Rival, Katanya (Junsang)

By naeprikixx

2.4K 491 191

[JUNSANG] END, FINISH BXB, BL, YAOI Junho sering banget usil sama Eunsang, Eunsang juga sering banget ngom... More

prolog
chapter 1
chapter 2
chapter 3
chapter 4
chapter 5
chapter 6
chapter 7
chapter 8
chapter 9
chapter 10
chapter 11
chapter 13
chapter 14
chapter 15
chapter 16
Chapter 17
special chapter : 1
Chapter 18
special chapter : 2
Chapter 19
Chapter 20
Chapter 21
Chapter 22
special
Chapter 23
Chapter 24
Chapter 25
chapter 26
Chapter 27
Chapter 27 (ii)
Chapter 28
Chapter 28 (ii)
Chapter 29
Chapter 30
Chapter 30 (ii) : Emperan
Rival Fakestagram
Chapt 31 : Babysitters
Chapter 32
Not Update
Special Chapter : Special Stage Dream Concert
Chapter 33
Chapter 34
Chapter 35 [END]
Bonus : Fakestagram pt2
Bonus : Fakestagram pt3
Epilogue
Beautiful in White
Junho's Day
Sequel

chapter 12

50 12 15
By naeprikixx

"makasih Jun udah nganterin." Ujar Eunsang.

Saat ini keduanya tengah berada didepan rumah Eunsang. Hari udah sore dan hampir gelap, Eunsang tadi juga udah ditelepon oleh mamanya untuk segera pulang. Qian—keponakan Junho awalnya masih ingin bermain dengan Eunsang begitupun Eunsang, tapi Eunsang gak pernah main keluar hingga malam makanya mamanya langsung meneleponnya dan menanyakan keberadaanya lalu disuruh pulang jika urusannya selesai.

Bocah umur 4 tahun itu juga sempat menangis enggan melepaskan Eunsang yang akan pulang. Berkat Junho yang berkata jika hari hampir malam dan uncle Eunsang nya tidak boleh pulang malam, serta Eunsang yang menjanjikan jika ia akan kembali lagi bermain bersama bocah umur 4 tahun itu. Akhirnya Qian melepaskan genggaman tangannya pada pakaian Eunsang dengan mata yang berkaca kaca dan perasaan yang belum ikhlas.

"Biasa aja kali. Kan gue yang ngajak lo jalan, gue juga yang bertanggung jawab. Kalo lo kenapa napa, pasti gue yang kena salah." Ujar Junho.

Eunsang terkekeh. "Aneh aneh banget sih." Ucap Eunsang. "Oh iya Jun, Qian sampai kapan disini?"

"Dua minggu kayaknya. Kak Myungsoo ambil cuti tiga minggu, perjalanan dari sini ke LA bakalan jauh dan melelahkan, makanya beberapa hari sebelum cuti kak Myungsoo habis, mereka udah harus pulang." Jawab Junho dan diangguki oleh laki laki surai merah tersebut.

"Gue pengen main lagi sama Qian. Weekend nanti gue mau main deh sama dia." Ujar Eunsang.

Junho mengangguk. "Kalo lo mau main kabarin biar gue jemput. Emangnya lo gak belajar?"

Eunsang menggeleng. "Enggak. Gue bakalan habisin materinya sebelum weekend."

"Jangan terlalu sibuk belajar." Eunsang mengangguk mendengar penuturan Junho.

"Yaudah Jun, ini udah mau malem. Gue masuk ya." Kata Eunsang.

"Iya. Gue pulang, ya,"

Eunsang mengangguk dan menatap motor Junho yang sudah menjauh dari rumahnya. Setelah memastikan Junho tidak ada lagi di matanya, Eunsang masuk kerumah.

"Mama~ adek pulang~" Eunsang berteriak ketika pintu rumahnya terbuka. Harum masakan yang dibuat mamanya menyambut kedatangannya.

"Kak Eunsang udah pulang?"

Eunsang melirik Jinwoo yang duduk didepan televisi. Ia tersenyum sabar, kenapa sih orang orang pada sering banget bertanya kayak gitu jelas jelas dia udah ada dirumah.

"Mama mana?" Tanya Eunsang balik enggan menjawab pertanyaan dari Jinwoo. Padahal Eunsang tau mamanya lagi dimana, malah nanya lagi.

"Di dapur, lagi masak." Jawab Jinwoo. Anak itu selain sedang menonton televisi, didepannya juga terdapat tiga buku tebal yang ia baca.

Merasa penasaran, Eunsang mendekat kearah Jinwoo dan duduk di sofa sebelah Jinwoo. "Ini buku tentang apa? Kok banyak banget?" Tanya Eunsang. Meskipun sering belajar, tapi untuk sekali belajar langsung membaca tiga buku tebal seperti itu, Eunsang tidak mampu.

Jinwoo menatap Eunsang tersenyum manis. "Ini buku tentang aritmatika, Teorema pythagoras, fungsi, geometris. Tiga buku ini isinya rumus matematika untuk 3 tahun, kak." Jawab Jinwoo membuat Eunsang tercengang. Jelas saja anak ini sering memenangkan olimpiade, pelajaran materi kelas sembilan saja mungkin ia mengerti.

"Ini otak kamu gak ngebul gitu? Rumusnya banyak loh." Tanya Eunsang memastikan.

Jinwoo menggeleng dengan santai dan menunjukkan catatannya yang penuh dengan rumus. "Enggak kak, aku malah suka banget hitung hitungan gini." Jawab Jinwoo.

"Kamu gak ada waktu main dong kalau kayak gini?"

"Aku pulang sekolah langsung kerumah dan belajar kak. Jadi pinter itu juga gak enak. Banyak bebannya kak, takut gak sesuai sama ekspektasi orang ke aku. Dipikiran aku penuh sama kata kata negatif dan pandangan orang orang ke aku kalau aku gak bisa dapatin penghargaan kayak gini lagi."

Eunsang mengangguk membenarkan apa yang diucapkan oleh Jinwoo. "Iya, kamu benar. Padahal orang orang memperhatikan nilai kita aja enggak, tapi yang ada di pikiran kita berkata lain. Orang orang punya ekspektasi tinggi, lihat berapa banyak orang orang yang mandang kamu rendah kalau nilai kamu jatuh?"

Jinwoo mengangguk. Ia juga sedikit senang bisa berbicara sepanjang ini bersama Eunsang. "Benar banget, kak. Tapi karena sering mikirin perkataan orang lain sampai lupa kalau diri kita sendiri itu sebenarnya capek."

"Hm... Aku udah berusaha untuk waktu remaja ku dihabiskan dengan hal seru seru bukannya stress mikirin hal yang harusnya dipikirin lebih lama lagi." Ujar Eunsang. "Sekarang aku kelas sebelas, setidaknya menghabiskan satu tahun full untuk bermain sebelum akhirnya fokus pada ujian akhir."

Diam sejenak. Tidak ada pembicaraan lain antara mereka.

"Kak Eunsang paham gak rumus tentang pajak? Kok disini penjelasannya kurang rinci ya?" Tanya Jinwoo menunjukkan buku tebal itu.

Eunsang berpikir. Ini pelajaran sudah beberapa tahun lalu, jelas Eunsang melupakannya. "Itu persen pajaknya berapa?"

"10 persen." Jawab Jinwoo.

Eunsang menganggukkan kepalanya mengingat kembali materi beberapa tahun lalu. "Ini masih tingkatan easy, haha." Eunsang tertawa renyah membuat Jinwoo berkedip berkali kali melihat Eunsang. Jarang sekali Eunsang tertawa ketika bersamanya, bahkan laki laki itu sering menatapnya datar ketika bertemu.

"Gampang banget ini mah." Ujar Eunsang dan menarik kertas buku catatan milik Jinwoo dan pena. "10 persen berarti itu 10/100 dikali sama harga awalnya. Misal harga awalnya itu 150.000 berarti. 10/100 dikali 150.000. Nol di sepuluhnya coret, nol di seratusnya coret dua, nol di 150.000 nya juga dicoret satu. Jadi 15.000. untuk harga bayarnya gampang, harga awal ditambah harga pajaknya. Harga awalnya 150.000 dan harga pajaknya 15.000, jadi hasilnya 165.000. wah gila, aku masih ingat ternyata rumus ini padahal udah lama banget loh." Eunsang membanggakan dirinya, padahal ini mah memang easy pelajaran anak kelas tujuh.

Jinwoo tersenyum lebar dan tertawa. "Sebenarnya aku sudah tahu, hanya ingin ngetes kakak aja."

Eunsang cemberut menatap Jinwoo. "Loh kok gitu? Yaampun kamu ini ya, otakku udah berputar cepat biar bisa ingat rumusnya tau."

"Ya maaf kak, haha. Aku kira kakak sudah lupa." Ujar Jinwoo.

"Emang udah lupa, tapi inget sedikit sedikit." Jawab Eunsang lalu berdiri. "Aku mau mandi dulu. Oh ya, siap siap gih, aku mau ajakin kamu jajan keluar. Di taman sana kalau malam ramai yang berjualan makanan pinggir jalan." Ajak Eunsang.

Tanpa berpikir Jinwoo mengangguk cepat. "Ayok!!! Aku gak pernah jajan gituan."

Eunsang tersenyum. Ternyata hidup dia bahkan lebih nyaman daripada Jinwoo yang gak pernah mencoba makanan pinggir jalan seperti itu. Eunsang paham, gak ada orang pintar tanpa belajar dan mengorbankan waktunya. Semua orang pintar pasti karena sering diasah dan belajar, meskipun waktunya lebih banyak terbuang untuk belajar.

Dari dapur ada mamanya bersama kak Jinhyuk yang mengintip kedua kakak adik berbeda ibu itu. Mamanya dan kak Jinhyuk tersenyum bangga, setidaknya Eunsang sedikit demi sedikit merubah pandangan buruknya ke Jinwoo.

***

"Ini namanya telur gulung, ini makanan legend banget loh. Bikinnya pun gampang tapi enak banget apalagi pakai saos kayak gini." Ujar Eunsang memberikan sebungkus telur gulung harga seribuan itu.

Sebenarnya Eunsang tidak dibolehkan makan saos bungkusan seperti itu, namun ia membujuk mamanya agar mengizinkannya makan ini. Eunsang itu minggu kemarin sudah jajan banyak sekali makanan yang dikasih saos bungkusan, makanya ia tidak diperbolehkan. Tapi berkat aegyo Eunsang ditambah aegyo milik Jinwoo, mamanya lemah dan mengizinkan anak anak itu untuk jajan meskipun dipantau Jinhyuk dari jauh karena tidak ingin mengangguk waktu kakak adik yang baru saja dekat hari ini.

Tempatku dadar gulung masih seribuan satu tusuk^^

Jinwoo mengangguk dan memakan satu tusuk telur gulung. Kemudian mata anak itu membesar. "Enak banget ya ternyata. Meskipun cuma telur biasa dikasih garam doang tapi kenapa rasanya seenak ini deh?"

Eunsang tersenyum bangga ke Jinwoo. Umurnya udah tiga belas tahun tapi kenapa belum mencicipi jajanan yang bahkan Eunsang sendiri sering memakannya saat masuk TK.

"Saosnya beda ya? Rasanya lebih enak dari saos botolan yang sering digunakan untuk makan nugget." Ujar Jinwoo.

"Iya kan? Tapi tetap aja gak dibolehin terlalu banyak memakan saos kayak gini." Ujar Eunsang dengan raut wajah sedih.

"Ini enak banget, kenapa ya? Padahal sama aja kayak telur dadar yang sering dimakan bareng sama nasi."

"Makanya itu, heran juga."

Eunsang menelisik taman yang ramai dengan orang berjualan. Taman ini yang sering membuat perumahan Eunsang tidak terlalu sepi ketika malam.

"Jinwoo suka es krim rasa apa?" Tanya Eunsang ketika mendapatkan satu stan jajanan disana.

"Apa aja."

Eunsang mengangguk kemudian berjalan kearah stan jajanan disana yang membuat Jinwoo menatap bingung kakaknya itu. Jinwoo memilih duduk disalah satu bangku disana, karena suasana ramai jadi Jinwoo tidak akan membiarkan ia dan Eunsang kehilangan bangku yang mereka duduki sekarang.

Tidak lama, Eunsang kembali dengan membawa sebuah jajanan yang terlihat asing di mata Jinwoo.

"Apa ini kak?" Tanya Jinwoo setelah menerima jajanan berwarna putih itu dengan asap dingin yang berterbangan.

"Ini namanya es potong. Rasanya sih sama aja tapi varian warnanya yang bikin beda. Tapi kalau sedang musim buah, rasanya bakalan ada yang beda. Didalamnya ada kacang hijau. Sebenarnya ini tuh beda beda gitu, tergantung sama yang jualnya. Ada yang rasanya beda beda, ada yang gak dikasih kacang hijau." Jawab Eunsang dan diangguki oleh Jinwoo.

"Hm, enak ya." Ujar Jinwoo diangguki oleh Eunsang.

"Kamu belum pernah nyobain ginian?" Tanya Eunsang yang didapatkan gelengan dari Jinwoo.

"Semua makanan yang dijual dipinggir jalan gak pernah aku cobain. Selain karena nabung, aku juga sering dibeliin makanan fast food yang di restoran gitu. Padahal jajanan pinggir jalan kayak gini enak banget." Jawab Jinwoo.

Eunsang mengangguk. Dari wajah Jinwoo memang anak itu kelihatan banget kalau dia anak rumahan.

"Oh iya, ada banyak banget jajanan disini yang harus kamu cobain." Ujar Eunsang kemudian laki laki itu berdiri. "Kamu tunggu sini ya, aku beliin beberapa." Jinwoo hanya mengangguk saja.

Cukup lama sih, Eunsang kembali lagi dengan membawa banyak plastik yang berisi jajanan yang berbeda.

"Nih kamu cobain, ini cilok, ini batagor, ini cilor." Eunsang memberikan bungkusan itu kepada Jinwoo. "Oh iya, kamu ada alergi gak?" Jinwoo menggeleng dan menerima pemberian dari Eunsang.

"Kamu tahu gak aku tadi kesini bawa uang berapa?" Tanya Eunsang yang didapati gelengan oleh Jinwoo tapi yang jelas bakalan keluar banyak uang sih.

"Cuma duapuluh lima ribu." Jawab Eunsang santai membuat Jinwoo melotot kaget. Sebanyak ini cuma duapuluh lima ribu cukup? Wah. "Kaget kan? Makanan di mall mana dapat duapuluh lima ribu. Nih tadi telur gulung nya harganya enam ribu, es potong cuma empat ribu dua potong, ciloknya dua ribu, batagor tiga ribu, cilor tiga ribu."

"De-delapan belas ribu?" Eunsang mengangguk dengan bangga. "Bohong pasti, kan? Mana ada makanan sebanyak ini, bikin kenyang lagi, semurah itu?"

Eunsang terkekeh. "Kamu gak tahu sih, di depan SD malah lebih murah. Cilok bisa kamu beli pakai uang seribu." Jawab Eunsang. "Sebentar, aku belikan minuman dulu."

Lalu Eunsang kembali lagi setelah mendapatkan segelas es yang ia beli di stan yang mereka tempati sekarang.

"Aku pernah cobain batagor, tapi isinya cuma lima dan harganya duapuluh ribu. Sedangkan ini? Isinya ada tahu dua batagornya ada enam ditambah sayur kol, cuma tiga ribu?" Eunsang mengangguk.

"Ini di pasar dapat lima ribu ada telur sama kentangnya. Tapi ini cuma tiga ribu jadi cuma dapat segitu."

Jinwoo mengerjap. Yang benar saja?

"Kak, beneran? Aduh kalau kayak gini uang jajanku sehari gak akan habis cuma buat beli makan di kantin dong." Ujar Jinwoo. "Di kantin aku gak ada yang jual kayak gini, isinya mahal mahal semua."

"Sekolah kamu elit, makanya mahal mahal." Sahut Eunsang.

"Gak pernah makan cilok, 'kan?" Jinwoo menggeleng. "Cilok ini jajanan yang enak banget, dikasih bumbu kacang sama kecap terus saos. Enak banget. Apalagi ada pedes pedesnya, aduh kadang duit cuma dua ribu buat beli cilok aja mau nambah lagi sangking ketagihannya sama cilok."

"Aku jadi kayak ngenalin jajanan pinggir jalan ke turis ya, haha." Tawa Eunsang, Jinwoo juga ikut tertawa.

"Kalau ini namanya apa kak?" Tanya Jinwoo menunjukkan gelas yang ia genggam dengan isinya yang tinggal setengah.

"Ini namanya es cendol, terbuat dari air gula, air santan sama air gula merah. Kadang isinya dikasih cincau kayak yang sekarang ini atau kalau sedang musim kolang kaling bakalan dikasih itu. Ini tuh enak dan seger banget apalagi kalau lagi panas panas."

"Enak ya. Haha, aku jadi bisa nyobain makanan kayak gini disini. Aku mau tinggal disini aja, gak mau balik ke rumah." Ujar Jinwoo membuat Eunsang tertawa.

"Kalau kamu tinggal disini, kamu mau tidur dimana?"

"Kamar kak Esa, haha."

Pecahlah tertawa mereka malam ini ditemani oleh jajanan murah yang ada di dalam bungkusan yang di genggam oleh Jinwoo. Tenang, disisi mereka udah disediain kotak sampah untuk membuang sampah agar tidak mengotori lingkungan perumahan yang dirugikan juga semua orang apalagi yang dagangnya.

Dikejauhan ada Jinhyuk yang sedang makan bakso sambil memperhatikan kedua adiknya itu. Jinwoo sama Eunsang tau jika ada Jinhyuk, tadi berangkatnya juga barengan kok, tapi mereka mengabaikan Jinhyuk dan melupakan bahwa ada Jinhyuk yang bersama mereka tadi.

***

Tbc

Gimana nih? 2lee nya udah dekat.
Itu rumus matematikanya aku juga lupa wkwk, tapi kemarin aku ketemu buku catatan matematika kelas 7😁

Continue Reading

You'll Also Like

10.3K 872 21
"Apa itu cinta dalam diam, aku akan mencintaimu dengan ugal mas Tara." - Sabil "Dasar, bocah gila." - Wistara Keduanya memiliki sifat yang berbeda...
275K 46.8K 29
this story is absolutely abnormal because was #1 in paranormal -052120 warn: -lowercase -non baku
1.9M 28.8K 45
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
29.1K 2K 37
WARNING!!! Disini adalah lapak boyslove, yang tidak suka dilarang mampir apalagi hate komen. Cukup di skip aja dan carilah bacaan yang sesuai dengan...