The Scar We Choose βœ”

By Taeslandlady

80.4K 11.3K 10.4K

[ Cerita tamat. Chapter lengkap GRATIS! Namun hanya via PDF, dan hanya bagi yang sudah follow + drop email di... More

Prologue: Black Silhouette
1: Noon Talks
2: First-Timer πŸ”ž
3: Unfamiliar Feeling
4: Initial JK ( republish )
5: Impedance
6: Ghost from The Past
7: The Essential of Necessity
8: Red Dahlia πŸ”ž(PDF)
9: Flaming Heart
10: Jealousy πŸ”ž(PDF)
11: Sense
12: Pristine Anger
13: Dragged Across Reality
14: Broken Fragments
16: Awakening πŸ”ž
17: Gone for Good
18: Blood Money
19: Pain πŸ”ž(PDF)
20: Lost & Found
21: Discouraged
22: Deep in Depth
23: The Final Distance πŸ”ž(PDF)
24: In The End of Winter
25: Inconvenient Truth
26: Darkest Winter
27: Dantae and His Punishment
28. Hardest Goodbye
29. Thick Red Firework
30. Forgiven Souls
31. That Scar
32. Echoes of Memories
33. Meticulous Surrender
34. How the Autumn Ends, How We Meet Our End
Epilogue: White Shilouette
Perihal Bonus Chapter

15: Big Ego

1.4K 288 250
By Taeslandlady

Haiiii... Maaf lama ya nunggunya.. Do'ain semoga RLku longgaran yaa biar bisa rajin update 🤧 semoga ga ada typo atau kesalahan teknis lainnya yaa😬

.

.

Btw, maaf ya, aku lagi sering repub-unpub🥴  kali ini kelupaan mo ngabarin, aku punya cerita collab looh, di sini 🤭 yang mau baca, cuss cek akun temen aghuu seokjinniepinkpan yaa 😍

Isabelle memasuki rumah ketika Taehyung sudah lebih dulu duduk menyilang kaki pada sofa ruang tengah, sementara jemari-jemari dari dua tangannya tertatut di depan dengan siku yang bersitumpu pada lengan sofa. Delikan yang pria itu beri sudah serupa penuntut merangkap algojo, memojokkan dan membuat jantung Isabelle seakan siap melompat keluar kapan saja.

Namun di sisi lain, Isabelle terkejut mendapati ruang tengah jauh dari kata rapi seperti biasanya. Berantakan sekali. Apa bibi Song tidak masuk beberapa hari ini? Tapi ini bukan seperti kekacauan yang dibiarkan lama, penampakan ponsel yang Isabelle yakini milik Taehyung itu jelas baru saja dibanting ke lantai hingga terurai tak berarti. Akhirnya Isabelle paham mengapa Taehyung jadi sulit sekali dihubungi. Belum lagi botol-botol soju, puntung rokok menjijikkan yang memenuhi cangkir kopi, apa yang sebenarnya dialami Taehyung hari ini?

"Apa yang terjadi?" tanya Isabelle sambil menyapu pandangannya pada ruangan yang begitu amburadul.

Taehyung tergelak sinis, "Jangan berbicara padaku seolah tak terjadi apa pun, Isabelle."

Isabelle menghela, bahunya jatuh ditarik rasa bersalahnya sendiri. Biar bagaimana pun dia tidak sedang berada dalam posisi yang menguntungkan. Isabelle seperti hanya tinggal menunggu kapan Taehyung meledakkan bom waktu, membuat kekacauan yang sudah ada semakin bertambah buruk.

"Taehyung, aku benar-benar minta maaf. Yang terjadi tadi itu--"

"Siapa yang menyuruhmu untuk membahasnya lagi?" Taehyung menyela, lantas melakukan kegiatan favoritnya ketika kemarahan sudah tiba di ubun-ubun; mengulum lidah dengan jengkel.

Nyali Isabelle menciut ketika menyadari Taehyung berdiri meninggalkan sofa, lalu melangkah mendekatinya yang mendadak beku di tempat. Di luar ekspektasi, Taehyung justru merengkuh wajahnya dengan lembut, mengusap pipinya hanya dengan ibu jari begitu hati-hati dan perlahan, lalu menghapus jarak di antara wajah mereka.

"Kau suka dengan yang tadi itu?" tanya Taehyung dengan labiumnya yang hampir saja menyentuh pucuk hidung Isabelle.

"Ya?"

"Suka bagaimana si berengsek itu menciummu?"

Isabelle ketakutan. Nadinya melaju saat nafas Taehyung berembus mengenai sejengkal epidermis di bawah rahangnya, lalu menghilang kala bibir pria itu mengecupnya dengan rakus di sana.

Taehyung kacau. Pikirannya kusut. Andai saja senja itu dilewatinya dengan biasa-biasa saja tanpa kehadiran Dantae ataupun konspirasi iblis yang dibesutnya, juga tanpa insiden Jungkook mencium Isabelle yang memuakkan itu, mungkin Taehyung akan tetap bertahan pada kewarasannya dan tidak akan menjadi segegabah ini.

Menyeret dan menghempas tubuh Isabelle pada sofa begitu kasar, membuat gadis itu tak berdaya dan ketakutan di bawah tindihannya, betapa semua yang terjadi hari ini membuat logika Taehyung meredup hingga rasa kalut mengambil alih dirinya dengan mudah. Isabelle yang telah menghilang seminggu tanpa menghubunginya sedikit pun justru membuat semua amarahnya semakin intens.

Masih dengan lututnya yang mengekang bagian bawah tubuh Isabelle, Taehyung mulai melonggarkan dan melepas dasi yang tadi masih menggantung pada lehernya.

"Bagaimana kabarmu seminggu ini, hm, istriku? Si Berengsek Jeon itu sepertinya menanganimu dengan cukup baik, ya? Kau jadi lupa jalan pulang dan tidak ingat suamimu sama sekali, Isabelle," Taehyung berujar dingin. Penghidunya kembali melekat pada lekuk leher Isabelle, sementara satu tangannya bergerak acak membuka kancing kemeja Isabelle satu per satu.

"Taehyung, hentikan. Kau menakutiku kalau begini."

"Oh, begitu? Tapi kalau si tengik itu yang melakukannya, kau suka?"

Seketika sebuah tamparan keras Isabelle beri tepat di pipi kiri Taehyung. Sudah cukup Taehyung membiarkan pikiran beracunnya itu menyebar. Dia memang salah, tapi bukan berarti Taehyung boleh merendahkannya terus-terusan seperti ini.

Isabelle melepaskan diri begitu mudah ketika Taehyung masih tercenung memegangi pipinya yang memerah. Tak peduli bagaimana tubuh bagian atasnya hanya tertutup asal-asalan, Isabelle beranjak menjauh, meraih beberapa barang yang sempat berceceran dari tasnya akibat Taehyung menyeretnya seperti tadi, lalu berbalik menghadap Taehyung yang masih bergeming pada sofa.

"Aku membencimu."

Taehyung hanya tersenyum ambigu mendengar ungkapan hati istrinya itu. Anehnya, sekelumit perasaan lega bercokol di hatinya.

"Baguslah kalau akhirnya kau membenciku," balas Taehyung. Ia lalu turut berdiri, berjalan melewati Isabelle dengan langkah pelan dan ringan. Sebelum benar-benar berlalu, Taehyung berhenti sejemang lantas berujar, "Aku tidur di ruang kerja saja malam ini. Kau bisa menempati kamar kita dengan tenang. Tidak perlu menatap wajah suami yang kau benci ini sering-sering."

Taehyung pun menyambung langkahnya menaiki tangga, meninggalkan Isabelle yang masih stagnan begitu saja.

***

Prada combat boots hitam itu baru saja melangkah masuk ke sebuah pub sunyi dan kecil di salah satu sudut Seoul yang sibuk. Si pemakai melirik sekilas pada jam analog yang terpatri di atas kabinet penyimpan minuman, lalu dengan rendah hati memutar papan pesan yang tergantung pada kaca pintu. Tulisan yang dapat dibaca dari luar kaca berganti menjadi "closed". Pikir Jungkook, Seokjin, si pemilik pub, pasti lupa memutarnya.

"Hyung?" panggil Jungkook, barangkali si pemilik mendengar dan masih mau menerima tamu, meski Jungkook tak yakin karena semua *stool telah diangkat naik dengan posisi terbalik di atas meja.

(*kursi bar yang berkaki tinggi)

"Wah, tumben sekali kau kemari saat hari kerja," Seokjin muncul tiba-tiba dari sebalik meja bar dengan earphone yang masih melekat di telinga, "Aku sedang membersihkan bagian bawah counter," jelasnya karena mendapati wajah Jungkook yang sedikit kaget.

Jungkook lantas mendekat dan tanpa sungkan menurunkan salah satu kursi dari meja untuk ia duduki. Saat telah menempati kursi duduknya dengan nyaman, Jungkook menguar nafas panjang, berharap segala beban pikirannya turut menguap di sana.

"Harimu berat, ya?" tanya Seokjin sambil melepas earphone, "Jungkook, apa itu luka di wajahmu?" Seokjin menumpu telapak tangannya pada meja, lalu mendekat mengamati sebentuk memar di sudut bibir Jungkook.

"A-ah, ya, aku baru saja mendapatkannya," Jungkook sengaja menarik badannya menjauh, risih jika Seokjin terlalu menatap lukanya seperti itu.

"Kenapa? Jungkook yang kutahu bukan orang yang suka konfrontasi. Apa ada masalah di restoranmu?"

Jungkook menggeleng pelan sambil menarik bibirnya datar.

"Tidak mau cerita dulu?" Seokjin mengangguk paham, "baiklah, mungkin segelas Vesper bisa membantumu," sebut Seokjin, berpikir bahwa Jungkook mungkin membutuhkan cocktail favoritnya.

Seokjin segera mencampur dua jenis alkohol ke dalam shaker, menguncang-guncangnya beberapa saat, kemudian mengguyurnya pada wadah minuman bertangkai ramping yang telah disiapkannya lebih dulu.

"Maaf, tidak ada garnish seperti biasanya, semua bahan sudah kukemas," ujar Seokjin seraya mengangsur segelas coctkail tersebut ke hadapan Jungkook.

"Terima kasih."

"Jadi, kalau bukan soal restoran, biar kutebak, Isabelle?"

Jungkook tercenung. Tangkai gelas stagnan di dalam apitan jemarinya, tidak bisa memutuskan jadi meminum atau biarkan saja dulu sampai semua cerita bergulir dari mulutnya.

"Ya," jawab Jungkook pelan.

Seokjin menggeleng tak percaya dan berdecak, "Biar kutebak lagi, suaminya yang memukulmu?"

Jungkook tersenyum getir, lalu menjilat sudut bibirnya yang terluka, "Ya," jawabnya pelan satu kali lagi.

Seokjin hanya bisa mengangkat alis dan menghela. Nama Isabelle bukan topik baru di antara dirinya dan Jungkook. Sudah sejak lima tahun lalu, Isabelle menjadi tajuk wajib di salah satu tahap obrolan penutup pekan mereka. Jika alkohol mulai membangkitkan alam bawah sadar Jungkook, maka hanya nama itu yang terucap dari bibirnya, berikut segala tetek bengek cerita-cerita yang Seokjin rasa tidak cukup penting untuk Jungkook katakan. Orang buta dan tuli pun pasti tahu, Jungkook sedang jatuh cinta jika sudah begitu.

"Pria itu melihatku mencium Isabelle."

Mendengar pernyataan Jungkook yang mendadak seperti itu, Seokjin mendengkus dan tersenyum mengejek, "Baguslah. Pukulannya tidak salah alamat," ujarnya enteng, "apa yang membuatmu berpikir bisa seenaknya mencium istri orang, hah?"

"Aku hanya mengambil apa yang seharusnya menjadi milikku."

"Yak, Jungkook, kau bahkan belum meminum cocktail di hadapanmu tapi kalimatmu sudah mirip orang mabuk."

"Hyung, kau tidak akan mengerti."

"Dengar, Jungkook," Kali ini Seokjin menumpu sikunya, membuat wajahnya sejajar dengan wajah Jungkook, membawa badannya lebih mendekat, tak peduli jika hal tersebut akan membuat Jungkook risih lagi atau apa pun, "Kau pernah punya kesempatanmu, tapi kau tidak mengambilnya. Sekarang kesempatan itu hilang, pria lain mengambilnya lebih dulu. Apa itu legal? Tentu saja, demi Tuhan, pria itu suaminya, Jungkook, dan mereka menikah tanpa ada paksaan. Jangan lewati batasmu lagi."

Jungkook mengusap wajahnya gusar, "Tidak. Bukan seperti itu seharusnya. Sesuatu terasa tidak benar, Hyung, aku yakin. Pernikahan mereka kelewat mendadak dan ... ganjil."

"Apa Isabelle memberi tahumu sesuatu? Tentang mengapa pernikahan itu terlihat ganjil?"

Jungkook menggeleng.

"Kalau begitu, itu hanya spekulasimu, opini tanpa dasar yang jelas."

"Tidak," untuk kesekian kalinya Jungkook menggeleng, "Aku tahu ada yang tidak benar."

"Jungkook ..."

"Harusnya aku menikahinya, Hyung. Harusnya aku turut membawanya ke Hokkaido bersamaku tiga bulan lalu."

"Jung ... hentikan."

"Hyung, aku tahu ini terdengar aneh dan tidak masuk akal, tapi itu memang pesan yang disampaikan ayahnya padaku beberapa hari menjelang ia wafat."

Seokjin terperangah, "Jungkook, keterlaluan kalau semua ini hanya karanganmu."

Jungkook mengetuk-ngetuk pinggiran gelas cocktailnya, memandangi dua mata Seokjin seperti siap menghunjamnya hanya dengan selarik kalimat, "Andai ini hanya bualanku. Sayangnya tidak. Tuan Kazuo menyuruhku menikahi Isabelle dan membawanya keluar dari sini. Aku bersumpah, tidak pernah melihat wajah ketakutan yang seperti itu sebelumnya."

Atmosfir menjadi senyenyat-nyenyatnya ketika Seokjin dan Jungkook sama-sama kehilangan kata-kata. Detik jarum jam bahkan terdengar jelas seperti bunyi burung pelatuk yang sedang membuat sarang. Ada kengerian yang terlintas pada pikiran masing-masing, dan Seokjin maupun Jungkook memilih untuk tidak melisankannya.

"Aku tidak tahu harus bilang apa lagi," lirih Seokjin pada akhirnya.

.

Tbc.

.

Aku speechless, gatau mau nangis terharu apa ngerasa lucu, ternyata restoran yang namanya Rabbit Pit beneran ada dong di Jepang 😂

Continue Reading

You'll Also Like

9.7K 1.4K 21
[COMPLETED] "Saat suatu hubungan berakhir, bukan berarti dua orang berhenti untuk saling mencintai. Mereka hanya berhenti untuk saling menyakiti." Β©j...
299K 21.4K 30
Mature Content!!! πŸ”ž ONE = 'Dia yang satunya.' Fanfiction Short Story Start : 18 Mei 2020 Fin : 14 Juni 2020 #πŸ…1 - JeonJungkook in 24/11/2020 copyri...
530K 52.8K 41
Choi Soojae tumbuh dan besar dalam dunia gemerlap kota Seoul. Saat mengalami kecelakaan tragis itu, ia diharuskan bertahan hidup di hutan yang tak pe...
89.5K 9.5K 32
Bagi Kim Taehyung, Kim Sohyun- jaksa berumur 27 tahun itu memiliki wajah cantik dan body sexy yang sangat menarik untuk dilirik para lelaki, terutama...