DEV[k]ILL [M] ✔️

By khinanti

28.4K 2.4K 8.4K

🔞 M A T U R E🔸C O N T E N T 🔞 [Completed] "Berikan hidupmu dan jadilah Milikku" Pernahkah kita sekali berf... More

Circumstances
I. Serendipity
II. Enigma
III. Assistance
IV. Stupefy [M]
V. Perplexed
VI. Fall apart
TEASER 🎥
VII. Latent.
VIII. Persona
IX. Evidence
X. Oppa.
Xl. Joseon
XII. Unexpected arrival
XIII. Sweat Pea
XIV. The Devil
XV. Who I Am
XVI. Remorse
XVII. Let You Go
XVIII. Desolate
XIX. The Devil's Trick
XX. Jeju Island 🔞
XXI. Stipulation
XXII. The Wedding
XXIV. Snare
XXV. Obfuscate
XXVI. Klise.
XXVII. Sooth.
XXVIII. Destiny 🔞
XXIX. Beautiful and Paintful.
XXX. (End) Blood, Sweat and Tears 🔞
Epilogue
Bonus Chapter 🔞

XXIII. Wretched

271 41 129
By khinanti

Pembaca yang bijak bakalan tau cara menghargai karya orang.

Yok bisa yok, cuma pencet si Patrick aja kok. Ga bayar 😊

Mungkin inilah waktunya aku harus kembali berkorban untuk kebaikanmu dibalik kekecewaanmu padaku.



Dua hari berlalu begitu saja, angin pagi yang berhembus lembut sedikit membuat tubuh Min jae gemetar. Walaupun coat dengan warna beige sudah melekat dengan sempurna membungkus tubuhnya yang berbalut baju turtle neck tebal berwarna hitam.

Di pagi yang dingin ini, mereka harus kembali berkutat dengan serangan rasa kantuk yang masih setia melingkupi mereka, juga angin dingin yang menyeruak bebas ingin masuk lewat sela-sela jendela mobil yang membawa mereka ke tempat tujuan.

Taehyung bilang, bahwa tugasnya harus segera diselesaikan hari ini. Karna perusahaan yang mempekerjakannya sudah harus mengambil alih untuk segera di proses untuk penerbitan iklan produknya. Deadline yang diberikan sudah tinggal menghitung hari, maka dengan itu Taehyung harus segera bergegas.

Menyusahkan memang. Padahal dia bisa saja berleha-leha tanpa memerlukan pekerjaan di hidupnya.

"Jae, tempatku bekerja dekat dengan tempat dimana Jimin bekerja juga" Taehyung sedikit melirik lewat ekor matanya, melihat tanggapan Min jae. Yang nyatanya hanya mengangguk dan diam "kau mau bertemu dengannya? Yunki pasti tidak ada disana, kau bisa menemuinya saat aku menyerahkan beberapa file ke tempat kerjaku"

Min jae melirik bingung, memilih dan memilah mana keputusan yang harus dia pilih. Jika boleh jujur, tentu saja Min jae menginginkan untuk bertemu Jimin. Dia masih menginginkan Jiminnya.

"Tidak usah menjawab, aku sudah tau" Taehyung tersenyum, tatapannya menatap lurus ke arah jalan "aku akan mengantarmu, jangan sungkan. Aku disini memang seseorang yang sudah ditugaskan hanya untuk membuat kalian bersatu. Bukan untuk memilikimu"

Wah, gila memang.

Bagaimana bisa Taehyung berbicara seperti itu. Bukankah itu sama saja dengan dia benar-benar mengibarkan bendera putih sebelum berjuang melawan takdirnya. Atau mungkin hatinya.

"Tae, kita mampir dulu di supermarket ya? Aku mau membelikan Jimin makan."

Min jae sengaja mengalihkan semua pembicaraan yang menjurus ke arah canggung yang akan merusak suasana. Dan untung saja, Taehyung hanya membalas dengan anggukan tanpa protes atau balas bicara.

Minimarket tepat di persimpangan jalan menuju Seoul memang tempat terbaik untuk belanja. Disana juga banyak menjual berbagai buah tangan, mungkin untuk berbagai turis. Didalam juga ada Odeng yang masih mengepul juga bungeoppang yang terlihat lezat dan hangat dimakan dicuaca dingin ini.

Jangan salahkan Min jae jika dia tertarik untuk mengambil semua santapan yang lezat di depan matanya, karna memang dia dan Taehyung belum sarapan.

"Bagaimana jika kita sarapan? Nanti aku akan membungkus Odeng dan Bungeoppang untuk Jimin setelah kita selesai sarapan?" Kata Min jae dengan beberapa cup dan dua telur yang masih ada di dalam tempatnya menghampiri Taehyung yang sedang duduk menunggu Min jae. "Aku membeli ini untuk sarapan, ada nasi bento juga kalau kau mau"

Taehyung yang memang sudah lapar juga hanya bisa menelan ludah dalam-dalam melihat cup ramen yang bahkan belum diseduh, lalu mengangguk setuju.

"Aishh... Jangan hanya mengangguk, bantu aku. Ini berat" baiklah, Taehyung bahkan langsung bergegas bangun mengambil beberapa cup yang sepertinya ramen. Min jae membawa tiga cup dengan merk yang berbeda "jadi, mau ramen apa bento?" Tanya Min jae lagi karena Taehyung bahkan tidak menjawab.

"Aku mau ramen, salah satu yang kau bawa juga tidak apa"

Min jae bahkan langsung berbalik ketika dia hendak mengambil minuman di kulkas "siapa bilang itu untuk kita? Lihat saja, itu isinya Ramen, Tteok dan Kimci. Bukan ramen semua. Jadi itu semua milikku"

Tae hanya bisa diam, sedikit tersenyum ketika Min jae melenggang pergi setelah mengambil minuman kaleng di dalam kulkas. Taehyung senang, entah kenapa itu terlihat menggemaskan. Ternyata wanita jika sudah urusan makan, sedih juga bukan masalah untuknya.

Maka saat itu juga Taehyung mengambil keranjang belanja dan menaruh beberapa makanan yang dia inginkan untuk masuk kedalam perutnya. Wah tidak sabar rasanya.

Disana mereka menyantap dengan penuh rasa bahagia juga senang. Apalagi jika bukan makanan yang lezat mengalir begitu saja masuk kedalam perut mereka yang kosong itu. Karna nyatanya, bersedih itu membuang tenaga.

☆゚.*・。゚✧゚.*・。゚☆

Disinilah mereka berada, sebuah coffe shop dengan desain yang simpel tapi berkelas dengan jelas terlihat mengagumkan untuk sekedar disambangi dan menikmati segelas kopi panas juga beberapa dessert manis yang akan membuat perasaan para pengunjung yang menyambangi tempat ini kemungkinan nyaman dan tenang.

"Mau aku temani atau kau mau masuk sendiri?" Tanya Taehyung dengan wajahnya yang menyembul keluar dari kaca jendela mobilnya, melihat Min jae yang sedang mengamati toko itu penuh pancaran bahagia.

Seperti sepasang kekasih yang sudah lama tak bertemu, dan akhirnya dipertemukan.

Min jae menggeleng, tangannya meremat bungkusan yang terasa masih hangat di genggamannya "aku masuk sendiri saja tae, bukannya kau harus cepat ke kantor?"

"Ah baiklah, aku berangkat. Jangan lupa hubungi aku jika terjadi sesuatu. Aku berangkat ya" Taehyung tersenyum dan segera melaju ketika anggukan dari Min jae diterima.

Min jae bahkan masih saja diam, senyum terlukis indah di bibir manisnya. Seakan tidak lagi sabar untuk kembali menyapa sang kekasih, juga ingin mengetahui kabarnya.

Min jae bahkan terlalu bersemangat akan hari yang dia tunggu-tunggu ini menemui sang kekasih, hingga mengabaikan kemungkinan yang bisa saja menghancurkan hatinya dengan kemungkinan yang tidak terduga.

Tepat saat tangannya mengayun membuka pintu coffe shop tempat Jimin bekerja, matanya menangkap sosok Jimin yang dengan lihainya menyiapkan satu cup coffe yang mungkin sedang dia hias.

Senyumnya mengembang dengan indah, sama seperti biasa dia selalu terbitkan untuk mengisi hari-harinya yang bahkan tersimpan penuh luka di baliknya.

Tapi ketika tungkai Min jae melangkah mendekat, dengan cepat juga kedua netranya melihat pergerakan seorang wanita yang mengenakan pakaian persis seperti yang Jimin pakai disana. Melingkarkan tangannya di pinggang Jimin dengan manjanya.

Bahkan Jimin hanya diam, tidak membalas juga tidak menolak.

Jimin tidak melihat kehadirannya, Jimin tidak melihat betapa hancurnya hati Min jae untuk kesekian kalinya terpaku melihat kemesraan sang kasih dengan wanita yang berbeda.

Jimin bahkan tidak tau betapa menyakitkan hatinya yang tadinya bahagia bisa menemuinya tanpa ada sang kakak, sekarang dihancurkan begitu saja. Segala denyutan pilu di seluruh tubuhnya membuktikan betapa indahnya rasa sakit menyerangnya dengan hebat.

Apalagi melihat sang wanita bersandar nyaman di punggung Jimin, matanya bahkan melihat ke arah Min jae penuh kemenangan. Dengan segaris senyum yang terhias picik.

"Lihatlah, pembantumu bahkan membawakanmu makanan untuk majikannya ke tempat kerjanya dengan sukarela" wanita itu bersuara dengan lantang, ketika kantung berisi makanan yang Min jae bawa jatuh begitu saja memperlihatkan isinya.

Sebuah Bungeoppang dibungkus dalam paperbag yang kini keluar dari tempatnya juga bungkusan Odeng dengan kuahnya yang sengaja dimasukan di dalam plastik dan susu coklat yang Jimin suka.

Membuat Jimin mengalihkan atensinya pada sesosok yang sedang di deskripsikan oleh wanita di belakangnya. Tangannya menghentak kasar agar lilitan tangan wanita itu lepas, tapi begitu saja kembali diraih.

"Kau hanya untukku, dan tidak akan bisa lagi menjadi miliknya"

Jimin mengerang, ketika wanita itu bahkan mencekal tangannya dengan kencang. Mengalahkan tenaganya sebagai pria, juga Min jae yang masih terpaku diam dengan lehernya yang mendongak ke atas. Seperti sedang dicekik.

Anehnya, suasana cafe begitu saja menggelap. Tiada siapapun disana, bahkan bangku-bangku disana terlihat tak berpenghuni.

"Lakukan apa yang harus kau lakukan Jimin"

Tatapan Jimin yang semula penuh emosi kini mulai sendu. Munduk, membiarkan buliran air matanya jatuh dengan hebatnya bersamaan dengan hatinya yang sudah jatuh berkeping-keping.

Dengan leganya Min jae langsung jatuh tersungkur saat lilitan di sekitar lehernya hilang. Hampir saja dirinya kehilangan kesadarannya akibat oksigen yang tidak cukup memenuhi kebutuhan yang seharusnya dia hirup di menit-menit terakhir hampir hilangnya kesadarannya.

Terbatuk sambil menyentuh lehernya yang terasa sakit, seakan abai akan perih yang mengikis hatinya. Dia sedang tersiksa akan jeratan yang tadi hampir membunuhnya.

Entah mengapa, satu cahaya putih dengan kilatan menyilaukan mata tiba-tiba datang ditengah-tengah hawa intimidasi mendalam diantara mereka bertiga. Cahaya itu meredup dan menyisakan sesosok pria yang  membelakangi Min jae.

"Ada pahlawan rupanya" ucap wanita yang kini ada di depan Jimin yang hanya menunduk pasrah.

Pria itu terkekeh kecil sambil menyisakan decihan remeh "kau ingin menganggapku pahlawan? Boleh saja" pria itu mendekat, hanya satu langkah "tapi saat ini aku bisa menjadi malaikat maut yang siap mengantarkanmu ke neraka yang bahkan tidak bisa menyelamatkanmu lagi. Mau?"

Tidak terlihat gentar, wanita itu bahkan menyilangkan tangannya. Terkesan angkuh dan percaya diri "siapapun kau, ini urusanku. Kalian tidak berhak sedikitpun mengambil apa yang sudah aku miliki. Termasuk pria ini"

"Jim, k-kenapa ini semua bisa terjadi? Kau mencintaiku kan Jim? Kau berjanji untuk terus bersamaku Jim tapi ken- aaagghh"

Entah kenapa, lilitan itu mulai terasa lagi melingkar dengan sangat kuat di leher mulus Min jae.

Tapi detik ketiga semua kembali terlepas, dengan terlemparnya wanita di depan sana. Walaupun sempat terjatuh, tapi akhirnya wanita itu kembali bangkit. "sekarang biar Jimin yang memutuskan, dan jangan sekalipun ada yang menentang apa yang sudah diucapkan lelaki ini setelah apa yang sudah dia putuskan"

Jimin menunduk, seakan tidak kuasa untuk sekedar mendongakkan wajahnya bahkan mengedarkan pandangannya saja dia rasa tidak mampu. "Jae-ah... Ini akhir kita. Kita memang tidak bisa bersama, kau milik Taehyung dan aku akan bahagia bersama wanita pilihanku juga anak yang sedang berkembang di dalam rahimnya" lirih Jimin.

Terkesan seperti lelucon. Atau bahkan hanya ucapan berupa halusinasi karna dirinya baru saja hampir dua kali terbunuh. Min jae masih diam. Menangkan hatinya yang kembali tersayat, tidak lagi memperdulikan perih di sekitaran lehernya.

"Kau mendengarnya atau pura-pura tuli nona?" Wanita itu kembali bersuara, dari nadanya terkesan sekali penuh penekanan akan keangkuhan yang besar.

Min jae menggeleng lemah, berusaha tidak membiarkan berbagai suara masuk kedalam rungunya. Bahkan biarkan saja dia pingsan atau pergi menjauh dari sini. Menganggap semua hanya sekedar mimpi.

"Jae-ah"

Jimin kembali bersuara, sekarang arah pandangnya berani melihat ke arah Min jae yang sedang membekap kedua telinganya dengan gelengan lemah dan air mata yang tumpah.

"Kau harus perg-"

"Cukup Jim, Cukup..." Intonasi suara Min jae terdengar keras tapi lemah.

Bahkan isakan dari suara Min jae jadi pengiring sepi dan mencekamnya ruang lingkup tempat ini.

"Pergilah, hanya itu yang kau bisa lakukan"

Jimin kembali bersuara, decit langkah kaki terdengar mengalun menjauh dari tempat itu. Maka saat itu juga Min jae mendongak, mencari Jimin yang nyatanya sudah pergi menjauh dari tempat itu bersama wanita yang sejak tadi bersamanya, dia tepat ada disamping Jimin.

"Jimin-ah..."

Min jae hanya bisa mengalunkan suaranya lemah, tidak berniat membuat keributan saat suasana coffe shop yang tadi sepi sudah kembali ramai. Bahkan pria yang tadi menolongnya dari maut pun sudah menghilang. Menyisakan dirinya yang bersimpuh dilantai dan beberapa orang yang memperhatikannya.

Tapi tepukan kecil di belakangnya menyadarkannya pada kekalutan yang melingkupi dirinya.

"Jae, kenapa kau bisa ada disini?"

Menoleh, memastikan apa suara yang dia dengar adalah milik sahabat kecilnya. Namjoon. Dia ada disana. Tersenyum dengan lesung pipinya yang menekuk dalam di kedua pipinya.

Menerima uluran tangan Namjoon mungkin salah satu hal yang perlu dia lakukan saat ini, apalagi mengingat wajah tidak menyenangkan dari beberapa orang disana yang melihatnya dengan tatapan penuh selidik.

☆゚.*・。゚✧゚.*・。゚☆

Bukan tidak ingin mengabari Taehyung, tapi apa dia masih pantas berkeluh kesah pada seseorang yang jelas tidak menyukai dirinya ketika menangis. Terlebih tangisnya ini adalah untuk seseorang yang dipercaya Taehyung untuk menjaga hati Min jae. Itu sangat tidak mungkin.

Min jae juga takut, takut Taehyung nekat berbuat sesuatu.

"Kenapa kamu bersimpuh dan menangis di dalam coffe shop itu?" Namjoon membuka suara, setelah memberi coklat panas yang baru dia beli di kedai dekat taman yang saat ini mereka sambangi.

Min jae meneguk pelan coklat panas yang mampu menghangatkan tubuhnya itu, lalu mengedarkan pandangannya pada Namjoon yang hanya menatap lurus pepohonan di depannya "seharusnya aku yang bertanya, bagaimana bisa kau selalu ada ditempat saat aku merasakan ancaman"

Namjoon beralih, menatap Min jae dengan senyum tipisnya dan hembusan nafas beratnya "memang kenapa? Apa itu sebuah kesalahan?" Min jae sejenak diam, tetap menilik gelagat Namjoon "kebetulan pemilik coffe shop itu adalah tem-"

"Siapa kau sebenarnya Oppa?" Tanya Min jae tegas, dengan tatapan sulit diartikan.

Namjoon menaruh coklat panas miliknya, menarik nafas sebelum terkekeh kecil "memang hal apa yang kau curigai dariku? Bukankah kita berteman sejak kecil? Apa ada keanehan dariku?"

"Jawab aku Oppa"

"Aku temanmu" jawab Namjoon tenang.

Min jae hanya bisa diam, menundukkan wajahnya ketika semua pertanyaan itu bahkan tidak ada jawabannya. Dia yakin, Namjoon salah satu dari apa yang menyangkut hidupnya.

Tapi belum sempat pertanyaan lain keluar, seseorang memanggil namanya. Lalu berdiri tepat dihadapan Min jae.

Entah kenapa Namjoon langsung berdiri, tatapannya penuh tanda tanya pada sosok Seokjin yang sedang menenteng tas kerjanya dengan pakaian rapih membalut tubuhnya.

"Mau apa kau?" Pertanyaan Namjoon itu sontak dibalas oleh kekehan remeh dari Seokjin.

Min jae yang bingung langsung ikut menyela, ini sepertinya tidak bagus.
"Dia Seokjin Oppa, teman dari orang yang menyelamatkanku"

"Dia? Kau mengenalnya?" Tanya Namjoon dengan tatapan bingung, melirik ke arah Min jae dan Seokjin bergantian.

Min jae hanya bisa mengangguk, entah kenapa aura disekitar mereka terasa tidak menyenangkan. Seperti ada sepercik emosi yang melingkupi mereka berdua.

"Taehyung sudah menunggumu" Seokjin meraih pergelangan tangan Min jae, walaupun akhirnya Namjoon menepis.

"Jangan ikut campur urusanku" ucap Seokjin tegas, menarik Min jae untuk berada di belakangnya.

Namjoon berdecih, saat Seokjin bahkan memberikan tatapan tidak biasa padanya "Jae-ah... Sudah kuperingatkan. Berhati-hatilah terhadap setiap orang. Kau harus ingat itu"

Seokjin justru tertawa, entah kenapa tawanya seakan menyimpan banyak rahasia "bahkan dengannya, kau tau sendiri kan Jae. Dia itu seperti penguntit"

Baiklah untuk saat ini, Min jae kembali dilibatkan oleh satu rahasia yang belum tampak. Apa Namjoon dan Seokjin saling mengenal? Kenapa ada aura yang tidak baik diantara mereka sebenarnya.

Selamat menikmati, yok main tebak-tebakan yok sekarang kan udah masuk dikit ke konflik nih.

Siapa tuh cewe yang sama Jimin 💃

Ada apa juga nih antara Namjoon dan Seokjin. Ini pertamakali mereka ketemu loh. Kok kaya ga baik aja gitu hahaha.

Yuk pusing yuk.

Sehat selalu ya buat kalian, BORAHAE 💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜💜

Continue Reading

You'll Also Like

5.3K 716 25
[Warning 18+!] Banyak yang bilang, masa SMA itu adalah masa-masa yang paling menyenangkan, iya, saking menyenangkannya sampai-sampai Kim Hera harus h...
28.8K 2.2K 24
Cuma cerita fiksi❗ -peran utama • Devi (adara) • Afan (gibran) • mala (naura) • rakha (rasya) • eby (irsyat) • violeta (vio) • alifa (j...
4.8K 449 55
TRIGGER WARNING: THIS STORY CONTAINS SCENES THAT DEPICT SEXUAL HARASSMENT, MENTAL ISSUES, AND MORE. VIEWER DISCRETION IS ADVISED!! .... "Kupikir, m...
559K 85K 74
Cocok untuk kamu peminat cerita dengan genre #misteri dan penuh #tekateki, juga berbalut #action serta #scifi yang dilatarbelakangi #balasdendam. Kas...