notre vie | aespa ✔️

By peisinoehina

108K 15.7K 972

Ini tentang aespa, satu dari banyak 'geng' eksis di Hope University. Karina, Giselle, Winda, dan Ningning mun... More

introduction
prolog
satu
dua
tiga
empat
lima
enam
tujuh
delapan
sembilan
sepuluh
sebelas
dua belas
tiga belas
empat belas
lima belas
enam belas
tujuh belas
delapan belas
sembilan belas
dua puluh
dua puluh satu
dua puluh dua
dua puluh tiga
dua puluh empat
dua puluh lima
dua puluh enam
dua puluh tujuh
dua puluh delapan
dua puluh sembilan
tiga puluh
tiga puluh satu
tiga puluh dua
tiga puluh tiga
tiga puluh empat
tiga puluh lima
tiga puluh enam
tiga puluh tujuh
tiga puluh delapan
tiga puluh sembilan
empat puluh
empat puluh satu
empat puluh dua
empat puluh tiga
empat puluh empat
empat puluh lima
empat puluh enam
empat puluh delapan
empat puluh sembilan
lima puluh
special: valentine
lima puluh satu
lima puluh dua
lima puluh tiga
lima puluh empat
lima puluh lima
lima puluh enam
lima puluh tujuh
lima puluh delapan
lima puluh sembilan
enam puluh
enam puluh satu
enam puluh dua
enam puluh tiga
enam puluh empat
enam puluh lima
enam puluh enam
enam puluh tujuh
enam puluh delapan
enam puluh sembilan
tujuh puluh
tujuh puluh satu
tujuh puluh dua
tujuh puluh tiga
tujuh puluh empat
tujuh puluh lima
tujuh puluh enam
tujuh puluh tujuh
tujuh puluh delapan
tujuh puluh sembilan
delapan puluh
delapan puluh satu
delapan puluh dua
delapan puluh tiga
delapan puluh empat
delapan puluh lima
epilog
bonus: their current lives

empat puluh tujuh

774 149 6
By peisinoehina

Netra Karina melebar kala menyadari Tama membawanya ke psikiater. Sebentar! Jangan bilang Tama mengira Karina mengalami gangguan kejiwaan, makanya si gadis di bawa ke sana?

Astaga! Karina masih waras, enggak gila!

"Kak, kok gue lo ajak ke sini? Gue masih waras ya!" tanya Karina yang berlari kecil mengikuti langkah kaki Tama yang begitu cepat.

Tama memilih tidak memedulikan rengekan Karina dan berjalan menuju resepsionis. "Gleen, dokter Dela ada enggak? Masih praktek?" tanya Tama dengan akrab pada petugas di balik meja.

"Eh! Mas Tama! Udah lama enggak main. Ada kok dokter Dela, kebetulan baru aja kosong. Langsung masuk aja ke ruangan dokter di lantai dua. Mas ingat yang mana 'kan?" terang si petugas bernama Gleen tersebut.

Tama kembali menarik Karina, mengajak gadis itu menaiki anak tangga menuju lantai dua dan memasuki salah satu ruangan. "Hai, Del!" sapa Tama pada dokter yang terlihat sibuk di depan komputer.

"Eh?! Astaga, Tam! Lo kalau datang kenapa dadakan sih?! Kaget gue," seru Dela.

Tama mendudukkan Karina di kursi depan meja Dela, baru setelahnya menyusul duduk di samping si gadis. "Penting ini mah! Makanya gue ke sini enggak bilang," ucap Tama.

Dela menoleh ke arah Karina. "Oh?! You bring your fiance? Ya ampun cantik banget! Sayang banget lo enggak ngundang gue pas pertunangan," ucap Dela.

"Lo lagi di Singapura jugaan waktu itu," sahut Tama.

Dela mengangguk setuju. "Ah iya! Benar juga. Gue nemenin mahasiswa gue ikut perlombaan di sana."

"Lo masih ngajar juga, Del?"

"Ya kalau diminta sama UI, gue bisa apa? Kan dari awal beasiswa gue gitu, diharuskan mengabdi untuk UI. UI bayarin gue dari nol sampai jadi spesialis. Untung gaji lumayan," terang Dela.

"Eh kok jadi bahas gue sih! Alasan lo ke sini apa? Tunangan lo ada gangguan kejiwaan?" tanya Dela frontal.

"Kagak! Tunangan gue mah waras. Gue mau lo jelasin case-nya Jeno sama Yeji ke dia," ucap Tama.

'Case-nya Jeno dan Yeji?'

"Hah?! Kagak salah?! Lo nyuruh gue ngelanggar kode etik gitu?! Yang boleh tahu kan cuma pasien. Lo tahu ya juga karena lo pihak keluarganya. Lo walinya Jeno. Tapi tunangan lo..."

"I can't explain much, tapi yang jelas Jeno berulah lagi dan Karina korbannya. Kalau sama yang sebelum-sebelumnya gue enggak bisa urusin karena gue enggak kenal mereka dan ya syukurnya cewek-cewek itu enggak yang sampai keganggu juga mentalnya. Tapi kali ini gue enggak bisa diam. Dia literally nyentuh tunangan gue!" potong Tama.

Dela memijat pelipisnya pelan. "How I am supposed to tell her? Sampai sejauh mana Karina boleh tahu? Karena gue enggak bisa ngasih tahu segalanya, gue enggak mau ya lo suruh ngelanggar kode etik," ucap Dela.

Karina dari tadi hanya diam. Ia tidak tahu harus bagaimana bersikap dalam situasi menegangkan ini. Tadi saat di rumah pun, Karina tidak berani banyak bicara. Tama terlihat sekali kesal. Di mobil juga begitu, tidak ada sepatah kata yang keluar dari mulut si pria. Hanya tadi saat memasuki klinik psikiatri ini Karina berbicara, itu pun karena tidak ingin dianggap tidak waras hanya karena dirinya pergi dengan Jeno.

"Sebatas agar Karina paham kenapa dia harus jauh-jauh dari Jeno dan juga hubungan Jeno sama Yeji," ucap Tama.

"Gue nunggu di luar. Lo jelasin yang benar biar tunangan gue paham," lanjut Tama yang kini berdiri.

"Iya, iya. Bawel amat sih lo jadi orang," cibir Dela.

Tama lalu meremas pelan bahu Karina. "Santai aja. Kamu dengerin Dela ngomong apa, biar kamu paham." Setelahnya Tama langsung keluar, meninggalkan Karina bersama Dela.

"Huft, Tama ngasih kerjaan aja ke gue," keluh Dela.

Dela mengulurkan tangannya di depan Karina. "Oh iya, kenalan dulu. Gue Dela, teman Tama pas SMA dan syukurnya sampai sekarang masih akrab."

Karina membalas. "Ah iya, Kak. Aku Karina. Salam kenal," ucap Karina.

"Gue ngomongnya santai aja ya, Rin. Capek juga ngomong formal di luar jam praktek."

"Its okay, Kak."

"Oke. Hmm, asli gue bingung gimana ngejelasin ini ke lo. Intinya, Jeno dan Yeji ini hubungannya toxic banget. Mereka itu abusive ke satu sama lain, you might know maksud gue abusive yang seperti apa. After done abusive thing to each other, mereka bakal nyari pelarian masing-masing. Kayak Jeno ke lo. Yeji ya cowok lain. Tapi pada akhirnya ya mereka balik lagi, kek lingkaran setan. Ya di mata Tama, mental mereka berdua jadi terpengaruh. Makanya sekarang keduanya sedang dalam penanganan gue," terang Dela sesingkat mungkin. Ia tidak jelaskan apa jenis gangguan mental yang dialami Jeno dan Yeji, benar-benar tidak ingin melanggar kode etik pekerjaannya sebagai seorang dokter.

"Jadi, Jeno sama Yeji itu sakit?" tanya Karina memastikan.

"Mentally yes. Makanya kalau bisa jangan terlalu deeper berhubungan. Cukup temenan aja," balas Dela.

"Sekarang, gue ngomong sebagai teman Tama ya. I'm aware kalau hubungan kalian itu hanya perjodohan, tapi bisa enggak lo setia aja sama Tama? Gue enggak tahu lo itu sukanya sama Jeno atau orang lain, atau mungkin lo sama Tama tidak saling mencintai, tapi please jangan khianatin Tama. He hates to be betrayed the most!"

Karina menghela napas. "Gue enggak bermaksud gitu, Kak. Tapi gue selalu kalah kalau Jeno udah nyentuh gue," cicit Karina.

"Hah! Lust is indeed a scary emotion. Ya gimana, enggak hanya cowok yang punya nafsu. Kalau kita cewek ditrigger, ya bakal sama aja. Until what extent you've done with Jeno?"

"Just a.....kiss?" ucap Karina ragu.

"Good then! You are not the worst case. Masih ada yang lebih parah dari lo. Won't tell!" ucap Dela.

"Lebih parah?! Jeno pernah ngehamilin cewek lain gitu?!" Karina tidak bisa memikirkan kemungkinan lain saat Dela menyatakan ada yang lebih parah dari dirinya.

"I won't tell you, Karina. You can keep guessing, my mouth will stay shut," balas Dela.

Dela benar-benar tidak menceritakan maksud dari kata lebih parah yang wanita itu ungkapkan, tapi kalimat dokter spesialis psikiatri ini lebih dari cukup bagi Karina untuk menjauh dari Jeno.

"Anyway, let me tell you something. Tama enggak pernah baik sama orang yang mengkhianati dia. Dia akan langsung berubah seratus delapan puluh derajat dari baik menjadi buruk ke orang itu. Tapi gue lihat, dia masih baik aja ke lo," ucap Dela mengalihkan pembicaraan.

"Masa sih, Kak? Tapi tadi dia kelihatan banget marah. Rahangnya ngeras, pasti dia nahan emosi," ujar Karina.

"Iya sih, dia emang marah. Tapi kali ini marahnya beda."

"Beda gimana, Kak?"

"Dia emang marah sama lo yang berkhianat, marah sama Jeno yang punya kemungkinan nyakitin lo, tapi dia lebih marah sama dirinya sendiri. Lo pernah enggak diposisi kecewa sama diri sendiri karena tidak bisa menjaga miliknya yang berharga? Itu yang Tama lagi rasakan sekarang," terang Dela.

"Lo bisa menganggap hal tersebut enggak mungkin karena kalian enggak saling jatuh cinta. Tapi kalau lo kenal gimana Tama, lo pasti tahu gimana sikapnya ketika diberi tanggung jawab besar. Ngejagain lo adalah salah satu prioritasnya. Kalau sampai lo kenapa-napa, maka dia akan merasa gagal. Gagal di depan orang tua lo, gagal di depan orang tua-nya. Gagal di mata siapapun! Bayangin, sehancur apa perasaan Tama sekarang. But he tried his best, menutupi semua yang ia rasakan kini," lanjut Dela.

"Lo pasti bakal ngira gue membual. Enggak masalah. Tapi ingat, gue temenan sama Tama dari SMA. Di luar Bang Onew, Bang Key, dan Bang Miko, gue adalah teman yang dekat sama Tama. Gue bisa tahu apa yang dia rasakan hanya dengan sekali lihat saja. Lo tahu kenapa dia milih nunggu di luar? Karena dia tahu gue bisa baca emosi dia. Tama enggak mau terlihat hancur di depan lo. That's how he is! Dia lebih suka menutup dirinya, trait yang sangat gue enggak suka," sela Dela tidak memberi Karina kesempatan berbicara.

Karina hanya bisa diam mendengar penuturan Dela. Kepalanya tengah memproses dengan baik akan situasi buruk yang sudah terjadi ini. Karina kini menyesal karena terlena oleh Jeno. Ia tidak sadar kalau keputusan egoisnya akan menyakiti banyak orang. Tidak hanya Tama, namun bisa juga orang tua-nya, orang tua Tama, dan sahabat-sahabatnya jika sampai mereka tahu. Bahkan sampai keluar ruangan Dela, Karina masih saja merenung

"Karina bodoh!" bisik Karina mengumpati dirinya, tak lupa memukul pelan kepalanya.

Karina tak sengaja menemukan sosok Tama yang tengah sibuk dengan ponselnya. Pria itu terlihat tenang untuk seseorang yang sebelumnya marah besar. Kalimat-kalimat Dela kembali membuat Karina termenung.

Karina perlahan mendekat.

Tama menoleh kala mendengar suara alas kaki bertemu dengan lantai keramik. "Karina, udah sel..."

Ucapan Tama terhenti kala tubuh Karina menubruk dirinya, lalu melingkarkan tangan di pinggang si pria. Tama sempat kaget, namun pria itu dengan sigap membalas pelukan Karina. Satu tangan Tama merangkul punggung Karina, sementara tangan lainnya mengelus surai si gadis.

"Kak," lirih Karina.

"Kenapa, hum?" tanya Tama.

"Maafin Karina udah bikin Kakak kecewa. Maaf," ucap Karina yang kini diiringi isakan. Karina tak seharusnya menangis. Ia yang salah, ia yang menyakiti Tama, kenapa justru malah dirinya yang menangis.

Kalau kalian tanya bagaimana perasaan Tama, ia sangat marah. Namun sejak tadi ia menahan amarahnya, bahkan di depan Jeno sekalipun ia menahan. Tama tahu ia tidak bisa marah berlebihan pada Jeno karena kondisi mental lelaki itu. Tama juga tidak bisa marah pada Karina, karena setiap manusia pasti pernah khilaf.

"It's okay. At least kamu sadar dan mengakui kesalahan kamu apa. Lain kali jangan gitu lagi. Jangan bohong lagi, apalagi sama orang-orang terdekat kamu. Tadi aku ketemu sahabat-sahabat kamu di bandara, aku enggak tahu kalau kamu bilang janjian sama aku. Aku bisa bohong ke mereka, tapi kamu tetap harus cerita sama mereka. Minta maaf sama mereka, okay?" Tama dapat merasakan anggukan kepala Karina di bahunya.

"Sekarang kamu paham 'kan, kenapa aku ngelarang kamu dekat-dekat sama Jeno? Selain karena kamu tunangan aku, Jeno itu sakit. What if he ended up hurting you? Have you ever thought about that? Aku marah karena enggak mau kamu terluka, Karina. Itu aja."

"Kamu berharga buat aku. Aku enggak akan bisa memaafkan diriku sendiri kalau kamu sampai kenapa-napa. So please, don't do that again, hum?"

"Iya," balas Karina.

Yang Tama lakukan kemudian adalah menenangkan Karina yang masih memeluk erat, baru setelahnya mengantar si gadis pulang.

to be continued...

foreword

Maaf ya kalau chapter ini terlalu panjang 😭 Soalnya kalau dicut jatuhnya malah aneh banget, impact-nya enggak dapet gitu. Semoga kalian enggak capek bacanya.

Nah jadi kita udah sampai di sini ya. Karina tahu kenapa Tama selalu ngelarang buat terlalu dekat sama Jeno. Sesuai kata dokter Dela, di sini aku enggak bakal jelasin nama gangguan mental-nya Jeno dan Yeji apa, karena itu melanggar kode etik pekerjaan dokter Dela. Karina cukup tahu aja kalau abis ini dia enggak bisa terlalu dekat sama Jeno. Tapi kira-kira, bakal gimana kelanjutan kisah Karina?

Continue Reading

You'll Also Like

977 188 17
Virus Zombie menyerang. Semua umat manusia panik bukan kepalang. Adanya Virus mematikan yang datang tanpa bilang, membuat para siswa siswi terpaksa b...
189K 23.1K 49
"katanya ratu kok dipanggilnya nyai?" started: 24-02-20 finished: 23-04-20
5.5K 506 31
Keluarga adalah mereka adalah orang - orang yang selalu menerima kekurangan dan kelebihan orang yang ada di sekitarnya. Baik buruk nya anggota keluar...
8.1K 1.3K 30
"Kenapa di warungnya mpok Eli penjaganya suka ganti-ganti?" -Hana Aristya. . Genre: Random, Comedy. Episode: 30. Length:200-500++/Chapter. Cast/Vis...