk ke dalam kamar gue tanpa izin. Puas lo?" Pada akhirnya ia angkat bicara walau bertolak belakang dengan apa yang terjadi semalam. Jika ia jujur bisa-bisa Jaeryn makin kepede'an lalu berpikir yang tidak-tidak.

       Jaeryn tertawa garing. "Jangan ngada-ngada deh No, masa iya gue jalan sendiri terus masuk ke kamar lo tanpa izin. Kamar lo 'kan gak bisa di masukin sembarangan, Tante Jihyo aja gak pernah lo izinin masuk," sahutnya. Merasa tidak percaya sekaligus tidak puas dengan jawaban yang Lino lontarkan.

       "Terserah." Lino memilih untuk tidak acuh. Memasukan kedua tangannya kedalam saku celana, lantas beranjak meninggalkan Jaeryn yang terlihat berpikir sejenak.

        Sedikit mempertanyakan jawaban yang Lino paparkan. Bukan apa-apa, soalnya ia memang mempunyai kebiasaan tidur sambil berjalan. Pernah suatu ketika ia menginap dirumah Lino, lalu kebiasaannya itu kambuh dan esok harinya tahu-tahu ia sudah ada di kamar Om Taeyong dan Tante Jihyo. Tertidur pulas tepat tengah-tengah mereka. Tidak tahu bagaimana ceritanya hal itu bisa terjadi, yang pasti seingatnya kala itu ia tidur di kamar Jeong In bukan disana.

         Apa iya gue jalan sendiri, terus masuk ke dalam kamar Lino? masa sih, kok gue gak inget yah? gue malah mimpi kalo Lino yang gendong, apa itu cuman mimpi doang? batin Jaeryn bertanya.

        "Ehh, Lino tungguin gue dong!!!" Teriakan Jaeryn menggema, merambat kesegala penjuru koridor menimbulkan efek dengung di telinga. Untung saja koridor menuju kelas pemuda itu saat ini tengah sepi. Hanya ada jajaran bunga yang berjajar rapi di tepian pembatas beton.

        Lino memilih menyumpal kedua telinganya menggunakan earphone, menyetel musik dengan volume full. Mengabaikan Jaeryn yang terus menerus berteriak, menyerukan namanya dari belakang.

         Kaki Jaeryn yang pendek kesulitan menyusul Lino yang sudah berada di depan sana. Namun jangan panggil dirinya Jung Jaeryn bucin sejatinya Lee Minho jika tidak bisa menyusul sang pujaan hati. Hal ini bukan masalah besar untuknya. Kecil.

        Tinggal beberapa langkah lagi, Lino sudah hampir bisa ia gapai akan tetapi suara bell masuk merusak semuanya. Lino tersenyum lebar, merasa terselamatkan oleh suara bell itu yang berbunyi di waktu yang sangat tepat. Sementara Jaeryn memberengus, dengan berat hati membalikan badan. Mengurungkan niatnya untuk menyusul Lino, hari ini adalah pelajaran Pak Kyungsoo. Guru tampan tapi mematikan.

        Di karenakan kemarin guru Matematika itu tidak masuk, maka hari ini dia masuk menggantikan Pak Sehun yang mengambil cuti untuk mempersiapkan sidang kelulusannya yang sudah berada di ambang mata. Maka dari itu pelajaran Matematika yang asalnya seminggu hanya dua kali berlipat ganda menjadi empat kali. Pak Sehun itu adalah guru magang. Belum menjadi sarjana. Maka dari itu sering mengambil cuti dadakan.

        Seminggu dua kali saja sudah membuat kepala ngebul, apalagi seminggu empat kali. Ingin rasanya Jaeryn marah kepada Pak Sehun, kenapa coba guru bahasa itu memilih cuti. Kenapa tidak mengajar sambil mempersiapkan sidang? apakah hal itu sulit?

         Rasanya Jaeryn mau bolos saja. Namun kelebatan kesepakatannya bersama Lino melintas tanpa di perintah, membuatnya uring-uringan dan mau tidak mau harus mengikuti pelajaran biang dosa itu.

        Iya, biang dosa karena ia akan terus mengumpat dan bersumpah serapah. Mengeluhkan pertanyaan sebaris tapi jawaban beranak. Di ajarkan hanya sebatas perkalian dan tambah-tambahan, tapi saat ulangan di suruh menghitung rumus-rumus Aljabar, bilangan berhimpun, dan jawaban dari x×y. Apa hubungannya coba?

         "LINO AKU BALIK DULU KE KELAS YAH, HARI INI PELAJARAN PAK KYUNGSOO," ujar Jaeryn pada akhirnya. "Aku bakalan buktiin sama kamu, kalo aku bakalan dapat nilai seratus supaya hubungan kita gak ngegantung kaya jemuran tetangga lagi. Bye ... masa depan." Sebelum pergi Jaeryn melayangkan ciuman jarak jauh kearah Lino. Sementara Lino terus melanjutkan langkahnya, enggan menanggapi.

        "Semangat Jung Jaeryn." Mencoba menyemangati dirinya sendiri.

"Kalo ini adalah jalan satu-satunya supaya aku bisa gapai kamu, aku bakalan lewatin jalan itu walau di setiap sisinya terdapat dua jurang kesakitan dan kekecewaaan menganga lebar. Salah melangkah, maka aku akan terperosok ke dalam sana.

Percaya deh, aku gak bakalan nyesel kalo pada akhirnya aku jatuh ke dalam salah satu jurang itu karena seengaknya aku udah berjuang semampu yang aku bisa." ---BUCINNYA LEE MINHO 2K21.

***

        "Huwaa ... gimana gue mau dapetin Lino coba kalo hasil ulangan harian yang gue dapet cuman segini? gimana, huwaaa ..., " Teriak Jaeryn prustasi, membentur-benturkan kepalanya kearah meja berulang kali. Tepat di depannya terdapat selembar kertas hasil ujian harian tergelatak bebas diatas meja. Tertera disana angka sepuluh minus berukuran besar, hampir memenuhi semua bagian lembar jawaban.

        Apa Pak Kyungsoo sengaja mencetak nilainya sebesar ini untuk mempermalukannya?

        Sekarang bagaimana caranya ia bisa memenuhi syarat dari Lino jika setiap ulangan harian Matematika nilai yang  ia dapat hanya sepuluh, itu pun minus.

        Dari Leret bangku paling depan, nampak Diandra tersenyum puas. Menertawakan Jaeryn yang lagi-lagi mendapatkan nilai sepuluh minus. Kesempatannya untuk kembali mendapatkan Lino kian terbuka lebar. Penghalang seperti Jaeryn sebentar lagi akan tumbang dengan sendirinya mengingat nilai Jaeryn lagi-lagi anjlok. Jauh dari kesepatakan.

        Dan ya, saat Jaeryn dan Lino membuat kesepakatan hari itu tidak sengaja ia menguping semua pembicaraan mereka saat disuruh Pak Kyungsoo untuk mengambil buku absen diruang guru.

        Sebuah kesepakatan yang sangat-sangat menguntungkan untuknya. Ia khatam betul jika sejak dulu kelemahan Jaeryn adalah pelajaran Matematika, maka dari itu mustahil bagi Jaeryn untuk mendapat nilai sempurna yang memang sudah bodoh sejak lahir.

        Diandra menyimpan lembar ulangan yang terdapat coretan angka bertinta merah delapan puluh lima itu kedalam tasnya. Nilai yang bisa di katakan sempurna bagi murid baru sepertinya yang hanya mengikuti separuh pelajaran. Kaki jenjangnya berjalan dengan anggun kearah Jaeryn yang nampak mengenaskan.

        "Mundur aja, lo gak mungkin bisa dapetin Lino dengan nilai segitu," bisiknya tepat dilubang telinga milik Jaeryn membuat gadis Jung itu mengangkat kepala.

        "Sadar diri, itu jauh lebih baik." Setelah menyelesaikan kalimatnya, Diandra menepuk bahu milik Jaeryn lantas sebelum menghilang dari balik pintu.

        Jaeryn menatap punggung belakang milik Diandra sarat akan kebencian. Tangan kanannya mengepal kuat-kuat hingga membuat jari kukunya memutih. Giginya bergemelatuk, menahan emosi yang sebentar lagi akan meledak.

        "LIAT AJA GUE BAKALAN DAPETIN LINO, DASAR PELAKOR!!!"

        "Yang di bilang Diandra ada benernya," sahutan itu berhasil menyita perhatian Jaeryn untuk menjatuhkan pandangannya kearah siempunya suara.

        "Apa-apaan sih lo Shincan, kok malah belain Pelakor itu, sih?" sungut Jaeryn tidak terima. Menatap tajam kearah Sungchan yang tengah memejamkan matanya sambil menumpu kepala menggunakan beberapa buku paket yang sengaja disusun rapi diatas meja.

        Saat ini istirahat kedua. Kelas nampak lenggang, hanya ada ia dan Sungchan saja yang ada disini. Penghuni lainnya menghilang entah kemana termasuk Squad rusuh Jeno dan Guanlin. Palingan mereka pergi ke toilet perempuan untuk mengintip para siswi yang tengah berganti baju.

       Sungchan membuka matanya, menatap Jaeryn dengan posisi yang masih sama. "Pelakor? emang Lino siapanya lo? pacar?" kata Sungchan.

       "Dia calon pacar gue," sahut Jaeryn lantang.

        "Masih calon, belum resmi. Jadi wajarlah Diandra berusaha dapetin Lino dengan cara apapun. Lo harus inget, sebelum jalur kuning melengkung tikung-menikung masih mendukung," kata Sungchan berhasil membungkam mulut Jaeryn detik itu juga.

       Dengan kasar, Jaeryn membanting punggung belakangnya kearah sandaran kursi hingga menimbulkan suara decitan nyaring. Melipat kedua tangan di depan dada, mendongakan kepala keatas. Menatap pelafon kelas yang di dominasi warna putih gading itu nanar.

        Menyelami lamunan, yang di katakan Sungchan memang ada benarnya. Hubungannya dengan Lino masih mengambang, hanya ia yang menganggap Lino pacar sementara Lino tidak. Pun hanya ia yang menyukai Lino, pemuda itu sebaliknya.

       "Nyamuk aja bertepuk dua tangan, masa cinta Lo cuman bertepuk sebelah tangan? miris." Ironi yang tidak bisa Jaeryn pungkiri. Mulutnya terkatup, enggan menanggapi ucapan Sungchan yang memang benar adanya. Nasibnya jauh tragis dari nyamuk.

       Kenapa baru sekarang ia sadar jika cintanya bertepuk sebelah tangan? kemana saja ia selama ini?

       "Lo bener Chan," kata Jaeryn lesu. Menyandarkan kepalanya kearah pundak Sungchan. Hanya sebatas bersandar, tidak lebih namun mampu membuat detak jantung milik Sungchan berantakan. Entah kenapa akhir-akhir ini setiap tindakan Jaeryn yang terbilang sepele selalu membuat hatinya tak karuan. Apa benar jika ia menyukai gadis bar-bar itu? Ah, tidak mungkin!

       "Jangan sembarangan nyender anjim! rambut Lo bau, jarang keramas banyak kutunya." Sungchan mendorong kepala Jaeryn supaya menjauh darinya. Berusaha sebisa mungkin mengontrol perasaan anehnya. Oke, dari sini dia bisa menarik kesimpulan jika setiap perbuatan Jaeryn kepadanya tidak baik untuk kesehatan jantung.

       Jaeryn menaikan sudut bibirnya keatas, berdumel. "Heh upilnya Brontosaurus, kalo ngomong itu di jaga. Enak aja, rambut gue itu selalu wangi tiap hari keramas," ujarnya mengibaskan rambut hitam nan panjang itu tepat kearah wajah Sungchan.

       Sungchan mengusap wajah yang terkena kibasan rambut milik Jaeryn, kasar. "Iya tiap hari keramas, tapi mandinya jarang."

       SKAKMAT!

       Jaeryn bungkam seribu bahasa. Mulutnya kembali terkatup. Bagaimana Sungchan bisa tahu jika ia jarang mandi? jangan bilang jika dia mempunyai kekuatan supranatural seperti pada indigo di Tv-Tv?

       "Kalo gue jarang mandi emang kenapa hah? badan gue wangi kok," ujar Jaeryn tak habis akal.

       "Iya wangi, wangi bunga melati sama tanah kuburan."

       "Lah kuntilanak dong."

       "Nah itu nyadar," ledek Sungchan dengan entengnya.

       "Wah nyari mati lo Shincan." Jaeryn nampak tengah menahan emosinya. Mengepalkan kedua tangannya tepat di depan wajah milik Sungchan, tatapannya menukik tajam. Seakan sudah siap menerkam pemuda berperangai menyebalkan itu kapanpun ia mau.

        Dengan santai, Sungchan menurunkan kepalan tangan Jaeryn kebawah. Memiringkan kepala dengan iringan senyuman menyeringai. Jaeryn meringis kecil, merasa was-was dengan raut wajah Sungchan yang terlibat menyeramkan persis seperti om-om pedofil.

       "Yang nyari mati itu lo kali, bukan gue." Sungchan berujar dengan nada santai, "lo lupa? apa pura-pura lupa udah ngelemparin hp mahal gue ke sungai?" Detik itu juga kedua mata Jaeryn membola. Ingatannya kembali berputar kala ia melempar iPhone milik Sungchan ke sungai Han saat tidak sengaja melihat postingan Diandra.

        "Gimana yah reaksi Om Jaehyun saat tahu iPhone punya gue lo lempar ke sungai?" Pemuda bersurai cokelat hazel itu melirik kearah Jaeryn sambil menimang dagu. "Kayanya seru kalo gue aduin sama dia, lumayan bisa dapet ganti rugi," sambungnya dengan nada yang terdengar menakutkan ditelinga Jaeryn.

        Tidak, Papa tidak boleh tahu soal hal ini. Bisa-bisa dia marah besar. Alarm bertanda bahaya seakan berdering di dalam kepalanya secara otomatis. Ini bencana, ia pasti kena omel sang papa tujuh hari tujuh malam. Full tanpa jeda iklan.

        Tak hanya itu uang jajannya pasti dipotong satu bulan penuh plus album K-Pop kesayangannya akan di sita sebagai ganti rugi karena sudah membuang ponsel milik orang lain sembarangan. Tentunya sang Papa tidak sekere itu untuk mengganti rugi, bahkan membeli saham pabriknya pun dia mampu. Namun ini bukan masalah nominal uang, akan tetapi rasa tanggung jawab.

        Apalagi ponsel milik Sungchan 'kan harganya tidak main-main. Sangat mahal, butuh waktu bertahun-tahun baginya menabung dan berpuasa membeli perintilan serta album untuk menggantinya dengan yang baru.

        Sejak kecil ia memang di perlakukan bak seorang putri raja. Dari ujung rambut sampai ujung kaki semuanya barang bermerk. Jika menggunakan barang murah efeknya berbahaya. Bisa gatal-gatal dan iritasi. Namun hal itu tidak serta merta membuat Papanya gelap mata. Ia selalu diajarkan untuk selalu bertanggung jawab dengan apa yang sudah ia perbuat.

        Sekedar info, jika Papanya sudah marah maka rapper terbaik dunia setara Eminnem akan kalah telak olehnya.

        "Sungchan ih, hari ini ganteng banget deh." Jaeryn mencolek dagu milik pemuda itu pelan. Bergelayut diatas tangan kekarnya, manja. Berniat merayu agar dia tidak melaporkan masalah ini kepada Papanya. Namun maaf, Jeon Sungchan sudah sangat kebal dengan tipu dayamu wahai betina.

        "Lo pikir dengan pujian lo itu gue bakalan luluh?" Sungchan menjauhkan tangan Jaeryn dari lengannya. "Tidak semudah itu wahai betina."

        Jaeryn merapatkan kedua tangannya di depan dada. Memohon. "Please, jangan bilang sama Papa yah ... yah ..., gue janji bakalan nurutin semua permintaan lo asal lo gak ngadu sama Papa," kata gadis itu penuh permohohan. Memasang wajah memelas, berharaf Sungchan mau menuruti keinginannya.

         Dengan kurang ajarnya, Sungchan malah mengambil kesempatan dalam kesempitan. Meminta Jaeryn untuk berlutut di hadapannya. Asalnya Jaeryn menentang keras. Memang siapa dia bersikap semena-mena kepadanya?

         Namun satu ancaman dari Sungchan sukses meruntuhkan gengsinya. "Kalo gak, gue telepon Om Jaehyun sekarang nih."

         Sontak hal itu membuat Jaeryn mau tidak mau, suka tidak suka, menuruti permintaan Sungchan dengan terpaksa. Tak hanya itu, Sungchan juga menyuruh Jaeryn untuk kembali mengulangi ucapannya yang mengatakan akan mengabulkan setiap permintaan Sungchan lalu merekamnya sebagai bukti konkrit kesepakatan.

        Jaeryn hanya bisa pasrah. Ini demi keselamatan kuping dan barang-barang berharganya.

        "Udah puas lo?" Sungchan mengangguk dengan seculas senyuman miring.

        "Dasar licik lo, Jeon Sungchan!" Jaeryn nampak kesal.

        "Si Dodo main sama si Mamat."

        "Cakep."

        "Bodo amat!"

        "Lah si anjim itu pantun punya gue woy!"

***

         "LINO CALON MENANTU BAPAK JAHE!!!" Teriak Jaeryn saat kelas 12-A baru saja bubar. Melambai-lambai tangannya kearah siempunya nama dengan antusias.

         Seperti biasa, ia sengaja pulang lima belas menit lebih awal supaya bisa menunggu Lino keluar dari kelasnya. Syukurlah Pak Kyungsoo percaya saat ia izin ke toilet padahal nyatanya bukan toilet yang ia tuju melainkan kelas 12-A yang berada di lantai tiga. Pak Kyungsoo memang galak, tapi gampang di kibulin.

        "Apaan sih lo cewek bar-bar, berisik tahu gak," sinis Tzuyu menatap Jaeryn tidak suka.

       "Lah suka-suka gue dong, kenapa lo yang sewot, sih?" sahut Jaeryn tak kalah sinis.

       "Ya jelas gue sewot, suara lo itu gak enak di denger."

        "Kaya yang punya suara merdu aja lo," ujar Jaeryn. Skak.

        Hyunjin menyenggol bahu milik Lino. "Tuh bucinnya lo udah dateng, samperin gih kasian. Pasti dia udah lama nungguin lo," goda pemuda bersurai blonde gondrong tersebut yang ditanggapi selorohan heboh dari sahabatnya yang lain terutama Felix dan Jisung.

        "Uhhh ... calon mantu bapak Jaehyun."

        Lino hanya memutar bola matanya. Menatap lurus kedepan dimana Jaeryn tengah bertengkar dengan Tzuyu. Rasanya ia ingin kembali masuk kedalam kelas, lalu berteleportasi agar bisa segera sampai dirumah. Koridor ini adalah jalan satunya menuju tangga, tidak ada pilihan lain selain berjalan melewati gadis cerewet itu.

        "Gue juga mau dong di bucinin sama cewek," ujar Seungmin memanasi. "Jaeryn itu cantik lho No, kurang apalagi coba dia? udah cantik, banyak yang naksir, setia lagi sama lo."

         "Percuma cantik kalo gak punya urat malu," sarkas Lino lantas berjalan mendahului ketujuh sahabatnya itu.

         "Kita liat seberapa jauh Lino cuek sama Jaeryn," celetuk Changbin. "Gue yakin sebenernya dia suka sama tuh cewek, cuman kehalang gengsi doang."

         "True."

***

         "Lino hari ini Papa gak pulang. Gue gak ada yang jemput," ujar Jaeryn berjalan sejajar dengan Lino menuju parkiran sekolah. "Gue nebeng sama lo yah?" lanjutnya dengan sorot mata memohon.

        "Gak, pulang aja sendiri. Taksi sama bus banyak," sahut Lino dingin.

        "Tapikan lo tahu kalo gue takut naik angkutan umum," tutur Jaeryn dengan suara memelas.

        "Ya udah, jalan kaki aja. Ribet banget." Lagi, Lino menyahut dengan nada berat dan dingin.

        "Tapi gue gak mau," rengek Jaeryn.

        "Kalo gitu gak usah."

        "Kok jahat?" Lino tidak menjawab. Pemuda itu memilih untuk diam, membiarkan Jaeryn terus mengoceh tanpa henti.

        "Lino gue nebeng yah? yah ... yah ... yah .... "

        "Lino ih, gue nebeng," kata Jaeryn mengguncang tangan kekar milik Lino saat ia dan pemuda itu sudah sampai diarea parkiran. Lino hanya menatap Jaeryn sekilas, lalu memakai helm full face miliknya tanpa ada niatan untuk menjawab.

        "Kak Lino." Suara lembut milik seorang gadis itu membuat kepala Jaeryn dan Lino tertoleh secara bersamaan. Diandra Lee, gadis berambut ombre cokelat itu berjalan dengan anggun menghampiri Lino dan Jaeryn.

       "Kakak pulang bareng Jaeryn?" Tepat saat Jaeryn akan menjawab 'iya' Lino menyahut dengan cepat membuat gadis Jung itu melotot. "Enggak."

        "Kalo gitu aku boleh nebeng pulang sama Kakak? hari ini sopir yang biasa jemput aku pulang kampung," ujar Diandra.

       "Boleh," sahut Lino singkat. Hanya satu kata tapi mampu membuat Jaeryn makin melotot syok.

       "IHHHH ... GAK BISA!!! LINO PULANG SAMA GUE, YAKAN LINO? YAKAN?" pungkas Jaeryn.

       "Ayo naik, Di." Lino seakan tidak memperdulikan kehadiran Jaeryn. Tangan kanannya terulur, memberikan helm kearah Diandra tepat dihadapan gadis itu.

       "Duluan," kata Diandra saat Lino melajukan motornya menuju pintu gerbang. Jaeryn terdiam. Bibirnya cemberut, pun hatinya mengkerut. Bisa-bisanya Lino lebih memilih pulang bersama Diandra ketimbang dengan dirinya. Padahal jarak rumah Diandra lumayan jauh. Sementara rumahnya satu arah dengan Lino  sebelahan pula.

        "Kok nyesek?"

•To Be Continued•

Holla aku balik lagi, gimana? Ada yang rindu?

Lebih setuju Jaeryn sama siapa? Lino? Sungchan? Atau Renjun

Continue Reading

You'll Also Like

284K 24.2K 36
"I think ... I like you." - Kathrina. "You make me hate you the most." - Gita. Pernahkah kalian membayangkan kehidupan kalian yang mulanya sederhana...
109K 8.9K 85
Kisah fiksi mengenai kehidupan pernikahan seorang Mayor Teddy, Abdi Negara. Yang menikahi seseorang demi memenuhi keinginan keluarganya dan meneruska...
314K 3.6K 79
•Berisi kumpulan cerita delapan belas coret dengan berbagai genre •woozi Harem •mostly soonhoon •open request High Rank 🏅: •1#hoshiseventeen_8/7/2...
790K 81.7K 56
Menceritakan tentang kehidupan 7 Dokter yang bekerja di rumah sakit besar 'Kasih Setia', mulai dari pekerjaan, persahabatan, keluarga, dan hubungan p...