3 Big Baby

By Tinales265

151K 9.8K 611

Aisyah terpaksa bekerja di keluarga Brama, pria paruh baya yang ternyata teman lama ayahnya dulu. Bekerja men... More

Prolog
[1] Kerja?
[2] Drama pagi hari
[3] Kentut
[4] Takut
[5] Tuduhan centil
[6] Beautiful
[7] Si pikun dan dua serigala
[8] Makan malam
[10] Kehujanan
[11] Ingus sang penyelamat
[12] Keributan tiga bersaudara
[13] Bocak Freak
[14] Mules
[15] Karena video call
[16] Jefri kw
[17] Sendal Melayang
[18]
Datangnya tante girang

[9] Dorong mobil

5.8K 453 12
By Tinales265

Setelah diberi izin malam tadi, hari ini Aisyah pergi ke rumah ibunya. Sesampainya di sana, wajahnya mendadak panik saat pintu rumahnya tertutup rapat dengan tulisan yang menempel pada pintu itu.

Rumah ini dijual
Bagi yang minat hubungi 0832791028

Banyak pernyataan dibenaknya. Apa yang terjadi? Kenapa ibunya menjual rumah peninggalan almarhum ayahnya? Lantas ibunya tinggal dimana jika rumah ini di jual? Apa ibunya tidak punya uang sepeser pun hingga menjual rumah peninggalan sang ayah?

Aisyah terus menerka-nerka, hingga akhirnya kenangan dulu seakan terputar kembali. Kenangan saat ia masih SD duduk berdua dengan sang ayah di teras depan rumah sambil menyaksikan bintang ditengah malam.

"Nak, kamu suka gak sama bintang?"

"Enggak, soalnya bintangnya kecil gak kelihatan jelas."

"Terus kamu suka sama apanya dong?"

"Yang aku suka sama ayah yang bersinar melebihi bintang diatas dong, ayah kan pahlawan aku."

"Kalau kamu suka ayah, kamu juga harus suka bintang. Jika suatu saat nanti ayah meninggal, kamu harus tetap melihat bintang-bintang itu. Karena ayah ada di antara mereka."

"Gitu ya? Harus banget gitu?"

"Iya dong."

"Ya udah aku bakal lihat bintang. Tapi lihatnya mau bareng ayah aja, kalau gak ada ayah gak asik dong lihatinnya."

"Hei, Aisyah!" Jerit seorang perempuan yang membuyarkan lamunan Aisyah.

"Hah? Siapa ya?" tanya Aisyah bingung.

"Ya ampun, lo lupa sama gue? Sumpah parah ya lu?!" Cewek itu menatap Aisyah kesal.

"Emang kamu siapa?" tanya Aisyah lagi.

"Gue sahabat lo waktu kecil, gue Safira yang pernah tinggal di daerah ini dan pindah gara-gara bokap gue pindah kerja."

"Oh, Safira. Aduh gue hampir lupa, habisnya wajah lo sama yang dulu beda banget. Dulu wajah lo itu banyak ingusnya, sampe baju yang lo pake aja basah bau ingus! Eh, sekarang udah glowing simering kinclong kek lantai baru dipel."

"Eh, shut! Jangan buka kartu gue, malu tahu."

"Eh, Fir. Emang lo udah pindah lagi ke rumah dulu?"

"Iya, kemana aja lu baru tahu?"

"Gue kerja."

"Dimana? Berarti lo gak lanjut kuliah dong?"

"Iya, gue kerja di keluarga Pak Brama. Naasnya gue di sana kerja ngurus tiga cowok yang umurnya lebih tua dari gue tahu."

"Nah, emang kenapa? Jangan bilang lo ngurus kakek-kakek di panti jompo?"

"Enak aja, enggak juga kali. Maksudnya lebih tua itu dalam artian umurnya lebih tua dari gue. Bukan gue ngurus kakek-kakek."

"Oh, eh Syah. Ngomong-ngomong ibu lo kemana kok kemarin kayak pindah gitu, pada akut barang-barang?"

"Gue juga gak tahu, soalnya tadi gue kesini niatnya mau ketemu ibu. Eh, tahunya udah gak ada orang. Dan ada tulisan itu!"

"Emang ibu lo gak ngasih kabar gitu?"

"Nggak. Boro-boro ngasih kabar, kalau lihat gue aja ibu jadi kayak benci gitu. Setelah ayah meninggal ibu tuh jadi bener-bener beda tahu gak?"

"Beda kayak gimana? Jadi Ultraman?"

"Bukan tapi dia jadi selalu ketus sama gue. Kalau marah-marah emang dari dulu ya tapi gak separah sekarang."

"Yang sabar ya, hidup tuh emang berat!"

"Gue ceritain ke lo karena gue gak punya teman curhat, kadang gue pengen ibu masih ada disisi gue dengerin keluh kesah gue. Padahal disini setelah kepergian ayah bukan ibu doang yang sedih, gue juga."

"Iya gak pa-pa... Kalo lo butuh temen lo tinggal kesini aja gue sipa kok jadi pendengar baik lo!"

Aisyah mengangguk, "eh btw Fir, kamu punya handphone gak?"

"Punya, emang kenapa?"

"Boleh pinjam gak, buat ngehubungi ibu gue?"

"Nih." Aisyah menerima handphone itu dan langsung mengetikkan nomor telepon yang ada di tempelan kertas di pintu rumahnya.

Via telp

"Hallo, ada yang bisa saya bantu?" tanya seorang wanita paruh baya di sebrang sana.

"Bu, ini aku Aisyah," jawab Aisyah semangat.

"Mau ngapain kamu telpon saya?"

"Bu, Aisyah kangen sama ibu, dan terus kenapa rumah kita mau di jual?"

"Bukan urusan kamu, sana kerja lagi nanti kamu dipecat ibu yang repot."

"Bu, aku mau ikut ibu ya, aku gak mau pisah sama ibu. Aku bakal ngomong ke pak Brama keluar kerja terus ikut ibu, ya Bu?"

"Kamu jangan berani-berani keluar dari pekerjaan kamu ya! Ibu susah-susah daftarin kamu kerja dirumah orang kaya, eh kamu malah pengen sia-siain. Kamu tuh udah gede jangan manja deh! Inget kalau kamu berani keluar atau gak mau lagi kerja di rumah tuan Brama, ibu pastikan kamu enggak akan ibu akui sebagai anak lagi."

Tut

Sambungan terputus secara sepihak. Tanpa bisa dicegah air matanya mengalir, dia terduduk diteras depan rumah sambil terisak. Safira yang melihat itu pun menatapnya iba, sesekali dia mengusap punggungnya.

"Yang sabar ya, Syah. Gue ngerti kok kondisi lo, jangan sedih lagi dong, masa Aisyah yang dulu gue kenal kuat jadi cengeng sih?" Safira memeluk Aisyah sambil terkekeh.

"Makasih ya Fir, lo emang sahabat pengertian, padahal kita udah gak ketemu lama banget lho."

"Santai aja, kan seorang sahabat harus saling memahami dan mengerti. Jangan mau manfaatin doang, ya gak?"

"Iya, lo bener Fir. Thank's sekali lagi."

"Iya sama-sama."

•••

Ari berhenti dipinggir jalan, karena mobilnya mogok Dan lagi, jarak ke rumah masih lumayan jauh untuk ditempuh.

Cowok itu keluar dari mobil, dan berjalan ke pinggir trotoar untuk menghubungi montir atau orang rumah yang bisa membenarkan mobilnya.

Namun belum sempat menelpon, tiba-tiba kepalanya terasa sakit, karena ada sebuah batu krikil yang mental ke arahnya. Cowok itu menggeram kesal seraya mengusap kepalanya yang sakit.

"Woy, siapa sih yang numpuk pala gue pake krikil?!" teriaknya.

Dari jauh sana, Aisyah sang pelaku mendadak panik ditempat kala sang korban berteriak karena ulahnya.

Singkat cerita, awalnya Aisyah sedang berjalan, karena kesal meratapi hidupnya yang tanpa arah galau gara-gara sang ibu yang entah dimana adanya. Hingga dia dengan sengaja menendang-nendang batu krikil bahkan sampai melempar batu krikil yang ia pegang ke sembarang arah hingga tepat pada cowok gebleg macam Ari.

"Aisyah! Sini lu! Pasti lo kan yang numpuk pala gue, pake batu krikil Segede gini?!" teriaknya.

Aisyah mendekat, lalu menatap Ari dengan tatapan polos seolah tak punya dosa.

Dari pada diomelin mending gue bohong aja dah! Ucapnya dalam hati.


"Kenapa, ada apa?"

Rasanya saat ini Ari ingin mencubit, menguyel-nguyel pipi Aisyah saking gemasnya. Apalagi saat melihat ekspresi cewek itu.

"Sengaja kan lo lempar krikil ke kepala gue?"

"Hah? Kapan?"

"Barusan! Ngaku gak lo! Gak usah masang tampang gak berdosa deh lu!"

"Lah, emang saya orang suci jadi gak berdosa emang situ?!"

"Kok lu nyolot sih sama majikan?"

"Lah emang saya pikirin? Enggak kali!"

"Minta maaf lu sekarang juga sama gue!"

"Gak makasih!"

"Minta maaf atau gue laporin lu ke bokap gue biar dipecat mampus lu!"

Seketika wajah songongnya berubah menjadi panik kala Ari mengancamnya.

"Ya udah iya iya saya minta maaf saya salah."

"Nah gitu dong, sekarang lo benerin mobil gue, nih mobil mogok!"

"Lah, saya kan gak bisa utak-atik mobil emang saya montir apa?!"

"Oh kalau gak bisa lu bantu dorong aja mobil gue sampai ke rumah gak pakai bantahan, ini perintah bukan penawaran!"

"Lah kok gitu sih? Ini namanya tindak kekerasan terhadap pembantu ya! Ini semacam kerja rodi!"

"Alasan lo gak logis dan gak bermutu, disini gue gaji lu bukan maksa lu tanpa bayaran!"

"Tapi saya digaji sama pak Brama bukan kak Ari!"

"Duit orangtua ya duit anak juga dong, berarti itu sama aja duit gue! Udah cepet buruan dorong gue pengen mandi nih gerah!"


"Aduh gak lihat apa badan saya segede gini disuruh dorong mobil segede gitu? Bisa pingsan saya," balas Aisyah.

"Buruan deh gak usah ngeluh. Lo dorong dari belakang, biar gue masuk ke dalam mobil. Silahkan mengerjakan perintah dari anak sultan!" ucap Ari seraya masuk ke dalam mobilnya.

"Ih, sebel banget sih. Udah gak ketemu ibu, pulang jalan kaki, terus di suruh dorong mobil sampai rumah ni orang, mana kuat gue?!"

Dengan sangat amat terpaksa Aisyah mendorong mobil itu dengan sekuat tenaga, sedikit demi sedikit mobil itu mula melaju akibat dorongan Aisyah. Tenaganya memang tak seberapa, bahkan mobilnya hanya terdorong sedikit-sedikit saja.

Di dalam mobil, Ari tersenyum bahagia melihat penderitaan Aisyah. Cewek itu nampak kelelahan saat mendorong mobil, dapat Ari lihat dari kaca mobil belakang.

Setelah mendorong mobil sekitar setengah jam, akhirnya mobil milik Ari menyala dan Aisyah yang sedang mendorong otomatis jatuh tersungkur gara-gara mobil itu tiba-tiba melaju dengan cepat.

Peluh keringat membasahi wajah dan badannya. Wajahnya yang putih mendadak pucat pasi, bibir yang biasanya berwarna merah alami kini tak kalah pucatnya.

"Astaghfirullah, capek banget sih," gumam Aisyah.

Sumpah gue capek banget, mau bangun aja lemes, apalagi pulang ke rumah. Dasar si Ari kurang asem, awas aja bakal gue bales! Batin Aisyah.

Continue Reading

You'll Also Like

548K 58.5K 24
Karmina Adhikari, pegawai korporat yang tengah asyik membaca komik kesukaannya, harus mengalami kejadian tragis karena handphonenya dijambret dan ia...
7M 345K 75
"Baju lo kebuka banget. Nggak sekalian jual diri?" "Udah. Papi lo pelanggannya. HAHAHA." "Anjing!" "Nanti lo pura-pura kaget aja kalau besok gue...
2.9M 23.2K 45
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
477K 32.9K 31
Semua orang mengira Saka Aryaatmaja mencintai Juni Rania Tanaka, namun nyatanya itu kekeliruan besar. Saka tidak pernah mencintai Rania, namun menola...