Kembalinya Nona Muda

By seeyoulea

354K 35.7K 1.1K

Meysa Rosalina Adhitama mencintai Nathan Brian laki-laki tampan sahabat kakaknya. sayangnya cinta Meysa berte... More

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
15
16
17
18
19
20
21
22
23
24
25
26
27
28
29
30
31
32
33
34
35
36
37
38
39
40
41
42
43
44
45
46
47
48
49
50
51
52
53
54
55
57
58
59
60
61
62
63
64
65
66
67
68
69
70
71
72
73
74
75
76
77
78
79
80
81
82
83
84
85
86
87
88
89
90
91
92
93
94
95
96
97
98
99
100
101
102
103

56

2.5K 249 10
By seeyoulea

Dengan suasana hati yang baik, Kenzo memasuki kelasnya. Kenzo duduk didalam kelas sambil menopang dagunya dengan malas, ketika Kenzo melihat Devano masuk kedalam kelasnya, Kenzo sedang memandang pemandangan di luar kelas, lewat jendela kaca disampingnya.

"Kenzo, lihat berita ini!"  

Devano dengan semangat memperlihatkan layar ponselnya didepan Kenzo.

"Bukankah ini walikota kita?"

Kali ini Devano sedikit berbisik, takut jika seseorang mendengarnya.

Kenzo melirik pada ponsel Devano. Disana ada berita besar dan menjadi pencarian panas saat ini.

//Walikota Z, Hermansyah diduga menggelapkan dana pajak untuk kampanye.//

Tidak sedikit warga net yang berkomentar pedas.

"Uang rakyat, dipakai oleh pejabat."

"Tikus berdasi."

"Yang melarat semakin melarat, yang kaya semakin kaya. Apakah ini yang dinamakan kesejahteraan."

"Hanyalah omong kosong belaka saat berkampanye, bermulut manis. Nyatanya ngelirik duit rakyat juga kan. Munafik!"

Kenzo hanya membaca beberapa komentar pedas, tapi ada juga yang berkomentar baik. Tapi, itu tidak penting. Kenzo ingin orang itu segera jatuh.

Saat ini banyak siswa yang sudah ada disekolah. Dan banyak yang sedang mendiskusikan hal yang sama, dengan apa yang sedang Kenzo lihat saat ini.

"Bukankah ini, kakek Amelia?"

Terlihat seorang siswa yang sibuk memberitahu teman-teman yang lainnya tentang berita hangat saat ini.

"Kau benar. Bukankah dia telah menjabat sebagai walikota berkali-kali?"

"Aku heran, mengapa orang seperti ini bisa diangkat sebagai walikota berturut-turut?"

"Mungkin saja, saat ini ada seseorang yang sedang menjebaknya. Jika tidak mengapa ia selalu terpilih sebagai walikota? Tidak mungkin, jika seseorang bisa menjabat sebagai walikota secara berturut-turut jika ia tidak mempunyai kinerja yang baikkan? "

"Yah mungkin saja seperti itu. Aku dengar dulu ia bisa menjabat menjadi walikota karena bantuan keluarga Brian. Bagaimanapun juga, di kota Z keluarga Brian sangat berpengaruh. Mungkin orang itu bisa menjadi walikota sampai sekarang karena bantuan dari keluarga Brian. Mungkin tuan Brian masih ingin menjaga hubungannya dengan Hermansyah, bagaimanapun juga Hermansyah adalah kakek Amelia."

Beberapa orang mulai memberikan spekulasi mereka sendiri-sendiri.

"Aku dengar dari orangtuaku, tuan Brian sangat membenci keluarga mantan istrinya. Menurutku tuan Brian pasti tidak akan banyak membantu."

"Jadi, apakah menurutmu berita ini benar?"

"Mungkin bisa saja. Siapa yang tahu hati manusia. Mereka sangatlah serakah."

Saat bersamaan Amelia masuk kedalam kelas. Banyak mata yang memandangnya dengan panas. Gissel dan Clara memblokir semua pandangan itu. Dua teman Amelia sangat arogan, yang membuat banyak siswa hanya bisa diam-diam bergosib dibelakang mereka.

"Amel, jangan sedih!" 

Gissel mencoba menghibur Amelia saat ini.

"Aku yakin berita ini pasti tidak benar."

Amelia hanya bisa menundukkan kepalanya, ia tidak bisa lagi mendengarkan kata-kata hiburan dari mulut Gissel.

"Siapa orang jahat, yang tega membuat fitnah seperti ini?"

Disisi lain Clara tidak kalah emosinya. Ia memaki layar ponselnya dengan marah. Ia dengan kesal mematikan layarnya ponselnya dan melihat keadaan Amelia yang menyedihkan.

"Amel tenang! Aku akan memberikan pelajaran, jika ada siswa yang berani menghinamu!"

Clara memukul meja dengan marah dan memandang galak seluruh siswa yang diam-diam sedang bergosib tentang berita di pagi hari.

"Kalian semua, jika berani menyakiti Amel! Akan aku pastikan keluarga kalian akan hancur oleh keluarga Brian!"

Teriakan Clara sangat mengerikan dan membuat tidak sedikit siswa yang takut. Bagaimanapun juga Amelia adalah nona muda keluarga Brian. Putri satu-satunya keluarga Brian. Pasti tuan Brian tidak akan membiarkan orang lain menggertak putrinya.

Disisi lain, Kenzo tidak perduli dengan apa yang terjadi disekitarnya. Ia dengan tenang berbicara dengan seseorang lewat ponselnya.

"Bagaimana? Apa kau puas?"

"Ini belum cukup panas." 

Ketika Kenzo mengatakan ketidak puasannya itu, ia dapat mendengar suara diseberang sana yang mendesah sedih.

"Kita tidak bisa mengepost berita secara bersamaan. Harus menunggu panci panas dulu baru kita menambah kayu bakar."

Orang diseberang sana menjelaskan dengan sabar.

"Sepertinya mendirikan sebuah perusahaan media itu menarik."

Tiba-tiba saja Kenzo mendapatkan ide yang menarik. Dengan perusahaan media milik sendiri, Kenzo bisa memanipulasi semua berita. Ia bisa menjatuhkan musuh dengan hanya sebuah tulisan.

"Jangan khawatir, kakek sudah mempunyai perusahaan media yang cukup besar. Jika kau mau, kau bisa mendirikan perusahaan hiburan saja. Dengan itu artis-artis mu pasti akan cepat terkenal dengan bantuan perusahaan mediaku."

Dion hanya berkata dengan santai.

"Apa itu menghasilkan banyak uang?'.

"Tentu saja. Kau bisa menggunakan artis-artismu untuk menciptakan skandal untuk para musuh mu. Dengan itu kamu bisa mengalahkan musuh mu sekaligus mendapatkan keuntungan dengan terkenalnya para artis mu karena skandal yang kau buat."

"Bukan ide yang buruk."

__ _ __

Pagi-pagi sekali Hermansyah di telpon oleh asistennya.

"Tuan, ini sangat buruk!"

Asistennya sangat gugup sekarang. Ia tidak tahu harus bagaimana mengatakan kondisi yang buruk saat ini. 

Di mata dunia, Hermansyah adalah orang baik dan dapat menjadi panutan semua orang. Tapi hanya dia yang tahu sifat asli bosnya itu. Bosnya adalah orang yang sangat buruk.

"Ada apa?"

Hermansyah mulai curiga pasti ada sesuatu yang salah saat ini.

"Berita tentang anda di internet sudah mulai panas. Banyak netizen yang mengutuk anda."

"Sialan! Apakah ini yang kau sebut masalah besar? Bukankah kau bekerja denganku dalam waktu yang sangat lama? Dan masalah seperti ini, bukan yang pertama kalinya dan itu mudah diselesaikan. Seperti yang sebelumnya, beli saja beberapa perusahaan media dan suruh mereka membuat berita yang bagus untuk ku. Dan beli juga beberapa bumbu untuk penyedap rasa di semua kolom komentar, suruh mereka berkomentar baik untukku! Aku memperkerjakan mu bukan untuk bertanya tentang masalah sepele seperti ini. Lain kali jangan panggil aku lagi jika hanya masalah sepele!"

Seperti yang diduga oleh asisten Hermansyag. Herman sangat sombong dan pemarah. Telinganya sampai pecah karena teriakan dari bosnya.

"Masalahnya tuan, perusahaan media sosial di seluruh kota Z seakan-akan menolak kita."

"Apa katamu?"

Asisten Herman, sekali lagi menggosok telinganya yang sakit. 

"Dan juga sudah ada orang-orang yang mulai demo didepan gedung walikota."

"Panggil polisi, urus mereka semua."

"Baik, tuan." Asisten Herman akhirnya lega, karena dapat mengakhiri panggilan dengan cepat. 

Herman disisi lain memutar nomor Reika pada layar ponselnya.

"Ya, Ayah." 

Terdengar seperti Reika baru saja bangun tidur. Dan itu membuat Herman semakin kesal. Saat dalam masalah besar ini, putrinya bisa-bisanya masih tidur.

"Apa kau sudah melihat berita?"

Reika terkejut mendengar teriakan Ayahnya, rasa kantuknya hilang seketika.

"Memangnya ada apa?"

"Seseorang telah membingkai Ayahmu ini. Cepat cari Nathan, minta bantuan darinya!"

"Baik."

Setelah menutup telpon, Herman membanting telponnya dengan marah.

Saat ini Nathan sedang dekat lagi dengan putrinya. Ia yakin Nathan tidak ada hubungannya dengan masalah ini. Hanya satu nama yang terlintas di kepalanya yaitu, Meysa.

Mungkin keluarga Adhitama telah menemukannya. Tidak mengherankan jika ia akan mendapatkan masalah besar seperti ini. Keluarga Adhitama pasti tidak akan mudah untuk melepaskannya.

Mengapa ia sangat ceroboh?
Bukankah orang itu, sudah ia kirim ke luar negri?
Ia memelihara orang bodoh, yang menyebabkannya masalah ini.

Ketika mobil hitam Hermansyah tiba didepan gedung Walikota, Hermansyah terkejut dengan banyaknya orang yang sudah menyebar spanduk didepan gedung Walikota.

Ia dikawal oleh beberapa polisi agar bisa masuk kedalam gedung.

"Pak tua, harus dilengser!"

"Pak tua, harus pensiun!"

"Pak tua, pak tua, pak tua!"

Hermansyah menggertakan giginya karena mendengar ejekan itu.

Suara-suara memekakkan telinga itu terus berdemo, tidak perduli dengan banyaknya polisi yang berjaga-jaga, masa terus berdatangan tiada hentinya. Mereka menginginkan Herman untuk turun dari jabatannya.

Disisi lain Reika yang melihat berita di pagi hari, sangat terkejut dengan kehebohan itu. Di vidio ia dapat melihat Ayahnya yang sangat kesulitan untuk masuk kedalam gedung. Banyak wartawan juga yang sudah merilis berita dan memojokkan Ayahnya.

Reika dengan panik memutar telpon Nathan,tapi ia sudah memutar nomor Nathan berkali-kali, tapi yang menjawab adalah nada seorang wanita yang akrab. Nathan telah mematikan ponselnya. 

Sejak Nathan keluar dari rumah sakit, Nathan tidak pernah menghubunginya. Bahkan jika ia menghubunginya ia hanya menanggapinya sebentar. Reika pikir suara Nathan terdengar malas, mungkin karena Nathan masih belum sehat.

Reika tahu, Nathan masih sakit. Jadi, Reika berusaha untuk tidak mengganggu Nathan. Setelah pertarungan Nathan dengan Noah, laki-laki itu tampak lebih pucat dan lemah. Reika sangat khawatir dengan keadaan Nathan saat itu. Tapi, Nathan bilang ia baik-baik saja.

Tapi, masalah pagi ini tidak bisa diselesaikan tanpa bantuan dari Nathan. Butuh laki-laki itu untuk menyelamatkan Ayahnya.

Ketika nomor Nathan tidak bisa dihubungi, Reika mulai panik. ia harus bergegas pergi untuk mencari Nathan.

Tapi, dimana?

Bukankah Nathan belum masuk ke perusahaan, kesehatan Nathan belum pulih.

Mungkinkah Nathan ada dirumahnya?

Reika sangat bingung saat ini, dimana ia harus mencari Nathan.

___ _ ___

Di gedung perusahaan Adhitama. Noah sedang memimpin rapat dengan malas. 

"Bagaimana harga saham perusahaan Herman Abadi?"

Semua orang sudah tahu, rapat ini pasti untuk mengakuisisi perusahaan itu. Bagaimanapun juga Hermansyah dan putrinya terlalu mempunyai banyak nyali untuk terus memprovokasi nona muda Adhitama.

"Beberapa waktu lalu perusahaan Herman Abadi mempunyai harga saham yang membaik. Tapi, karena berita yang keluar hari ini. Harga sahamnya terus anjlok." 

Asisten Noah dengan baik memberikan laporan kepada Noah.

"Saya ingin, kalian semua menyelesaikan perusahaan Herman Abadi dengan baik. Saya tidak ingin ada masalah sekecil apapun. Herman Abadi hanyalah perusahaan kecil. Saya, yakin kalian pasti bisa menyelesaikan ini secepat mungkin!"

"Baik, pak." 

Semua karyawan Adhitama groub adalah orang-orang yang sangat berpengalaman. Tidak membutuhkan waktu lama untuk mereka menghancurkan perusahaan Hermansyah menjadi abu.

__ _ __

Berbeda dengan kepanikan orang-orang diluar. Meysa yang berada di apartemennya baru saja menyelesaikan sarapan yang dibuat oleh Kenzo.

Ia pergi ke kamar mandi. Meysa berdiri depan cermin untuk melihat wajahnya yang mengerikan. Wanita itu sangat terkejut saat melihat wajahnya yang benar-benar mengerikan.

"Apa yang terjadi dengan wajahku? Ini pasti bukan Memey yang cantik!"

Meysa sangat panik saat ini.

"Wajah pucat itu seperti hantu dengan lingkaran besar berwarna hitam dibawah mata"

"Aaaaaaa, aku tidak akan memaafkan orang-orang yang telah merusak wajah cantikku! "

"Kalian berdua, pasangan menjijikkan! Reika dan Nathan. Aku akan membunuh kalian!!!"

Meysa dengan panik mengobrak-abrik perawatan kulitnya. Mencari sesuatu yang bisa ia gunakan untuk memperbaiki wajahnya. Ia terus mencaci orang-orang yang menyebabkan wajahnya jadi buruk.

Meysa mengalirkan air hangat untuk berendam. Mencampurkan cairan essensi perawatan kulit didalamnya. Ada kelopak mawar segar yang ia pesan beberapa waktu lalu.

Meysa membuka semua pakaiannya dan mulai berendam didalamnya. Aroma mawar dan bercampur susu membuatnya merasa nyaman.

Diwajahnya ada topeng masker dan dua irisan timun yang diletakkan diatas matanya.

Meysa memejamkan matanya untuk menikmati mandi susunya. Mungkin karena kenyamanan air hangat membuat Meysa jadi mengantuk.

Saat terbangun, air sudah dingin. Beruntung hari sudah siang dan itu tidak terasa dingin sekali. Meysa menghabiskan beberapa waktu lagi didalam kamar mandi untuk menerapkan beberapa perawatan kulit pada tubuhnya. Setelah mengeringkan rambut, Meysa keluar dengan hanya memakai handuk kimono pada tubuhnya.

Suasana apartemen sangat sepi, Melalui jendela apartemennya, Meysa dapay melihat matahari bersinar dengan hangat.

Meysa membuka pintu balkonnya, udara diluar terasa hangat lalu ia berjalan keluar. Berdiri didepan balkon ia menghirup kehangatan matahari yang menyenangkan. Meysa merasa ia sudah sangat lama tidak merasakan suasana yang menyegarkan seperti ini. Mengurung diri didalam kamar, membuat Meysa tanpa sadar merindukan sinar matahari yang hangat.

Meysa memutar tubuhnya, seakan ingin menari melepaskan semua kepenatannya. Tapi ketika ia melihat balkon disebelahnya, putaran tubuhnya berhenti. Ia melihat sosok yang akrab didepannya.

"Memey, apa kau menguntit ku?" 

Wajah laki-laki itu masih tetap sama, dengan tanpa ada kehangatan sedikitpun. Sangat kontras dengan hangatnya sinar matahari yang sedang ia rasakan saat ini.

Nathan menatap dingin kearah wanita didepannya. Ia pikir gadis itu akan sedih, tapi tanpa diduga ia melihat Meysa yang seakan-akan riang tanpa kesedihan sedikitpun.

"Aku tidak." Meysa tanpa sadar menggelengkan kepalanya dengan cepat.

Meysa tertegun melihat Nathan yang dengan mudah melompat pagar pembatas. Bagaimana bisa ia tidak akan jatuh cinta dengan laki-laki itu, Nathan adalah orang yang sangat tampan. Meysa tidak kekurangan laki-laki tampan, tapi ia selalu jatuh cinta dengan Nathan berulang-ulang kali. Nathan adalah magnet yang membuat hatinya terus bergetar tidak perduli betapa banyak laki-laki itu menyakitinya.

Nathan melompat dengan lompatan yang cantik. Nathan berdiri didepan Meysa dengan tatapan yang sangat menakutkan. Tanpa sadar Meysa sedikit menggigil. 

Apa orang itu akan membunuhnya?

Meysa diam-diam melihat ketinggian lantai. Mereka saat ini sedang berada di lantai atas. Tidak lucu bukan jika ia mati dilempar oleh Nathan dari ketinggian mereka saat ini.

"Apa kau mencoba menggodaku?"

Suara yang dingin dan sangat magnetik, menggelitik telinga Meysa.

Meysa merasakan dagunya dingin oleh jari-jari Nathan. Nathan memaksa Meysa untuk berhadapan langsung dengan wajah dinginnya. Seakan-akan Nathan mencari sesuatu dari mata cantik didepannya. Kemudian mata Nathan turun, alis tampannya tiba-tiba berkerut. 

Meysa merasakan sesuatu yang salah pada pandangan orang didepannya. Sedetik kemudian ia baru sadar, kemana tatapan Nathan saat ini.

"Kak Athan, sudah puaskah anda melihatnya?"

Suara Meysa terdengar rendah dan menahan untuk tidak berteriak marah.

Saat ini, Meysa menahan untuk tidak mendorong laki-laki didepannya. Meysa hanya memakai handuk kimono tanpa ada pakaian dalam pada tubuhnya. Bagaimanapun juga Nathan sedang amnesia, Meysa yakin Nathan tidak akan tertarik dengan tubuhnya. Nathan selalu menganggap tubuhnya menjijikan. Memikirkan itu semua, Meysa sedikit lebih tenang.

"Memey, kau sangat menjijikkan. Mengapa kau tidak memakai pakaian dalam? Apa kau ingin merayuku lagi, seperti yang pernah kau lakukan enam belas tahun lalu."

Meysa merasakan tatapan tajam seperti belati yang menusuk tubuhnya. Gunung es didepannya tampak ingin meledak. Tapi Bagaimanapun juga Meysa masih tetap bersikap tenang. Karena Meysa mempunyai keyakinan, Nathan tidak akan pernah menyentuhnya.

"Anda tidak dalam pengaruh obat. Saya yakin, jika saya telanjangpun, anda pasti tidak tertarik dengan tubuh saya."

Meysa memprovokasi Nathan dengan sangat berani. Telunjuk jarinya bermain-main di dada Nathan, membentuk lingkaran.

Meysa ingin menggoda Nathan sedikit. Membuat Nathan marah akan membuat Meysa lebih baik. Karena Nathan ia sangat menderita.

Nathan melirik jari ramping itu yang sedang bermain-main dengan cerobohnya.

"Memey, jangan bermain-main lagi!"

Nathan mengunci tangan nakal itu. Berdiri dengan jarak sangat dekat dengan wanita itu, Nathan dapat mencium aroma susu dan mawar pada tubuh Meysa. Aroma itu diam-diam mengganggu rasionalitas Nathan secara tidak langsung. Dan tanpa sadar Nathan mengencangkan kekuatannya pada tangan Meysa.

Meysa merasakan jarinya hampir patah, karena tekanan yang kuat dari pihak lawan. 

"Baik, aku tidak akan bermain-main lagi. Lepaskan aku!"

Apakah dia ingin menghancurkan tangannya?

Orang didepannya memang sangat kejam!

Meysa mengutuk Nathan didalam hatinya.

Meysa tidak ada pilihan lain selain mundur saat ini. Jika ia terus memprovokasi Nathan, ia tidak bisa membayangkan apa yang akan terjadi dengan kehidupannya dimasa depan. Orang ini pasti dengan mudah menghancurkannya.

Meysa merasakan cengkraman pada tangannya sedikit melonggar, dengan itu ia dengan mudah membebaskan tangannya.

"Minggir! Aku akan pergi!"

Meysa mendorong tubuh Nathan, yang sejak awal berdekatan dengannya. Aroma hormon laki-lakinya memang sangat menggoda. Tapi, Meysa tidak berniat untuk memakan Nathan yang kejam saat ini.

Nathan mundur, untuk memberikan jalan pada Meysa. Tapi tanpa diduga, Meysa yang ingin pergi, ternyata sandalnya selip, yang membuat wanita itu kehilangan kesabarannya. Meysa tanpa sadar menarik tangan Nathan dan salah satu kakinya tanpa sengaja menjegal Nathan dengan kuat. Nathan yang tidak mempunyai persiapan, tidak bisa menahan gravitasi bumi, yang membuat tubuhnya dan Meysa jatuh bersamaan.

Saat ini, Meysa jatuh diatas lantai dan tubuhnya sangat sakit. Berbeda dengan Nathan yang posisinya berada diatasnya, laki-laki itu dapat menopang tubuhnya dengan tangannya, untuk menghindari tubuhnya yang besar jatuh diatas tubuh Meysa.

Tapi saat Meysa melihat wajah Nathan, sepertinya ada sesuatu yang salah dengan warna wajahnya. Wajah Nathan saat ini sangat gelap dan sepertinya menahan sesuatu.

Meysa merasakan tubuh atasnya terasa sejuk. Dan saat itulah Meysa baru sadar, jika tali handuknya telah lepas dari ikatannya dan mengungkapkan isi didalamnya. Sudah terlambat bagi Meysa untuk menutupi dua bakpao indahnya. Nathan pasti  sudah terlanjur melihatnya.

"Memey, bukankah aku sudah memperingatkan mu berkali-kali? Jangan mencoba memprovokasi ku!"

Meysa dapat mendengar suara Nathan yang rendah tapi membawa gunung gletser bersamanya.

Tanpa sadar Meysa menelan ludahnya. Ia yakin sesuatu yang tidak baik akan datang kepadanya cepat atau lambat. Dengan gemetaran ia memperbaiki handuknya untuk menutupi semuanya.

"Kak Athan, tidak bisakah kita berbicara baik-baik?"

Meysa mendengar Nathan yang tertawa rendah dengan sangat mengerikan. Meysa yakin ia sudah membangunkan raja neraka saat ini.

"Memey, kau tahu aku tidak mempunyai sedikit kesabaran. Tapi, kamu terus membuat masalah denganku."

Nathan membisikkan semuanya pada telinga Meysa, yang membuat tubuh Meysa bergidik ngeri.

"Kak Athan, aku tahu aku salah. Aku mohon lepaskan aku! Aku berjanji..."

Meysa sangat menyedihkan saat ini, tapi Nathan mengabaikan semuanya.

"Tidak, Memey. Kau harus diberi pelajaran. Jika tidak, kau tidak akan mempunyai efek jera."

Meysa merasakan Nathan menggigit lehernya dan saat itulah ia merasa Nathan ingin memakannya hidup-hidup. 

Saat Meysa sadar ia sebagai kelinci kecil yang akan dimangsa oleh serigala besar, tiba-tiba Meysa merasakan tubuhnya melayang.

Pikiran Meysa sudah kacau dan sangat ketakutan.

"Tidak, apa yang ingin kau lakukan? Lepaskan aku!"

Nathan melihat Meysa yang terus meronta-ronta, menyunggingkan bibirnya dan mengejek Meysa.

"Bukankah ini yang kau inginkan? Aku akan mengabulkannya untukmu."

"Tidak!"

Meysa terus berteriak dan menangis.

Terdengar suara pintu yang terbanting tertutup dengan keras. Didalam sebuah kamar itu, Nathan benar-benar menghukum Meysa dengan kejam. Isolasi didalam ruangan sangat baik, dan dunia luar tidak akan bisa mendengar keasyikan didalam ruangan itu.









Nb:
Penulis sebenarnya ingin posting cerita ini sejak lama. Tapi entah mengapa, penulis sedikit takut...

Semoga kalian menikmatinya...

Continue Reading

You'll Also Like

1.7M 55.1K 69
Cinta atau Obsesi? Siapa sangka, Kebaikan dan ketulusan hati, ternyata malah mengantarkannya pada gerbang kesengsaraan, dan harus terjebak Di dalam n...
1.2M 76.9K 35
"Di tempat ini, anggap kita bukan siapa-siapa. Jangan banyak tingkah." -Hilario Jarvis Zachary Jika Bumi ini adalah planet Mars, maka seluruh kepelik...
2.3M 28.2K 28
"Lebarkan kakimu di atas mejaku! Aku ingin melihat semua yang menjadi hakku untuk dinikmati!" desis seorang pemuda dengan wajah buas. "Jika aku meny...
374K 9K 61
bagaimana kalau hidup kamu yang awal nya bahagia dengan pekerjaan itu, malahan menjadi petaka untuk kamu sendiri. Pernikahan paksa akibat sebuah jeba...