"Rion, sono lu masuk duluan" suruh Dion sambil mendorong tubuh Rion
"Kenapa gak bareng-bareng aja masuknya, kenapa harus gue duluan"
"Karena gue maunya lu duluan yang masuk"
Sebuah perdebatan kecil yang sayangnya harus di saksikan oleh Alisha di pagi hari ini, saudara kembar itu berdebat hanya karena mereka terlalu takut untuk memasuki gedung tempat mereka bertiga magang
"Kalian udah selesai debatnya?" Tanya Alisha ketika mereka sudah mulai diam
Alisha yang sedari tadi duduk di atas motornya pun segera menghampiri kedua sahabatnya
"Kalian tuh emang gak capek apa berantem mulu, gue udah nungguin dari 10 menit yang lalu tapi masih aja belum selesai, emang kalian mau debat terus di parkiran kayak gini?" kesal Alisha
"Tuh si Rion, gak mau nurut sama gue, padahal kan gue kakaknya" seru Dion membela diri
"Dih mentang-mentang jadi kakak seenaknya gitu nyuruh-nyuruh gue" bela Rion tak mau kalah
"Woy udahlah" tanpa ba-bi-bu Alisha dengan segera menarik tangan Dion dan Rion agar segera memasuki gedung perusahaan Walcott Company
Butuh usaha yang keras bagi Alisha karena ia harus menarik tubuh dua orang yang badannya lebih besar dari Alisha
"Ada yang bisa kami bantu" tanya seorang resepsionis ketika mereka bertiga baru saja memasuki area lobi perusahaan
"Emm mbak jadi kita yang kemarin ngajuin magang disini" jawab Alisha
"Jadi kalian siswa yang mau magang itu, kebetulan saya sudah diberitahu atasan jika nanti akan ada tiga murid sekolah yang akan melaksanakan magang di sini" ujar si resepsionis
Alisha hanya menampilkan senyum manisnya mendengar ucapan dari resepsionis
"Apakah nama kalian Alisha Abraham, Dion Ganendra dan Rion Ganendra?" tanya si resepsionis untuk memastikan
Mereka bertiga serempak menjawab dengan cara menganggukan kepala
"Kalau begitu mari ikut dengan saya"
Ketiga sahabat tersebut pun mengikuti sang resepsionis dari belakang, mereka menuju ke lantai 6 tempat dimana mereka akan melaksanakan magang sesuai dengan jurusan mereka
"Kalian tunggu disini sebentar" resepsionis tersebut berjalan beberapa langkah untuk menghampiri seorang wanita, mereka berdua bebebicara sebentar sambil sesekali menengok ke arah Alisha dan kawan-kawan
"Ini Sarah, orang yang akan membantu dan mengawasi kalian selama magang disini" ujar resepsionis memperkenalkan seseorang yang tadi di ajak bicara olehnya
"Kalau begitu saya pergi dulu, silahkan lanjutkan sesi perkenalannya" pamit si resepsionis
Setelah kepergian resepsionis tadi entah kenapa suasana menjadi canggung, tak ada yang memulai pembicaraan terlebih dahulu
Alisha menyenggol lengan Rion sebagai kode agar Rion berbicara terlebih dahulu
"Se-selamat pa-pagi bu Sarah" ujar Rion terbata-bata "ka-kami bertiga murid dari SMK Harapan Bangsa yang akan melaksanakan praktik magang selama 2 bulan di perusahaan ini"
Sarah terkekeh ringan mendengar ucapan dari Rion "Kalian gak perlu merasa canggung seperti itu"
"Hehe iya bu" jawab Dion
"Dan satu lagi, jangan panggil saya ibu, saya masih muda tau, panggil saja saya kak Sarah, oke?"
"Siap kak Sarah" ucap mereka bertiga secara bersamaan
Sarah melihat ke arah nametag yang berada di jas siswa sekolah didepannya "Rion Ganendra, Alisha Abraham dan Dion Ganendra"
"Wow kalian punya nama yang bagus, ngomong-ngomong apakah kalian berdua kembar?" Lanjut Sarah yang mendapat anggukan dari Dion dan Rion
"Oke tak perlu berlama-lama lagi, Sekarang mari kita mulai bekerja" seru Sarah dengan penuh semangat
Sarah membimbing mereka menuju sebuah meja kerja yang sudah disediakan, terdapat pula sebuah komputer yang berjejer rapi di masing-masing meja kerja.
"Karena ini adalah hari pertama kalian magang di sini, jadi saya akan memberikan tugas yang tidak terlalu sulit tapi jika ada kesulitan kalian bisa minta tolong sama saya, saya akan bantu sebisa mungkin, apa kalian mengerti?"
"Mengerti kak Sarah"
"Kalau begitu saya tinggal dulu, jika ada apa-apa panggil saya saja, meja saya ada di situ" ujar Sarah sambil mengerakkan tangannya untuk menujukkan dimana meja kerjanya berada
"Terima kasih kak Sarah" ucap Alisha
"Sama-sama"
Mereka bertiga mulai mengerjakan tugas yang baru saja mereka dapatkan dengan penuh semangat sambil sesekali bercanda satu sama lain
Untung saja meja mereka berjejer satu sama lain dengan Alisha yang berada di tengah jadi mereka dapat berkomunikasi dengan lancar tanpa kendala sama-sekali
Benar kata kak Sarah tadi jika tugas yang diberikan tidak terlalu sulit, bahkan mereka bertiga dapat menyelesaikannya tepat pada saat jam makan siang
"Alisha, lu gak mau istirahat? Ini udah waktunya jam makan siang loh" ujar Dion
"Gak dulu deh, masih kenyang gue"
"Kalau gitu lu mau titip sesuatu gitu? Mumpung gue lagi baik hati, jadi gue beliin"
"Titip susu kotak aja deh, yang rasa coklat ya" seru Alisha dengan wajah yang sumringah
"Itu doang?" tanya Dion yang mendapatkan anggukkan dari Alisha
"Rion, ayok temenin gue" ajak Dion
"Dih gak mau, gue mau di sini aja nemenin Alisha" tolak Rion
"Bentar doang elah"
"Kenapa gak sendiri aja?"
"Karena gue gak mau sendirian" Ujar Dion "ayok cepetan, kasihan tuh Alisha udah nungguin susu coklatnya"
Mau tak mau Rion pun mengalah setelah mendengar kalimat terakhir yang diucapkan Dion
"Alisha bentar ya, kita gak bakalan lama-lama kok" seru Dion yang langsung melesat pergi menuju cafetaria yang berada di lantai 2
Selagi menunggu si kembar kembali, Alisha sibuk mengotak-atik komputer di depannya, yah Alisha hanya sedikit bosan
Mata Alisha melirik ke sekeliling ruangan, masih ada beberapa orang yang sibuk dengan berkas-berkas di depan mereka sampai lupa jika saat ini sudah memasuki jam makan siang
Kalau boleh jujur, sebenarnya Alisha sedikit merasa was-was, ia merasa seseorang tengah mengawasi dirinya tapi setelah mata Alisha melihat ke semua orang di ruangan ini, tidak ada satupun yang mencurigakan bagi Alisha
Aneh bukan?
Entah kenapa Alisha yakin jika dia sedang diawasi oleh seseorang, namun siapa?
"Alisha kita datang" seru Dion sambil membawa berbagai jenis cemilan di tangannya
"Nih 'Sha pesenan lu, gue beliin 3 biar lu kenyang" Dion memberikan 3 kotak susu coklat pesanan Alisha tadi
"Wih makasih banyak Dion"
"Kok lu terimakasihnya sama Dion doang sih? Dia kan cuma beliin satu dan gue beliin lu dua" ujar Rion tidak terima
"Lah tadi katanya Dion dia yang beliin semuanya"
"Jangan percaya sama Dion 'Sha, dia punya aliran sesat soalnya"
"Enak aja lu kalau ngomong" seru Dion
Alisha terkekeh ringan "yaudah kalau gitu makasih ya Rion udah beliin"
Rion tersenyum simpul mendengar ucapan terima kasih dari Alisha "sama-sama"
Alisha baru saja ingin meminum susu coklat miliknya jika saja seseorang tidak memanggil namanya
"Apakah kamu yang bernama Alisha Abraham?" Tanya wanita asing itu
"Iya itu saya, tapi ibu siapa ya?" Balas Alisha dengan raut bingung yang terpampang jelas di mukanya
"Saya sekertaris di sini" setelah mendengar kata itu Alisha, Dion dan Rion dengan segera berdiri dari posisi duduknya
"Maaf bu, tapi ada perlu apa ya? Apakah kita berbuat salah?" Tanya Alisha bingung
"Kalian gak salah apa-apa, saya ke sini hanya ingin memanggil seorang yang bernama Alisha, jadi apakah kamu bisa ikut dengan saya sekarang?"
"Bisa bu"
"Kalau begitu mari ikut dengan saya"
Sebelum Alisha berjalan mengikuti sekertaris itu dari belakang, Alisha masih sempat berpesan kepada kedua sahabatnya itu
"Jagain susu coklat gue, kalau sampai abis awas lu pada" setelah mengatakan hal itu Alisha berjalan menjauh menghampiri sekertaris tadi
Mereka berdua berjalan memasuki lift, sekertaris tersebut memencet tombol menuju ke lantai 15 yang merupakan lantai teratas di gedung ini
"Bukannya itu lantai tempat ruangan CEO ya? Ngapain gue di ajak ke sana? Apa jangan-jangan gue mau ketemu sama CEO nya? Om-om sialan yang kemarin ketemu di Bali?"
Sungguh selama berada di dalam lift, pikiran Alisha dipenuhi dengan berbagai pertanyaan super negatif yang entah kenapa muncul begitu saja di kepalanya
"Alisha, kita udah sampai" Alisha tersadar dari lamunannya, dengan segera ia melangkahkan kakinya keluar dari lift
"Silahkan masuk, Tuan sudah menunggu anda" ujar sang sekertaris
"Saya sendiri? Ibu sekertaris gak ikutan masuk?" Jangan salahkan Alisha jika ia memangil sekertaris tersebut dengan sebutan itu, ia terlalu sibuk berpikir negatif selama di dalam lift jadi tidak sempat berkenalan
"Saya tidak ada urusan di dalam sana, kalau begitu saya permisi dulu, ada banyak pekerjaan yang harus saya lakukan" setelah mengatakan hal tersebut sang sekertaris pun pergi meninggalkan Alisha sendiri
"Sialan" umpat Alisha
Alisha menghembuskan nafas berat sebelum mengetuk pintu yang berada di depannya
Tok tok tok
"Come in" seru seseorang di dalam sana
Alisha membuka pintu tersebut dengan pelan, hal pertama yang di lihat oleh Alisha adalah warna hitam
"Bisa-bisanya ruangan CEO didominasi warna gelap kayak gini" batin Alisha
Alisha melangkah memasuki ruangan tersebut dan tak lupa menutup pintunya kembali
Alisha mungkin masih saja berada di ambang pintu jika pria yang sedari tadi berdiri membelakangi Alisha tidak angkat bicara
"Come closer"
Mau tidak mau Alisha berjalan mendekat, ia melirik ke arah kanannya yang terdapat sebuah sofa berwarna abu-abu, di depan sofa tersebut terdapat sebuah meja yang dipenuhi dengan berbagai macam makanan di atasnya
Tiba-tiba saja pria tersebut membalikan badannya dan kini tatapan mereka saling bertubrukan
Yah untung saja Alisha sudah tau siapa identitas pria yang berada di depannya, jadi ia tidak terlalu terkejut jika nantinya mereka akan bertemu
Dareen Walcott
Itulah nama pria yang berada di hadapan Alisha saat ini, pria yang mendapatkan julukan om-om dari Alisha karena memang umurnya sudah menginjak 29 tahun, sama persis dengan umur pamannya
"Apakah saya berbuat salah? Kenapa saya di panggil kesini?" Ucap Alisha sesopan mungkin
Dareen hanya menunjukan smirk andalannya mendengar penuturan dari Alisha yang notabene adalah matenya
Dareen melangkahkan kakinya dengan penuh wibawa dan menjatuhkan tubuhnya untuk duduk di salah satu sofa yang berada di ruangan tersebut
"Duduklah" ujar Dareen dengan suara husky miliknya
Alisha memandang Dareen dengan tatapan bingung
"Aku tau kamu belum makan, lagi pula susu coklat tidak akan membuat mu kenyang"
Alisha memandang Dareen dengan tatapan curiga
Mata Alisha melirik ke arah meja kerja di ruangan tersebut, Alisha menyipitkan matanya ke sebuah gelas kaca, gelas itu tidak spesial memang, hanya saja Alisha tertarik dengan pantulan dari gelas tersebut
Pantulan berasal dari komputer yang menyala di dekat gelas itu, Alisha tau betul jika pantulan dari komputer itu merupakan sebuah rekaman cctv
Alisha mendelik tajam ke arah Dareen yang sekarang tengah menatapnya
"Pantesan gue merasa dari tadi ada yang ngawasin, tenyata dia biang keroknya" batin Alisha
"Kenapa kamu masih berdiri di situ? Kemarilah, kita makan bersama-sama"
"Maaf tapi saya tidak lapar" Alisha masih berusaha untuk tetap sopan, karena yang seseorang yang berada di depannya ini adalah seorang CEO perusahaan tempat ia magang
"Aku tidak suka mendengar kata penolakan, jadi sekarang duduklah"
Alisha melirik ke arah makanan yang berada di atas meja yang ternyata terdapat berbagai macam makanan laut
Dan tiba-tiba suatu ide muncul di pikiran Alisha
"Maaf bukannya saya menolak, hanya saja alergi dengan makanan laut" bohong Alisha, karena pada kenyataanya dia sangat suka sekali dengan makanan laut
Seketika itu juga Alisha terkejut bukan main karena mata Dareen yang awalnya berwarna biru laut berubah menjadi coklat keemasan, warna hampir mirip dengan mata serigala tapi sayangnya itu hanya berlangsung selama beberapa detik saja sebelum matanya kembali berwarna biru laut
"Aku tau kau tidak alergi dengan makanan laut" ini hanya perasaan Alisha saja atau memang suara pria di depannya tiba-tiba berubah? Suaranya terdengar lebih mengintimidasi dari sebelumnya
"Bagaimana anda bisa tau? Apakah anda mau bertanggung jawab jika nanti saya masuk rumah sakit ketika saya memakan makanan di depan saya?"
Dareen mengeram kesal
Apakah matenya baru saja membantah ucapannya?
Tanpa aba-aba dia menendang meja di depannya yang membuat makanan di atasnya jatuh berserakan di lantai
"Pergi!!" ujar Dareen yang terlihat jelas sedang mengotrol emosinya tersebut "Pergi sebelum aku menyakitimu"
Alisha yang masih saja terkejut atas kejadian yang baru saja terjadi pun tidak bisa melakulan apa-apa kecuali menuruti perintah pria di hadapannya
Yah sepertinya sekarang Alisha sudah tidak perduli lagi jika nanti dia akan dapat masalah
Dengan langkah yang cepat Alisha keluar dari ruangan tersebut
Ketika Alisha ingin menekan tombol lift yang tadi digunakannya untuk datang kesini, tiba-tiba saja lift tersebut terbuka dan menampilkan seseorang pria
Alisha tau pria itu, pria yang selalu bersama Dareen, pria yang kemarin memaki-maki temannya di Bali hanya karena menumpahkan kopi di jaket Dareen
Alisha menundukan kepalanya kemudian masuk ke dalam lift setelah pria tersebut keluar, dengan cepat Alisha menekan tombol untuk kembali ke lantai tempat dia menjalankan magang
Alisha melirik ke arah jam di tangannya, jam makan siang akan berakhir sepuluh menit lagi, sepertinya Alisha lumayan lama berada di ruangan tersebut
Sedangkan pria yang tadi berpapasan dengan Alisha terkejut bukan main karena melihat makanan yang berserakan di lantai dan jangan lupa juga sebuah meja yang sudah remuk karena sedari tadi di gunakan Dareen untuk meluapkan emosinya
"King apa yang kau lakukan" ujar pria itu panik
"Pergilah Richard"
"Apa ini karena gadis itu King? Gadis yang baru saja keluar dari ruangan mu itu?"
Tak ada jawaban dari Dareen karena ia masih sibuk mengatur emosinya
"Bukankah dia gadis yang King suruh saya untuk menyelidikinya? Kalau tidak salah namanya Alisha Abraham, bukan?" Ujar Richard tanpa tau jika ucapannya tadi akan berakibat fatal baginya
"BERANI-BERANINYA KAU MENYEBUT NAMA QUEEN MU DENGAN MULUT SIALAN MU ITU" bentak Jay yang baru saja berhasil mengambil alih tubuh Dareen
Jay mencengkram leher Richard dengan sangat kuat hingga membuat Richard kesusahan untuk bernafas
"A-apa yang Ki-king Jay maksud" ujar Richard dengan susah payah
"Gadis yang baru saja keluar itu adalah Queen mu sialan, dia mate ku" ucap jay dengan penuh intimidasi "jadi bersikap hormat lah kepada Queen mu"
Jay melepaskan cengkraman pada leher Richard, mata yang tadinya berwarna coklat keemasan itu kini kembali berwarna biru laut, itu berarti Dareen sudah mengambil alih tubuhnya kembali
Dareen menghembuskan nafasnya berat "Bersihkan ruangan ku"
Setelah mengatakan hal tersebut Dareen berjalan ke arah pintu yang berada di sudut ruangan dan masuk ke dalamnya
*******
Hal pertama yang disaksikan Alisha ketika ia baru saja sampai di ruangan tempatnya magang adalah kedua bersaudara yang asik bercanda sambil memakan snack yang tadi di beli oleh mereka
"Alisha kita dateng nih" ujar Dion ketika Alisha hendak duduk di tempatnya
"Lo ngapain aja 'Sha kok lama amat?" Tanya Dion
"Cuma di suruh benerin komputer doang" bohong Alisha
"Tapi masa sampai sekertarisnya langsung yang manggil elu sih? kan aneh, kenapa gak nyuruh orang lain aja yang lebih jago dari apa elu"
"Ya mana gue tau" jawab Alisha sambil menyedot susu coklat yang sudah ia telantarkan cukup lama di mejanya
"Lo gak apa-apa 'Sha?" Kali ini Rion yang angkat bicara setelah memperhatikan gerak gerik Alisha dari tadi
"Gak apa-apa gimana?"
"Ya gimana ya, gue cuma ngerasa kalau lu lagi beda aja, soalnya sejak lu dateng muka lu kayak orang lagi mikirin sesuatu, kan gue jadi kawatir"
"Gue gak papa kok, cuma sedikit sebel aja"
"Beneran?" Tanya Rion untuk memastikan
"Iya, masa lu gak percaya sih sama gue" jawab Alisha
"Oke deh kalau gitu"
Alisha kembali menyeruput susu coklat miliknya, pikirannya menerawang tentang kejadian tadi
Niat awal Alisha hanya ingin mengerjainya saja, Alisha tidak tau jika hal tersebut sampai membuat pria itu emosi
"Apakah aku sudah kelewatan?" Batin Alisha
Alisha sama sekali tidak tau jika seorang Dareen Walcott adalah pria yang sangat tempramental, jika saja ia tau dari awal Alisha tidak akan nekat untuk memancing emosi pria itu
"Arrgh bodo amat lah" gerutu Alisha yang sudah tak mau lagi ambil pusing atas kejadian yang baru saja terjadi.
*******
Hai guys 👋👋
I am back!!!
Jika ada typo dan kesalahan lainnya tolong bilang-bilang ya, ntar aku perbaiki
Jangan lupa untuk Follow, Vote dan Commentnya 💋💋💋
See you in the next chapter 👋👋👋
- Love Ryn