Not A Wedding Contrac (Selesa...

By heters89751

404K 4.4K 67

"kita menikah hanya seminggu kalau tidak ada halangan maka pernikahan itu akan berakhir. tapi jika ada masala... More

bab 1. Permintaan
bab 2 pertemuan pertama ✅
bab 3 Dirza
bab 4 tak sengaja
bab 6 saling membutuhkan
bab 7 kesepakatan

bab 5 rencana

7.2K 454 2
By heters89751


"Mungkin jalan yang aku ambil ini salah. Tapi apapun akan aku lakukan demi orang yang aku sayangi, meski harus ku korbankan kebahagiaanku."

Kayana & Dirza


***

"Selamat pagi ayah," sapa Kayana. saat ini ia sudah sangat rapih dengan seragam kantornya.

Kayana melihat keluarganya lengkap berada di meja makan pagi ini.

"Tumben masih ada di rumah bisanya juga sekarang sudah ada di kantor," sindir Rose.

"Rose!" tegur Rendra.

"Ups sorry. Aku lupa jika kakakku sibuk juga karena untuk kebahagiaan dirinya sendiri."

"Sudah sayang jangan dengarkan Rose. Sekarang kamu ingin sarapan roti apa nasi gorengnya," tawar Fitri.

"Roti saja," jawab Kayana dengan datar.

"Oh ya Ayah, hari ini aku akan menginap di rumah Jenni karena ada tugas kuliah yang harus aku selesaikan," izin Rose.

"Apa kau yakin menginap di rumah Jenni?" tanya Kayana memincingkan matanya curiga.

"Tentu saja kalau kau tidak percaya tanyakan saja padanya," jawab Rose santai kemudian meminum segelas susu yang telah disiapkan untuknya.

Kayana yang mendengar itu mengangguk percaya.

"Yana kapan kamu akan mengenalkan calon untuk kami?" Tanya Fitri.

"Emm Minggu besok aku akan membawanya kemari," jawab Kayana tidak yakin dengan jawabannya sendiri.

"Aku harap Kakak tidak berbohong dan membuat kita kecewa. Kalau begitu aku pamit dulu," setelah Rose menyelesaikan sarapannya, ia pun meninggalkan meja makan. Tinggallah Kayana, Rendra dan Fitri.

"Sayang jangan terburu-buru. Ayah mendengar kamu bersedia menikah saja sudah cukup membuat ayah bahagia," ucap Rendra

"Tidak ayah, aku tidak ingin membuat ayah menunggu lama. Aku akan pastikan, jika dalam waktu dekat bisa membawa seseorang untuk ayah."

"Kalau begitu aku pamit ke kantor dulu, assalamualaikum," pamit Kayana.

"Sayang bagaimana dengan sarapannya?" ujar Fitri ketika roti yang telah selesai ia buat tidak dimakan oleh Kayana. Namun, di hiraukan oleh Kayana.

"Aku akan sarapan di kantor saja," balas Kayana.

Fitri yang mendengar jawaban itu menghela nafasnya dan menatap roti yang telah ia buat berakhir sia-sia.

"Kamu gak papakan?" tanya Rendra yang melihat raut wajah Fitri yang murung.

Sedangkan Fitri yang mendapat pertanyaan itu hanya menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. Rendra yang melihat itu menganggukan kepalanya.

"Berikan roti itu kepadaku, biar aku yang memakannya," ujar Rendra. Fitri pun menyodorkan roti yang telah ia buat kepada Rendra.

Di rumah sakit.

Pagi ini terlihat Dirza baru saja membeli sarapan untuk kedua adiknya. Uang yang diberikan Kayana semalam ada sedikit sisanya, setelah Dirza gunakan untuk membayar administrasi rumah sakit.

"Kakak!" Panggil Firza ketika melihat Dirza yang membawa makanan.

"Kakak bawa apa?" tanya Firza antusias.

"Kakak bawa sarapan untuk kalian makanlah," titah Dirza kepada kedua adiknya.

Sedangkan kedua adik Firza yang mendapatkan makanan pun tersenyum senang setelah semalaman mereka menahan lapar. Tanpa perduli darimana sang kakak mendapatkan makanan.

"Kakak tidak makan?" tanya Firda adik perempuan Dirza.

Dirza menggelengkan kepalanya sebagai jawaban. "kalian saja yang makan kakak sudah kenyang."

Kedua adik Dirza pun mengangguk dan melanjutkan makan mereka yang begitu lahap sampai makanan itu habis tanpa sisa.

"Keluarga pasien ibu Farida Indrati!" Panggil suster.

Dirza yang merasa nama ibunya di panggil pun beranjak dari kursi tunggu. Setelah semalam ibunya masuk rumah sakit dan mendapatkan perawatan. Keluarga pasien belum di perbolehkan untuk menjenguk pasien sehingga Dirza harus menunggu di kursi tunggu.

"Saya suster," Dirza pun menghampiri sang suster.

"Anda bisa menemui dokter yang menangani ibu anda untuk mengetahui lebih lanjut tentang kondisinya. Anda bisa menemui dokter Arga. Mari saya tunjukkan ruangannya," Dirza pun mengangguk sebelum mengikuti langkah sang suster Dirza pun berpesan agar adik-adiknya tidak kemana-mana.

"Kalian di sini saja. Kakak mau temuin dokter dulu." Setelah berpamitan Dirza pun langsung menemui dokter yang menangani ibunya.

Dan sebelum masuk ke dalam ruangan dokter yang menangani berbagai ibunya. Dirza pun mengetuk pintunya terlebih dahulu. Dan setelah itu terdengar suara dari dalam memintanya untuk masuk.

"Masuk!"

"Selamat pagi dokter ini ada pak Dirza wali pasien dari ibu Farida Indrati," ucap suster memberi tahu.

"Oh iya, terimakasih suster."

"Sama-sama," setelah suster itu mengantar Dirza ia pun keluar.

"Silahkan duduk,"

Dirza pun mengangguk kemudian menarik kursi untuk ia dudukki.

"Baiklah saya mulai, setelah pemeriksaan terhadap ibu anda semalam saya mengira bahwa ibu anda mengalami gagal ginjal. Dan itu sudah sangat parah, kami tidak bisa melakukan pencangkokan. Dan untuk bisa menyelamatkan nyawa ibu anda kami harus mengoperasinya dan juga donor ginjal."

"Operasi donor ginjal," bisik Dirza pelan.

"Oh ya dokter kira-kira berapa biaya yang di perlukan?" tanya Dirza.

"Untuk biaya operasi sekitar lima belas juta. Tapi untuk donor ginjal kita harus mencari yang cocok. Bisa saja operasi ini murah jika ada yang bersedia mendonorkan ginjalnya tanpa bayaran. Tapi anda tau sendiri zaman sekarang mana ada yang seperti itu. Jadi saya kira operasi ini bisa membutuhkan biaya sekitar seratus juta rupiah,"

Dirza yang mendengar nominal lima belas juta rasanya sudah amat sangat sesak apalagi ini seratus juta. Dari mana ia bisa mendapatkan uang sebanyak itu. Dirza tidak punya apapun untuk ia jual. Selain organ tubuh yang ia punya.

"Kalau begitu saya akan menjadi pendonor ginjal untuk ibu saya sendiri. Untuk biaya operasi beri saya waktu untuk mendapatkan uangnya."

"Baiklah kita bisa cek kondisi anda dan ginjalnya. Apa cocok atau tidak. Tapi menurut saya anda juga harus berjaga-jaga jika ginjal anda tidak cocok."

Dirza pun memggguk mengerti.

"Dan satu lagi. Kalau bisa operasi ini harus segera dilakukan. Karena saya tidak tau sampai kapan ibu anda bertahan."

"Saya akan usahakan Dok." ucap Dirza.

"Terimakasih dokter, kalau begitu saya permisi dulu." lanjut Dirza kemudian meninggalkan dokter Arga. Dokter yang menangani ibunya.

Setelah keluar ruangan dokter Arga. Dirza tidak bisa menahan rasa sakit dalam hatinya. Mengetahui bahwa ibunya mengalami gagal ginjal dan harus di operasi membuat Dirza tidak bisa banyak berkata-kata. Ibunya yang selama ini selalu tampak terlihat baik-baik saja ternyata menyimpan penyakit yang sangat seserius ini.

Dirza benar-benar kecewa pada dirinya sendiri. Andaikan dulu ia tidak banyak tingkah. Mungkin kejadiannya tidak akan seperti ini. Ibunya bekerja keras banting tulang untuk menyekolahkan dirinya tapi apa yang ia buat malah mengecewakan. Lihat lah sekarang ia pengangguran dan hanya menjadi kuli di pasar. Lalu bagaimana ia bisa mendapatkan uang sebanyak itu. Seratus juta.

Dirza pun membuka ruangan di mana ibunya di rawat di sana ia melihat kedua adiknya sedang menemani ibunya yang sampai saat ini belum sadarkan diri.

"Dir-za Dir-za," panggil suara lirih Farida, ketika pertama kali membuka matanya.

"Ibu udah sadar, Alhamdulillah," ucap antusias kedua adik Dirza. Begitu juga dengan Dirza ia begitu bahagia ketika ibunya sadar.

"Ibu udah sadar?" ujar Dirza kemudian menggenggam tangan ibunya yang di penuhi alat-alat rumah sakit.

"Ibu mau pulang,"

"Apa yang ibu katakan, ibu baru saja sadar dari kemarin malam ibu pingsan," ujar Dirza.

Namun, Farida menggelengkan kepalanya. Dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Firda kamu panggil dokter. Katakan bahwa ibu udah sadar." Firda pun mengangguk dan segera berlari keluar mencari dokter.

"Ibu udah sadar . Ibu udah sembuh?" tanya Firza dengan polos.

"Firza jangan banyak bicara dulu ibu baru sadar." Dirza pun segera mengambil air minum yang telah disediakan.

"Ibu minum dulu." Farida pun menerimanya.

"Dir-za ibu mau pulang," pintanya lagi.

"Jangan bu, ibu lagi sakit. Nanti ya kalau ibu udah sembuh. Baru ibu pulang," ucap Dirza.

Tak lama kemudian dokter pun datang dan memeriksa kondisi Farida.

"Ibu anda baik-baik saja untuk saat ini. Tapi tetap saja operasi harus segera dilakukan. Kalau begitu saya permisi dulu,"

"Kak operasi itu apa?" tanya Firza.

"Bukan apa-apa, sekarang kamu sama kak Firda temenin ibu, kakak mau pergi dulu."

"Kakak mau kuli lagi di pasar?" tanya Firda.

"Do'akan saja kakak bisa mendapatkan uang yang banyak ya buat ibu operasi." Firda pun mengangguk.

"Ibu Dirza pamit ya."

"Ibu mau pulang Dirza. Ibu tau biaya untuk operasi ibu itu tidak sedikit." lirih Farida.

"Ibu jangan pikirkan itu lebih baik ibu istirahat. Dirza janji, ibu akan sembuh."

Setelah mengucapkan itu Dirza pun pergi. Dirza sendiri bingung kemana ia harus mencari uang sebanyak itu.

Di saat Dirza memikirkan bagaimana bisa mendapatkan uang secepat mungkin, berbeda dengan Kayana yang sedang berpikir bagaimana cara ia bisa mendapatkan calon yang bisa ia perkenalkan untuk ayahnya.

Kayana membutuhkan seseorang yang bisa ia jadikan calon suami pura-puranya atau mungkin bisa menjadi suaminya. tapi untuk sementara saja. Kayana memang memikirkan kondisi sang ayah yang sudah tua tapi Kayana tetaplah Kayana wanita egois dan keras kepala. Kayana memang mengiyakan permintaan sang ayah untuk bersedia menikah, tapi bukan untuk selamanya. Tapi hanya sementara dan itulah adalah rencana Kayana tapi siapa yang bersedia menjadi suami sementaranya. Dan siapapun yang bersedia Kayana bersedia membayar berapapun itu.

"Aya kamu serius mau cari seseorang untuk di perkenalkan sama ayah kamu?" tanya Adella teman kayana yang saat ini bekerja di tempat yang sama namun posisi yang berbeda.

"Iya. Setelah lama aku berpikir, aku tidak ingin terikat lama-lama dalam sebuah pernikahan bagiku seminggu itu sudah cukup," ujar Kayana santai.

"Apa ayahmu tidak akan marah jika keinginannya itu dipermainkan?"

"Ouh ayolah Della, aku tidak sebodoh itu. Lagipula ayah hanya ingin aku menikah terlebih dahulu sebelum Rose. jadi berhasil atau tidaknya pernikahanku itu sudah bukan lagi hak ayahku. Yang terpenting ayah sudah menikahkanku sebelum Rose."

"Apa kau tidak berkeinginan memberikan cucu untuk ayahmu."

"Dia bisa mendapatkannya dari Rose."

"Aku bertanya pada dirimu bukan Rose. Kalau Rose sih sudah pasti ia akan memberikan cucu untuk ayahmu bila menikah nanti. Ini aku bertanya pada dirimu."

Kayana yang mendapat pertanyaan itu mengangkat kedua bahunya bahwa ia tidak perduli.

"Kau_"

"Ssst Della. Kamu tau aku tidak suka dengan anak kecil." Potong Kayana.

"Jadi kau tidak ingin memiliki anak begitu."

"Bisa di bilang begitu. Lagipula sudah ku katakan dari dulu jika aku sangat membenci sebuah hubungan baik itu pernikahan ataupun pacaran. Jadi, apapun kaitannya dengan itu aku tidak ingin memilikinya."

"Kau tidak pernah berubah. Dari zaman kita SMA sampai kita bekerja. Kau selalu mengatakan itu. Aku kira kau sudah berubah, ternyata tidak. Lalu untuk apa kau mencari seseorang untuk bersedia menikah denganmu."

"Aku membayarnya Della."

"Hei setahuku biasanya pria yang tidak ingin menikah bukan wanita. Dan biasanya juga pria yang membayar bukan wanita."

"Ouh ayolah Della siapa yang memiliki banyak uang dia yang berkuasa. Jadi di sini aku yang membutuhkan dan di sini juga aku yang memiliki uang. Jadi keputusan itu berada ditanganku."

"Ya itu terserah dirimu, lalu sekarang apa sudah ada orang yang bersedia menikah denganmu."

Kayana mengetukkan jarinya ia harus mencari orang yang benar-benar susah dan tidak memiliki kekuasaan apapun agar suatu saat nanti tidak menimbulkan masalah.

"Belum, tapi aku akan menemukannya." Kayana pun memandang ke arah luar. Entah kenapa terbesit dalam hatinya jika pria yang menolongnya bisa ia andalkan.

TBC.

Jangan lupa tinggalkan jejak.

Continue Reading

You'll Also Like

12.8K 2K 112
Di kehidupan ini dan setiap kehidupan lainnya, aku berjanji hanya akan setia padamu. Sekalipun aku harus merangkak kembali dari Neraka, aku akan mela...
151K 5K 22
nona maafkan saya saya gak bermaksud... sudah hentikan yang terjadi ya sudah biarkan terjadi sekarang yang harus kamu lakukan adalah bertanggung jawa...
2.9M 145K 61
Mari buat orang yang mengabaikan mu menyesali perbuatannya _𝐇𝐞𝐥𝐞𝐧𝐚 𝐀𝐝𝐞𝐥𝐚𝐢𝐝𝐞
1.8M 86.7K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...