Harmony ; family relationship

By cherriessade

38.2K 3K 330

(COMPLETED) [FOLLOW SEBELUM MEMBACA] Bukan cerita tentang kisah percintaan atau penghianatan, bukan juga mi... More

prolog
one
two
three
four
five
six
seven
eight
nine
ten
eleven
twelve
thirteen
fifteen
sixteen
seventeen
eighteen
nineteen
twenty
twenty one
twenty two
twenty three
twenty four
twenty five
twenty six
twenty seven
twenty eight
twenty nine
thirty
thirty one
thirty two
thirty three
thirty four
thirty five
thirty six
thirty seven
thirty eight
thirty nine
fourty
fourty one
fourty two (END)
Promote

fourteen

624 61 6
By cherriessade

"ABANG baru pulang ya, nak? kok agak lama, sayang, pulangnya?" Queen menyambut Bara dengan senyum hangat sekaligus dengan kening berlipat.

"Nganter temen pulang terus disuruh mampir sama Mamanya," Jawab Bara seadanya.

"Temen cewe apa cowo?"

"Cewek."

Bara membuka tali sepatunya dan terjeda tatkala tak sengaja menoleh dan mendapati Mommy tengah tersenyum penuh arti kearahnya.

"Cuma temen." Perjelas Bara sambil kembali membuka tali kedua sepatunya.

"Alinza ya namanya?" Queen tersenyum, merasa senang menggoda Bara. Sedangkan, Bara terdiam.

"How do you know?" Bara hanya merasa bingung darimana Mommy tau nama Alinza.

"Oh, berarti bener." Queen menyimpulkan.

"Nggak, bukan." Bara membantah, karena dia memang bukan sehabis mengantar pulang Alin, melainkan Agatha.

"Cie. Anak Mommy udah besar," Queen tertawa sambil mengusap rambut anaknya dengan penuh kasih sayang. "Adik kamu yang bilang ke Mommy kalau katanya kamu suka Alinza. Nggak usah malu-malu buat bilang semuanya sama Mommy."

"Hmm," Queen memberi jeda, "Dan kalau bisa, kamu ajak dia main kesini dong kapan-kapan. Mommy tunggu ya"

"Mom,"

Belum sempat Bara melanjutkan bicaranya, Queen lebih dulu menyela. "Shut up and don't try to trick me. I'm so happy that you started falling in love. Mommy, mau ketemuan sama tante Alisya dan dua Mama kamu, bye darling"

Dua Mama yang Queen maksud adalah, Caitlin—Mommy Gavin Gaisa—dan juga Michelle—Mommy Daren Daishy. Sebelum Queen pergi, dia sempat meninggalkan satu kecupan di kening Bara yang berakhir dengan suara kesal Bara yang menyerunya.

"Mom!!" Bara jadi jengkel sedangkan Queen tertawa puas.

Bara menghela napas. Sebenarnya dia agak merasa malu diperlakukan layaknya anak TK-SD yang mesti diberi kecupan sebelum ditinggalkan orangtua, sangat berbeda dengan Beltran yang memang sangat manja terutama pada Mommy.

Lelaki itu naik kekamarnya, mengganti seragamnya dengan pakaian yang agak santai. Berbaring dikasurnya sehingga pintu kamar yang dibuka secara tiba-tiba menyita perhatiannya.

Beltran berdiri disana, menggaruk kepalanya yang tak gatal sambil menyengir lebar. "Bang, pinjem duit dong, hehe"

"Judi lagi?" Bara mendengus. Pasalnya Beltran seringkali meminta uang tambahan lebih pada Mommy diam-diam tanpa sepengetahuan Daddy dan terkadang juga meminta pada Daddy tanpa sepengetahuan Mommy.

Sebenarnya tidak jadi masalah jika Beltran menggunakan uangnya untuk hal yang lebih bermanfaat, namun berhubung lelaki itu malah asik foya-foya menikmati kesenangan duniawi yang malah akhirnya merugikan dirinya sendiri itu justru merupakan sebuah masalah.

"Bukan judi sih, lebih tepatnya taruhan. Pinjem aja duit lo dulu, nanti gue ganti kok"

"Apa bedanya?"

"Jelas bedalah. Taruhan ya taruhan, judi ya dosa."

"Both same."

Beltran menghela napas lelah. "Up to you lah!"

"Ngapain sih?"

"Ngapain apanya?"

"Judi."

"Oh" Beltran menyahut, " Nggak papa, cuma bosan dan gabut aja. Sebagai anak Mom and Dad yang tampan, baik, dan soleh, sekali-kali gue juga mau jadi anak yang berguna. Misalnya, bantu ngabisin duit mereka hehehe."

"Eh, forget. Ralat deh, duit mereka nggak akan habis soalnya kan Dad banyak duit kalo Daddy miskin auto gue coret dari KK"

Bara berdecih, bersuara dengan pelan, "Justru kalo lo ketauan judi, lo auto didepak dari rumah ini"

"Nggak akan ketahuan kalo nggak ada yang bilang. Jadi kalo Mom Dad tau, orang yang pertama gue curigain jelas lo" Beltran menunjuk Bara dengan tatapan sengit. Kemudian keluar dari kamar Bara, melupakan tujuan awal dari mendatangi kamar saudaranya.

***

Beltran menekuk wajahnya bete. Berbeda dengan Daren yang chatingan sambil senyum-senyum, juga Gama yang asyik ngegame.

Beltran menghela napas. "Gue lagi bete, cuy. Kalian nggak ada niat ngelawak gitu buat naikin mood gue?"

Daren dan Gama serempak menoleh, lalu menjawab dengan datar bersamaan, "Nggak."

"Cih,"

Beltran kemudian memicingkan matanya, seketika jiwa keponya menggebu ketika melihat Daren yang memerah malu. Mencoba memanjangkan lehernya untuk berusaha mengintip isi chatingan Daren, tapi sayangnya Daren menyadarinya. Lelaki itu mendelik, kemudian langsung memindahkan posisi duduknya berhadapan dengan Beltran agar cowok itu tidak bisa macam-macam.

Melihat itu Beltran kembali berdecih. "Sok sibuk chating, kayak punya pacar aja!"

"Memang belum tapi seenggaknya Zila udah mulai respon. Nah, elo sama Nashanya pakabar?"

"Udah pacaran."

Daren tertawa keras. "Ngaku-ngaku lo, njing. Bangun, Ngab! Dari kemaren-kemaren perasaan halu mulu deh lo! "

Beltran memutar bolamata, memilih tidak membalas Daren. Namun daripada itu, dia jauh lebih kepo dengan Zila yang mulai mau didekati lelaki yang masih sespesies dengan makhluk melata seperti Daren. Setahunya, Zila mati-matian menolak dan menghindari Daren, juga beberapa kali menyakiti Daren dengan sarkasnya.

"Biasalah. Pada akhirnya, nggak ada yang bisa nolak pesona gue. Pesona gue terlalu wow dan tidak bisa dijelaskan dengan kata-kata, makanya orang-orang nggak akan sanggup menyangkalnya." Ujar Daren pede ketika Beltran menanyainya.

"Halah, bullshit!"

"Beneran anjir. Minggu kemaren, dia nolak cokelat yang udah gue beli mahal dan rela-relaan impor dari Belgia. Tapi sekarang, gak tau lagi kesambet apa, pas gue deketin, dia mulai baik yah walaupun masih rada cuek" Daren menjelaskan, kemudian berpikir sebentar, "Apa mungkin karena gue minta bantuan Trisya waktu itu kali ya?"

"Trisya?" Bahkan Gama yang fokus pada game langsung menoleh kompak dengan Beltran.

"Lo kenal cewek bidadari itu?" Tanya Beltran tak percaya.

"Dia sendiri yang nyapa gue pertama kali"

"Ck, mulai lagi lo, anying. Yakali cewek modelan Trisya mau nyapa lo."

"Lah, kagak percaya dibilangin. Terserah dah."

"Gue sebenarnya pengen banget jadiin dia target dari awal masuk. Tapi cewek secantik dia terlalu sayang kalo cuma buat main-main, enaknya langsung diseriusin"

"Nasha lo letak dimana?" Gama berujar sebelum akhirnya melanjutkan permainannya.

"Tapi kalo dikasih cewek modelan Trisya, siapa yang mau nolak? Tapi gak deh, gue berusaha setia sama Nasha. By the way, kalo gue minta bantu Trisya deketin gue sama Nasha mau gak ya dia?" Beltran berpikir.

"Lo mau minta comblang atau cuma mau modus?" Ujar Gama tanpa menoleh, tetap fokus pada ponselnya.

"Mod—eh, maksudnya comblang. Gue kan dah bilang, gue mau setia sama ayang beb gue dulu"

"Serah"

Beberapa menit kembali sunyi, dua temannya terlalu larut dengan kesibukan masing-masing. Mood Beltran kembali turun, dia beranjak dari duduknya.

"Gue balik dulu lah. Males satu ruangan sama orang penuh dosa" Beltran melenggang pergi dari basecamp.

Tiba diluar, dia masuk kemobil dan mulai meninggalkan tempat itu. Mengemudi beberapa menit, matanya tak sengaja menangkap sosok familiar yang dikenalinya.

Beltran menepikan mobilnya, keluar dari mobil dan memutuskan untuk mengikuti Binasha diam-diam dari belakang.

Beltran agak ngeri ketika perempuan itu berjalan masuk ke hutan apalagi jalan yang dia berada sekarang jarang dilewati kendaraan lain dan terbilang cukup sepi. Namun, karena sudah terlanjur, lelaki itu mengikuti langkah Binasha yang semakin masuk kedalam hutan.

Lelaki itu mengernyit ketika perempuan itu berhenti disebuah jembatan tua yang pinggirnya telah ditumbuhi tanaman merambat.

Gadis itu berdiri disana agak lama memandangi sungai yang mengalir dibawah sana. Beltran cukup khawatir perempuan itu akan terjun sewaktu-waktu. Maka dari itu, dia memilih mendekat.

Tampak sekali keterkejutan dimata Nasha melihat Beltran berada disana. Sementara lelaki itu hanya menyengir, "Halo, Sayang"

"Lo nguntit gue ya? Ngaku gak lo?!" Binasha memelotot kearahnya, membuka sandalnya hendak memukul Beltran.

Beltran refleks melindungi diri dengan kedua tangannya, melompat mundur selangkah. "Ampun, yang! Gue tadi gak sengaja liat lo, karena gue kepo makanya gue ikutin"

Binasha berdecak. Kembali memakai sandalnya.

"Say—"

"Berhenti panggil gue sayang. Gue bukan pacar lo"

"Tapi itu lo manggil gue sayang juga"

"Ish, maksudnya tuh lo itu berhenti manggil gue pakek panggilan sayang!!"

"Tapi gue kan pacar lo."

"Gue bukan pacar lo!"

"Iya, tau. Tapi gue yang pacar lo"

"Apaan, gaje banget ah. Lo bukan pacar gue!"

"Gue. Pacar. Lo."

"Lo. Bukan. Pacar. Gue!"

"Lo gak inget?"

Sontak Nasha mengernyit. "Apaan?"

"Gue waktu itu kasih lo pilihan, lo jadi pacar gue atau gue yang bakal jadi pacar lo. Karena lo nolak buat jadi pacar gue, so, gue yang harus jadi pacar lo sekarang"

"Orang gila mana yang bikin pilihan kayak gitu?!"

"Gue. Dan koreksi dikit, bukan orang gila tapi orang jenius lebih tepatnya." Beltran menaikan-turunkan alisnya, tersenyum bangga pada dirinya sendiri.

"Ngomong-ngomong lo ngapain disini?" Beltran mengernyit.

Binasha menurunkan pandangannya, senyumnya tertarik sedikit. Jarinya menunjuk kebawah. "Gue selalu ingin kesana, tapi gue nggak tau jalannya. Gue takut tersesat kalo nyoba-nyoba"

Beltran melihat arah tunjuk Binasha. Seketika dia terpana melihat apa yang ada disana. Ditepi sungai, seolah ada yang menanam benih rumput, tanahnya tertutupi penuh oleh rumput gajah mini segar. Disampingnya terdapat tanaman bunga terompet yang menambah kesan cantik. Tak hanya itu, terdapat juga berbagai macam bunga cantik yang semakin memperindah pemandangan. Dipadu dengan air sungai jernih dengan bebatuan menjadikan ini pemandangan alam yang sangat menyegarkan bila dilihat oleh mata.

"Kayaknya ada yang ngerawat," Beltran menatap tiang lampu lentara yang berdiri tegak diatas tanah yang tertutup rumput segar.

Binasha mengangguk. "Gue tahu. Kalo nggak ada yang rawat, nggak akan sebagus ini."

"Bakalan lebih cantik pasti kalau malam" Gumam Beltran disetujui Nasha.

Lalu lelaki itu melirik sekelilingnya. Dia merinding ketika menyadari semua didekat mereka hanya hutan dan semak-semak. Bahkan dijembatan tua dan tak terawat ini sudah dipenuhi tumbuhan menjalar menciptakan kesan angker. Sangat berbeda jauh dengan apa yang ada dijarak 50 meter dibawah sana.

Wajahnya langsung pucat pasi dan keringat dingin ketika matanya tak sengaja menangkap hewan melata berukuran kecil yang membuatnya jadi histeris dan bersembunyi dibelakang Nasha.

"Sha, Please. Aaaa i..itu makin deket. Gue takut anjir. Plis deh, Mommy huaaa!" Beltran merengek tidak jelas, memegang bahu Nasha berusaha melindungi diri.

"Usir cepet. Mommy tolongg! Daddy aku kenapa-napa. Ih, makin deket. Anjir, banyak banget!" Beltran panas dingin melihat satu ular lainnya datang. Kali ini dengan ukuran lebih besar dibanding yang satunya. Beltran jadi menduga bahwa ular besar itu merupakan ibu dari ular kecil.

"Huaaaaa. Tuhan selamatkan aku yang soleh ini. Kalo gue mati, stok cogan dibumi ini jadi berkurang."

"Lo bisa diem nggak. Berisik banget" Decak Nasha. Dia melirik batu dibawah yang tak jauh dari dirinya berdiri. Hendak mengambil batu itu, namun Beltran yang bersembunyi dibalik tubuhnya memegang erat bahunya.

"Lepasin bentar"

"Nggak! Gue nggak mau. Nanti lo kabur ninggalin gue dan biarin gue mati sendirian" Suaranya bergetar, mungkin karena panik.

Binasha menyadarinya. Dia sadar Beltran sangat ketakutan. Dia berbalik mengusap bahu Beltran dengan pelan. "Gue nggak akan ninggalin lo, gue janji. Gue cuma mau ambil batu itu buat jaga-jaga kalo ularnya nyerang"

"Ambil aja, gue tetep mau ngikut dibelakang lo"

Binasha menghela nafas. Lalu berjalan beberapa langkah diikuti Beltran yang menempel dibelakangnya.

"Lempar aja langsung!" Bisik Beltran ketika batu itu sudah terganggam ditangan Nasha.

"Jangan," Ucap Binasha. "Kebanyakan hewan nggak akan nyerang kalo nggak ngerasa terancam. Lo tenangin diri lo dulu, kalo dia udah makin deket baru kita serang balik."

"Lo kata lagi perang?!" Beltran berdecak.

Dua ular itu semakin mendekat namun kelihatannya tidak tertarik dengan dua manusia yang berdiri memandang mereka dengan ketakutan.

"Huaaa Mommy Daddy!" Beltran berteriak ketakutan.

Binasha menarik tangan Beltran ketika ular tersebut hendak melewati mereka. Beltran tersekat melihat bagaimana besar dan panjangnya ular yang melewati mereka barusan. Melihat kulit licin dan bersisik itu membuatnya bergidik ngeri.

Binasha baru dapat menghela lega ketika dua ular itu sudah lewat tanpa berniat menyerang mereka. Namun sepertinya, Beltran masih sama pucatnya dengan tadi.

Nasha mengernyit ketika melihat bercak air mata dipipi Beltran. Sontak gadis itu menahan tawanya, "Lo..."

"...nangis?"

Beltran menyentuh pipinya yang ternyata basah. "E..eng..enggak. I..ini keringat. Iya, keringat!"

Detik berikutnya kakinya melemas dan kesadarannya hilang secara perlahan.


***

TO BE CONTINUE

Anyeong yorobun!
I'm back.

Dipart ini gue ngasih potongan cerita untuk new story gue nanti. Bukan potongan cerita sih, lebih tepatnya hm.. gimana ya bilangnya. Pokoknya gitulah. Berhubungan gitu.

Nah, new story yang mau gue bikin itu ceritanya si... hm adadeh. Kenapa nggak gue tulis sekarang dan kenapa malah nanti?

Because timing in this story and the new story is different:)

Disini si main character masih kelas satu sementara dicerita nanti, dia udah kelas tiga. Makanya gue bakal nulis cerita itu setelah cerita ini dan cerita ReonAdara selesai:')

Gitu.

JANGAN LUPA JUGA BACA CERITA ReonAdara ; Changed & Different.


Published February 04, 2021.

Continue Reading

You'll Also Like

1.5M 126K 160
"You do not speak English?" (Kamu tidak bisa bahasa Inggris?) Tanya pria bule itu. "Ini dia bilang apa lagi??" Batin Ruby. "I...i...i...love you" uca...
1M 68.1K 61
β€’ 𝘚𝘦𝘲𝘢𝘦𝘭 𝘰𝘧 π˜’π˜¦π˜Ίπ˜΄π˜©π˜¦π˜·π˜’ β€’ [α΄›α΄‡Κ€κœ±α΄‡α΄…Ιͺα΄€ α΄ α΄‡Κ€κœ±Ιͺ ᴄᴇᴛᴀᴋ] "Vendo gak bakal tinggalin Via kan?" "Iya, Vendo gak bakal tinggalin Via." "Janji sama...
365K 14.4K 51
Selamat membaca kisah Arshaka Kai Bimantara dan Naeva Raveena Arkatama ❀️❀️❀️ Naeva Raveena Arkatama, atau kerap di sapa Naeva, adalah gadis baik, pe...