notre vie | aespa ✔️

By peisinoehina

108K 15.7K 972

Ini tentang aespa, satu dari banyak 'geng' eksis di Hope University. Karina, Giselle, Winda, dan Ningning mun... More

introduction
prolog
satu
dua
tiga
empat
lima
enam
tujuh
delapan
sembilan
sepuluh
sebelas
dua belas
tiga belas
empat belas
lima belas
enam belas
tujuh belas
delapan belas
sembilan belas
dua puluh
dua puluh satu
dua puluh dua
dua puluh tiga
dua puluh empat
dua puluh lima
dua puluh enam
dua puluh tujuh
dua puluh delapan
dua puluh sembilan
tiga puluh
tiga puluh satu
tiga puluh dua
tiga puluh tiga
tiga puluh empat
tiga puluh lima
tiga puluh enam
tiga puluh tujuh
tiga puluh delapan
tiga puluh sembilan
empat puluh
empat puluh satu
empat puluh dua
empat puluh tiga
empat puluh empat
empat puluh lima
empat puluh enam
empat puluh tujuh
empat puluh delapan
empat puluh sembilan
lima puluh
special: valentine
lima puluh satu
lima puluh tiga
lima puluh empat
lima puluh lima
lima puluh enam
lima puluh tujuh
lima puluh delapan
lima puluh sembilan
enam puluh
enam puluh satu
enam puluh dua
enam puluh tiga
enam puluh empat
enam puluh lima
enam puluh enam
enam puluh tujuh
enam puluh delapan
enam puluh sembilan
tujuh puluh
tujuh puluh satu
tujuh puluh dua
tujuh puluh tiga
tujuh puluh empat
tujuh puluh lima
tujuh puluh enam
tujuh puluh tujuh
tujuh puluh delapan
tujuh puluh sembilan
delapan puluh
delapan puluh satu
delapan puluh dua
delapan puluh tiga
delapan puluh empat
delapan puluh lima
epilog
bonus: their current lives

lima puluh dua

752 137 0
By peisinoehina

Manusia selalu saja merasa tidak puas.

Bagi mahasiswa, mereka ingin sekali libur cepat. Saat libur, ingin cepat masuk. Saat masuk, ingin lagi cepat libur. Begitu lingkaran setannya, tidak pernah berubah.

Hal yang sama dirasakan pula oleh Karina, Giselle, Winda, dan Ningning. Keempat tengah berada di kantin. Tetapi bukannya makan siang, keempatnya tampak lesu dengan kepala menempel di atas meja.

"Ini beneran minggu pertama 'kan ya?" tanya Winda.

Ningning menghela napas panjang. "Beneran, Kak. Duh, gue gila rasanya! Tugas matkul langsung numpuk semua," keluh si bungsu Liam.

"Masih mending tugas matkul! Gue nih, mingdep udah disuruh sidang proposal! Gila enggak?! Bab tiga gue aja belum rampung, udah disuruh ngajuin surat hari Senin. Tiga hari lagi dong!" keluh Karina.

Giselle mendecih. "Udahlah, gue paling ribet! Udah proyek banyak, terus dikejar deadline proposal skripsi hari Selasa depan. Rin, tunangan lo suruh ringanin beban gue dong!" rengek Giselle kemudian.

"Lah ngapa jadi gue? Kayaknya malah lebih akrab lo sama Kak Tama timbang gue," balas Karina sembari mengetukkan kuku panjang belum terpotong miliknya ke meja.

Winda mengangkat kepala dan berdiri. "Udahlah enggak usah bahas tugas atau tetek bengek lainnya! Mending kita cabut, pada enggak ada kelas lagi kan?"

"Gue abis kelar makan siang harus rapat proyek, Win. Enggak bisa cabut, entar dipotong bayaran gue," sahut Giselle.

"Gue harus nyicil bab tiga gue, biar besok bisa santai," balas Karina.

Winda menatap harap pada Ningning. Hanya si gadis Surabaya harapan Winda sekarang. Winda bisa gila jika berlama-lama di sana, ia butuh penyegaran jasmani dan rohani.

Ningning mengangkat tangan dengan gerakan peace. "Hehe. Maaf, Kak. Gue ada kerkel abis makan siang, hari Selasa mingdep kelompok gue dapat giliran presentasi mingguan."

Winda mendengus seiring geraknya kembali duduk. "Ya Tuhan! Gue sumpek banget asli, mau refreshing," gusar Winda.

Giselle menyeletuk, "Kenapa enggak sama Sena? Lo minta aja sama doi, pasti langsung diiyain. Apa sih yang enggak buat Winda?"

"Nah iya, benar tuh saran Giselle. Lo pergi sama Sena aja. Gue dengar-dengar itu anak punya banyak rekomendasi tempat refreshing tersembunyi di Jakarta. Itu sih dengar dari adik tingkat di UKM yang kenal sama Sena," imbuh Karina.

Winda menggeleng. "Enggak mau ah! Sena cerewet. Pergi sama dia tuh ya, harus makan sesuai jam-nya lah, harus begini, begitu. Kan jadi bete ya," keluh Winda.

"Ya ilah, gitu aja enggak paham, Kak! Itu tandanya Kak Sena sayang sama lo! Dia enggak mau lo sakit, enggak mau lo kenapa-napa, makanya dia cerewet," sahut Ningning.

"Ih! Tapi gue enggak suka dibacotin kayak gitu," keluh Winda.

Bertepatan dengan keluhan Winda, Sena muncul di ambang pintu kantin. Lelaki setinggi seratus delapan puluhan itu terlihat asik berbincang dengan Chandra yang mengajak serta Ayana, tangan saling menggenggam erat. Mata Giselle berbinar, ia langsung teriakkan nama lelaki yang tengah mendekati Winda.

"Woy, Sena!" teriak Giselle.

Teriakan si gadis sempat mengejutkan penghuni kantin. Bukan karena volume suara, melainkan karena sudah lama sekali orang-orang tidak mendengar suara teriakan Giselle. Sejak menjalin hubungan asmara dengan Satria, si gadis bersikap lebih tenang.

Sena tampak sumringnah saat menyadari sosok Winda yang tengah duduk menunduk di samping Giselle yang kini melambaikan tangan ke udara. Karina dan Ningning juga, namun lambaiannya lebih rendah. Setelah basa-basi dengan Chandra dan Ayana, Sena berjalan cepat mendekati meja yang keempatnya duduki. Sena langsung saja menyempil antara Winda dan Karina.

"Hai, Kak Karin," sapa Sena.

"Hai! Pas banget lo muncul. Lo kosong enggak abis ini? Ajakin nih cewek lo cabut! Kita pada enggak bisa jalan, Winda pingin refreshing katanya," balas Karina.

"Kosong dong!"

Sena lalu beralih menatap Winda yang tengah memalingkan wajah. "Kamu mau ke mana? Aku pastikan jalan-jalan kali ini bikin kamu fresh lagi," ajak Sena.

"Sejak kapan gue jadi ceweknya dia?!" cibir Winda.

Giselle menepuk tangan Winda, memperoleh aduhan dari sang pemilik. "Udah deh! Tadi lo pingin refreshing 'kan? Nih, cowok lo available. Sono gih!"

Winda belum sempat mengajukan protes karena Sena langsung saja menuntun si gadis bangkit dan pergi dari kantin. Keadaan benar-benar tidak menguntungkan Winda dengan Karina, Giselle, dan Ningning melambaikan tangan tanpa rasa bersalah karena telah 'menjual' sahabat mereka ke Sena.

"Sena, ih! Lepasin!" berontak Winda.

"Enggak mau! Kan kamu udah dipercayakan ke aku sama mereka," sanggah Sena.

Winda mencebik, " Loh?! Ini kan badan aku, kenapa kamu malah ngeiyain omongan orang lain sih?" Jangan terkejut dengan penggunaan aku-kamu oleh sang dara, Winda tanpa sadar sudah merubah cara bicara pada Sena. Hanya satu yang menjadi penghalang bersatunya kedua insan ini, penolakan Winda kalau sesungguhnya ia sudah jatuh.

"Karena sahabat-sahabatmu tahu mana yang terbaik buat kamu, salah satunya ya aku," balas Sena sedikit menggoda.

"Fine! Udahan dong ngedorongnya, aku bisa jalan sendiri," omel Winda.

Sena berhenti menuntun sesuai permintaan. Kesempatam emas Winda gunakan untuk berlari kembali ke kantin. Namun Winda kalah cepat. Sena menggenggam pergelangan tangan Winda, seakan tahu si gadis memiliki rencana licik untuk kabur darinya.

"Ih, Sena! Lepasin!" pekik Winda.

Sena tidak melepas genggaman. Lelaki itu menarik Winda mendekat, lalu merubah posisi tangan menyelip diantara ruas-ruas jari. Sena eratkan genggaman, dengan sedikit elusan ibu jari guna memberi Winda rasa nyaman.

"Kamu kenapa sih, Win? Kayaknya enggak suka banget setiap ada aku? Kenapa? Karena aku bau?" Sena enduskan hidung ke tubuhnya. "Enggak ah, wangi aja nih!"

'Sena menyebalkan!' teriak Winda di kepala.

"Bukan itu alasannya!" omel Winda. Gadis itu menarik Sena berjalan menuju parkiran motor, tujuan awal si lelaki semenjak keluar dari kantin pusat Hope University.

"Apaan don... Eh! Tadi mau kabur, kok sekarang aku ditarik ke parkiran mo..." Sena tersenyum lebar kala menyadari sesuatu. "Kamu aslinya udah suka sama aku 'kan?! Jantung kamu berdebar-debar setiap dekat sama aku?! Kamu malu buat ngakuin?! Benar gitu 'kan?!"

Winda mendecak. "Teori apaan lagi sih?! Ngarang!" ketus Winda, walaupun tidak ada yang salah dengan ucapan Sena. Semua perkataan si lelaki seratus persen benar tanpa cacat. Winda memang sudah jatuh, namun ia masih juga belum mau mengaku.

Sena tentu hanya menggoda Winda. Senang sekali Sena setiap melihat reaksi salah tingkah Winda, gadis itu terlihat berkali-kali lipat menggemaskan. Tenang saja, Sena tidak akan memaksakan suatu ikatan sampai Winda mengakui perasaannya. Berada selangkah lebih jauh dibandingkan lelaki-lelaki lain yang mendambakan Winda, Sena sudah terlampau bahagia diberi kesempatan mengisi hari-hari Winda.

Sena menyetarakan langkah dengan Winda, menjadi pihak yang mengambil alih kepemimpinan. Sena tak lupa mengacak rambut Windaㅡtentu saja membuat si gadis memekik sebal karena rambutnya menjadi berantakan.

"Kenapa rambut aku sih?! Berantakan nih jadinya!" rengek Winda.

"Iya, iya, maaf. Ya udah, kamu lagi pingin ngapain? Makan atau cari suasana menenangkan?" Sena mengalihkan topik. Keduanya belum menentukan akan pergi ke mana siang ini.

Winda sempat terdiam memikirkan keinginan, hingga akhirnya bersua, "Kalau keliling naik motor boleh enggak? Pingin aja ngerasain terpaan angin."

"Request accepted, princess!"

to be continued...

Continue Reading

You'll Also Like

490K 3.9K 16
WARNING 18+ !! Kenzya Adristy Princessa seorang putri terakhir dari keluarga M&J group yang diasingkan karena kecerobohannya. Ia hanya di beri satu...
80.2K 12.3K 28
[Side story Rusunawa] "Aturannya cuma satu. Lo di sini sama gue atau kita main kejar-kejaran?!" Started: 6 May 2017 End: 24 May 2017 2017 ©sinputamal...
SCH2 By xwayyyy

General Fiction

85K 13.6K 39
hanya fiksi! baca aja kalo mau
980 190 17
Virus Zombie menyerang. Semua umat manusia panik bukan kepalang. Adanya Virus mematikan yang datang tanpa bilang, membuat para siswa siswi terpaksa b...