Not A Wedding Contrac (Selesa...

By heters89751

404K 4.4K 67

"kita menikah hanya seminggu kalau tidak ada halangan maka pernikahan itu akan berakhir. tapi jika ada masala... More

bab 1. Permintaan
bab 2 pertemuan pertama ✅
bab 3 Dirza
bab 5 rencana
bab 6 saling membutuhkan
bab 7 kesepakatan

bab 4 tak sengaja

8.5K 570 4
By heters89751

"zaman sekarang apa yang tidak bisa di lakukan dengan uang."

Kayana.

Satu Minggu kemudian .....

Pada awalnya Kayana akan mencari seseorang yang telah menolongnya. Namun, karena kesibukan ia dalam bekerja, membuat Kayana lupa. Hingga tanpa sengaja, ia melihat pria yang telah menolongnya sedang gelisah seperti sedang mencari bantuan di tepi jalan, hari memang sudah sangat sore dan kebetulan Kayana baru saja keluar dari kantor.

"Hai," sapa Kayana kepada Dirza setelah menepikan mobilnya di pinggir jalan kemudian menyapa Dirza.

Sedangkan Dirza yang merasa ada yang menyapanya pun menolehkan kepalanya ke arah sumber suara.

Deg.

Seketika jantung Dirza berdetak keras saat bertatapan langsung dengan mata angkuh itu. Namun, sebisa mungkin Dirza terlihat baik-baik saja.

"Kamu orang yang telah menolongku bukan," Dirza diam tanpa menjawab perkataan Kayana. Dirza tidak ingin terlihat sedang berada di posisi sulit. Sehingga orang yang telah ia tolong bersimpati padanya.

"Baiklah jika kamu tidak mau menjawab tidak apa. " Kayana pun menyodorkan amplop berisi uang yang telah ia siapkan jauh-jauh hari.

Dirza yang melihat itu kembali menatap mata Kayana dengan intens.

"Ambilah pasti kamu butuh ini."

"Tidak, terimakasih. Saya memang butuh uang, tapi saya tidak ingin seseorang yang telah saya tolong memberi imbalan," jawab Dirza setelah beberapa kali Kayana berbicara.

"Kak Dirza!" tarik bocah berusia sepuluh tahun kepada lengan Dirza.

"Ayo bawa ibu ke rumah sakit," rengeknya dengan bercucuran air mata.

"Firza," ucap Dirza mencoba menenangkan adiknya yang menangis.

"Hei ada apa dengan ibumu?" tanya Kayana kepada anak kecil yang bernama Firza itu.

"Ibu sakit. Dan kata orang-orang ibu harus di bawa ke rumah sakit, jika ingin sembuh," jawab Firza polos.

"Dimana ibumu sekarang?" Tanya Kayana lagi.

"Itu," tunjuk Firza, ke arah m dimana ibunya berada dengan kakak perempuannya yang bernama Firda.

Kayana pun mengikuti arah telunjuk tangan Firza. Dan ketika ia melihatnya. Dia terbelalak kaget, Karena melihat wanita tua yang sedang sakit berada di gerobak untuk memungut barang bakas.

"Astaga," gumam Kayana ia pun segera menghampiri wanita tua yang sedang sakit itu bersama anak gadis di sampingnya yang sedang menangis.

Dirza yang melihat Kayana menghampiri ibunya dan juga adiknya pun ikut menyusul.

"Ya ampun ini sudah sangat parah sebaiknya cepat di bawa ke rumah sakit," ucap Kayana ketika melihat wanita tua yang sangat pucat dan terbaring lemah itu.

"Hiks hiks hiks .... Ibu bangun...," Kata Firda mencoba membangunkan sang ibu.

"Maaf nona bisa anda _" namun belum selesai Dirza mengatakan sesuatu, Kayana sudah memotongnya terlebih dahulu.

"Sebaiknya segera bawa ibumu ke rumah sakit." Kata Kayana.

"Hei_,"

"Jangan banyak bicara!" Perintah Kayana dengan tegas.

Dirza yang melihat kedua adiknya yang sudah menangis pun tak punya pilihan menerima pertolongan Kayana. Wanita angkuh yang membuat jantungnya berdetak keras.

Dirza pun segera membawa ibunya masuk ke dalam mobil Kayana.

"Ayo masuk kita bawa ibu kalian ke rumah sakit." Kayana pun memberikan kunci mobilnya kepada Dirza.

"Ambilah kau bawa mobilku." Namun, Dirza tak menerimanya.

"Kenapa? Apa ada masalah. Tenang saja saya juga akan ikut."

"Saya tidak bisa membawa mobil."

Kayana yang mendengar itu hanya memutar bola matanya.

"Baiklah sekarang kita masuk,"

Kayana pun masuk ke dalam mobil dengan Dirza di sampingnya sedangkan ibu dan kedua adik Dirza berada di kursi penumpang.

Selama diperjalanan suasana hanya di isi dengan suara tangisan keduan adik Dirza di kursi penumpang. Dan Kayana yang mendengar itu agak sedikit risih.

"Bisa kau katakan kepada kedua adikmu untuk berhenti menangis," ucap Kayana pelan.

Dirza yang mendengar itu pun segera menegur kedua adiknya agar berhenti untuk menangis.

"Firza, Firda kalian berhenti menangis ya. Kalian harus tenang dan berdoa semoga ibu baik-baik aja." setelah mengatakan itu kedua adik Dirza pun berhenti menangis hanya tersisa isakan-isakan kecil dari keduanya.

Tak lama kemudian mereka pun sampai di rumah sakit. Dirza yang melihat itu langsung saja turun dan menggendong ibunya.

Para suster yang melihat itu langsung siap siaga membawakan brankar untuk ibu Dirza.

Setelah ibu Dirza di tangani oleh dokter dan di bawa ke ruang UGD Dirza pun hanya bisa menunggu hasil pemeriksaan dokter.

"Terimakasih," ucap Dirza sambil memeluk kedua adiknya di kursi tunggu.

"Terimakasih kak," tutur Firda dan Firza Kepada Kayana.

Tiba-tiba saja ponsel Kayana bergetar pertanda panggilan masuk.

Kayana yang melihat jika sang ibu yang menelponnya pun segera mengangkat panggilan tersebut.

"Ya apa bu...," jawab Kayana ketika panggilan telah tersambung.

"....."

"Baiklah aku akan segera pulang," Setelah mendapat panggilan itu Kayana pun bergegas untuk pulang. Namun sebelum itu Kayana kembali menyodorkan amplop berisi uang itu kepada Dirza.

"Ambillah ini untuk biaya administrasi rumah sakit ibumu. Saya harus segera pulang."

Setelah mengatakan itu Kayana pun pergi meninggalkan rumah sakit.

"Kak, tadi itu siapa?" tanya Firda adik perempuan Dirza.

Dirza diam, ia tidak tau harus mengatakan apa. Perempuan yang Dirza sendiri tidak tahu namanya dari pertemuan pertama sampai sekarang. Dia belum berkenalan.

"Kakak juga tidak tau. Yang jelas kita harus berterimakasih padanya karena telah membawa ibu ke rumah sakit." Hanya jawaban itu yang bisa Dirza berikan.

***

Di kediaman Rendra rajaspati

Sesampainya di rumah. Kayana pun langsung saja turun dari mobil dan berlari masuk kedalam rumah.

"Ada apa ini?" tanya Kayana tergesa-gesa menghampirinya ibunya.

"Sayang kemarilah," kata Rendra.

Dan Kayana menurut.

"Ada apa dengan ayah?" Kayana merasa gelisah ketika sang ibu menelponnya dengan suara yang begitu lemah dan ketakutan.

Dan tak lama kemudian dokter keluar dari kamar sang ayah.

"Dokter bagaimana kondisi ayah saya?" tanya Kayana.

Dokter itu menghembuskan nafasnya pelan sebelum menjawab pertanyaan Kayana.

"Pasien hanya syok saja. Tapi lain kali jika ingin memberi kabar atau apapun harus berhati-hati. Karena ayah anda sudah tua, faktor ini bisanya terjadi jika kondisi jantung sedang tidak stabil."

"Syukurlah ayah hanya syok saja," gumam Kayana kemudian masuk ke dalam kamar sang ayah.

"Ayah ...," lirih Kayana menghampiri sang ayah yang terbaring lemas.

"Maafkan Yana yah, hiks...," tangis Kayana. Ia pun memegang kedua tangan keriput Rendra lalu di ciumannya.

"Yana ...," Panggil Rendra dengan suara lemah.

"Ayah ....,"

"Ayah sayang kamu,"

"Yana tau yah,"

"Yana maukan nikah...," pinta Rendra.

Kayana yang mendengar permintaan dengan bernada lirih itu tak sanggup menggelengkan kepalanya. Walaupun ia tak siap. Tapi janji yang pernah ia ucapkan tanpa sengaja ketika ia berada dalam bahaya membuat anggukan kepala menjadi jawabannya.

"Iya ayah. Yana mau menikah tapi ayah harus baik-baik aja. Untuk menikahkan Kayana dengan tangan ayah sendiri. Ayah harus janji untuk itu, dan Yana juga akan menikah dengan siapapun pilihan ayah," ucap Kayana dengan berurai air mata dan mengecupi punggung keriput tangan sang ayah.Walaupun Kayana sangat sibuk bukan berarti Kayana tidak memikirkan kondisi sang ayah. Kayana tetap mengawasi ayahnya secara tidak langsung.

"Menikahkan kamu dengan tangan ayah sendiri itu sudah menjadi kebahagiaan terbesar ayah Yana. Ayah tidak berhak menentukan calon untuk kamu. Itu adalah hakmu. Jadi bawalah secepatnya orang yang bisa membuat kamu nyaman dan melindungi kamu. Agar ayah bisa pergi dengan tenang."

"Ayah jangan mengatakan itu. Bukannya ayah sudah janji, akan hidup sampai ayah memiliki cucu dari aku, dari Rose," tutur Kayana kemudian mengusap air matanya mencoba menampilkan senyum manisnya.

Sedangkan Fitri, istri Rendra hanya menatap mereka dari jauh. Fitri juga sedih melihat kondisi sang suami yang kemungkinan tidak akan lama lagi. Kayana tidak tau kondisi Rendra yang sebenarnya, Fitri sengaja menyuruh dokter mengatakan bahwa Rendra hanya syok, yang sebenarnya itu hanya alasan saja.

"Yana ...," Panggil Fitri.

Yana pun menoleh. "Kamu jangan sedih, ayah pasti baik-baik aja." ucap Fitri menghampiri Kayana kemudian membeli rambut Kayana dengan lembut.

Kayana hanya menganggukkan kepalanya. " Sebaiknya kamu istirahat kamu, pasti capek biarkan ibu yang menjaga ayah." lanjut Fitri.

"Ayah aku janji. Akan mengenalkan seseorang untuk di bawa ke hadapan ayah. Beri Yana waktu."

"Iya."

"Kalau begitu Kayana pamit untuk membersihkan diri," undur Kayana.

Setelah kepergian Kayana Rendra pun berkata, "kamu tidak mengatakan sesuatukan kepada Kayana?" tanya Rendra.

"Tidak," jawab Fitri sambil menggelengkan kepalanya.

"Jangan biarkan dia tahu. Cukup dia tahu aku hanya syok saja. Oh ya dimana Rose, kenapa belum pulang?" tanya Rendra.

"Mungkin masih dengan Rizal," jawab Fitri sekennya.

Di lain tempat.

"Rose, sampai kapan kita akan seperti ini terus?" tanya Rizal sambil mendekap Rose dalam pelukannya.

Saat ini Rizal dan Rose sedang berada di apartemen Rizal yang berada di kawasan Jakarta pusat yang tidak jauh dari kampus mereka kuliah. Dan seperti biasa jika mereka tidak ada kesibukan mereka akan menghabiskan waktu bersama di apartemen berdua.

"Sabar, saat ini ayah sedang membujuk kak Yana untuk menikah. Aku yakin sebentar lagi akan berhasil," jawab Rose membalas pelukan Rizal dengan erat, bahkan wajahnya saat ini sudah menempel di dada bidang Rizal yang tak memakai baju.

"Lagipula kenapa sih ayah kamu itu kolot banget gak boleh di langkah gitu," gerutu Rizal sebal dengan ayah Rose yang tidak mengijinkan mereka menikah karena Kayana, kakak Rose yang belum menikah padahal usia sudah cukup untuk menikah.

"Oh ayolah sayang jangan begitu. Ayah itu sangat menyayangi kakak. Jadi wajar jika ayah tidak mengijinkan kita menikah sebelum kak Yana yang menikah duluan. Lagipula aku tidak masalah jika seperti ini," ucap Rose kemudian mengecup bibir Rizal sekilas.

"Sayang jangan mulai. Kita baru saja selesai melakukannya. Dan sekarang sudah malam ayah kamu pasti mencari mu."

Rose yang mendengar itu memutar bola matanya malas. Rose pun melepaskan pelukannya dari Rizal dan beranjak dari kasur dan menarik selimut untuk menutupi tubuh telanjangnya tanpa perduli jika Rizal pun sama.

"Mau kemana?" tanya Rizal menahan pergelangan tangan Rose.

"Mau mandi, bukannya hari sudah malam, jadi aku harus pulang." Rizal yang mendengar itu melepaskan pegangannya dan membiarkan sang kekasih untuk merapihkan dirinya.

Setelah Rose membersihkan dirinya begitu juga dengan Rizal keduanya pun keluar dari apartemen untuk mengantarkan Rose pulang. Waktu sudah menunjukkan pukul 23.30 malam tapi Rose baru pulang di antarkan oleh Rizal.

"Kenapa?" tanya Rizal kepada Rose.

"Aku malas pulang ke rumah, aku ingin nginep di apartemen kamu," kata Rose manja.

"Nanti kalau kita sudah menikah kamu bebas tinggal sama aku. Untuk sekarang kamu bujuk aja Kakak kamu untuk segera menikah dan mendapatkan Restu dari ayah kamu. Cup." Setelah mengatakan itu Rizal pun mencium bibir Rose dan dan di balas oleh Rose. keduanya pun berciuman di dalam mobil tanpa di ketahui Kayana melihat kejadian itu. Setelah tautan bibir keduanya terlepas, Rose pun turun dari mobil.

"Dah," Rose pun melambaikan tangannya.

"Kenapa baru pulang?"

Deg

Seketika jantung Rose berdetak keras, ia mengira kakanya sudah tidur ternyata tidak. Dane persaan Rose pun tidak enak. Bahkan Keringat dingin mulai terasa. Rose takut jika kakanya melihat dirinya dan Rizal berciuman di dalam mobil tadi. Karena saat mereka melakukan itu kaca mobilnya tidak tertutup.

"Ka-kak-Kakak belum tidur?" dengan gugup Rose balik bertanya.

"Jawab pertanyaanku Rose, kenapa baru pulang dan jelaskan apa yang kalian lakukan di dalam mobil tadi?" tanya Kayana geram dengan tingkah laku sang adik.

Rose yang mendengar itu tersenyum kecut.
"Oh kakak tadi melihatnya. Baguslah jadi tidak perlu memohon atau apa kepada Kakak agar segera menikah. Ayah juga sudah tau kok apa yang sering aku lakukan dengan Rizal malah lebih."

"ROSE!" bentak Kayana. "Kenapa kamu bisa mengatakan itu begitu mudah,"

"Memangnya kenapa. Aku rasa tidak ada yang salah."

"Tidak ada yang salah!" Jeda Kayana sebentar. "Apa yang kalian lakukan itu tidak sepantasnya di lakukan oleh kalian. Kalian itu belum menikah," beri tahu Kayana dengan tegas.

"Sudahlah Kak, jangan munafik kakak juga pasti pernah melakukannya kan. Secara, Kakak suka pergi ke klub malam. Dan untuk aku dan Rizal itu normal, sama-sama dewasa. Jikalau pun kita melakukannya, itu tidak masalah. Karena kita itu sepasang kekasih."

"Rose. Walaupun aku suka pergi ke klub malam, tapi bukan untuk bersenang-senang atau lainnya aku bekerja_" belum selesai Kayana mengucapkan kalimatnya Rose sudah terlebih dahulu memotongnya.

"Bekerja menjual diri."

"Rose aku tidak serendah itu!" sentak Kayana marah dengan perkataan sang adik.

"Sudahlahlah sebaiknya kakak segera mencari pria yang mau menikahi kakak, sebelum kakak mendapatkan keponakan sebelum waktunya. Aku tidak yakin jika apa yang kami lakukan selama ini tidak membuahkan hasil," ucap Rose memanasi Kayana.

"Cukup Rose. Ayah tidak membiayai kuliahmu untuk melakukan hal ini,"

"Sudahlah kak, aku udah capek mau istirahat. Selamat malam kakak ku sayang."
Setelah kepergian Rose, Kayana tak bisa membendung air matanya. Apa yang ia lihat dan dengar hari ini itu menjadi mimpi buruk bagi Kayana. Ia masih enggan percaya bahwa adik satu-satunya itu bisa melakukan hal di luar batas.

"Apa benar ayah sudah tahu apa di lakukan oleh Rose, lalu ibu," gumam kayana. Entah kenapa tiba-tiba aja dadanya terasa sesak. Jika benar orangtuanya telah mengetahui hubungan Rizal dan Rose itu tidak sehat. Maka dirinya mau tidak mau harus segera menikah. Agar hal yang dikatakan Rose terjadi dan membuat keluarga rajaspati menanggung malu.

Continue Reading

You'll Also Like

744K 3.3K 6
hai gaes..... cerita ini udah selesai aku edit, enggak semua aku edit, hanya beberapa part yg aku edit untuk penyesuaian cerita... Tapi aku enggak up...
2.7K 57 6
Warning 21+ ya gaesya! Andriana seorang putri pengusaha kaya raya tengah menghadapi kebangkrutan secara perlahan. Keluarganya dilanda musibah, sang A...
1.8M 86.5K 55
Rasa cinta terlalu berlebihan membuat Lia lupa bahwa cinta itu tidak pernah bisa dipaksakan. Rasanya ia terlalu banyak menghabiskan waktu dengan meng...
12.5K 671 20
Arkanovaldo, bukan goodboy bukan juga badboy apalagi fuckboy. Ia adalah sosok cowok tampan yang di gadang-gadang menjadi pawangnya seorang Alina. Ali...