chapter 12

50 12 15
                                    

"makasih Jun udah nganterin." Ujar Eunsang.

Saat ini keduanya tengah berada didepan rumah Eunsang. Hari udah sore dan hampir gelap, Eunsang tadi juga udah ditelepon oleh mamanya untuk segera pulang. Qian—keponakan Junho awalnya masih ingin bermain dengan Eunsang begitupun Eunsang, tapi Eunsang gak pernah main keluar hingga malam makanya mamanya langsung meneleponnya dan menanyakan keberadaanya lalu disuruh pulang jika urusannya selesai.

Bocah umur 4 tahun itu juga sempat menangis enggan melepaskan Eunsang yang akan pulang. Berkat Junho yang berkata jika hari hampir malam dan uncle Eunsang nya tidak boleh pulang malam, serta Eunsang yang menjanjikan jika ia akan kembali lagi bermain bersama bocah umur 4 tahun itu. Akhirnya Qian melepaskan genggaman tangannya pada pakaian Eunsang dengan mata yang berkaca kaca dan perasaan yang belum ikhlas.

"Biasa aja kali. Kan gue yang ngajak lo jalan, gue juga yang bertanggung jawab. Kalo lo kenapa napa, pasti gue yang kena salah." Ujar Junho.

Eunsang terkekeh. "Aneh aneh banget sih." Ucap Eunsang. "Oh iya Jun, Qian sampai kapan disini?"

"Dua minggu kayaknya. Kak Myungsoo ambil cuti tiga minggu, perjalanan dari sini ke LA bakalan jauh dan melelahkan, makanya beberapa hari sebelum cuti kak Myungsoo habis, mereka udah harus pulang." Jawab Junho dan diangguki oleh laki laki surai merah tersebut.

"Gue pengen main lagi sama Qian. Weekend nanti gue mau main deh sama dia." Ujar Eunsang.

Junho mengangguk. "Kalo lo mau main kabarin biar gue jemput. Emangnya lo gak belajar?"

Eunsang menggeleng. "Enggak. Gue bakalan habisin materinya sebelum weekend."

"Jangan terlalu sibuk belajar." Eunsang mengangguk mendengar penuturan Junho.

"Yaudah Jun, ini udah mau malem. Gue masuk ya." Kata Eunsang.

"Iya. Gue pulang, ya,"

Eunsang mengangguk dan menatap motor Junho yang sudah menjauh dari rumahnya. Setelah memastikan Junho tidak ada lagi di matanya, Eunsang masuk kerumah.

"Mama~ adek pulang~" Eunsang berteriak ketika pintu rumahnya terbuka. Harum masakan yang dibuat mamanya menyambut kedatangannya.

"Kak Eunsang udah pulang?"

Eunsang melirik Jinwoo yang duduk didepan televisi. Ia tersenyum sabar, kenapa sih orang orang pada sering banget bertanya kayak gitu jelas jelas dia udah ada dirumah.

"Mama mana?" Tanya Eunsang balik enggan menjawab pertanyaan dari Jinwoo. Padahal Eunsang tau mamanya lagi dimana, malah nanya lagi.

"Di dapur, lagi masak." Jawab Jinwoo. Anak itu selain sedang menonton televisi, didepannya juga terdapat tiga buku tebal yang ia baca.

Merasa penasaran, Eunsang mendekat kearah Jinwoo dan duduk di sofa sebelah Jinwoo. "Ini buku tentang apa? Kok banyak banget?" Tanya Eunsang. Meskipun sering belajar, tapi untuk sekali belajar langsung membaca tiga buku tebal seperti itu, Eunsang tidak mampu.

Jinwoo menatap Eunsang tersenyum manis. "Ini buku tentang aritmatika, Teorema pythagoras, fungsi, geometris. Tiga buku ini isinya rumus matematika untuk 3 tahun, kak." Jawab Jinwoo membuat Eunsang tercengang. Jelas saja anak ini sering memenangkan olimpiade, pelajaran materi kelas sembilan saja mungkin ia mengerti.

"Ini otak kamu gak ngebul gitu? Rumusnya banyak loh." Tanya Eunsang memastikan.

Jinwoo menggeleng dengan santai dan menunjukkan catatannya yang penuh dengan rumus. "Enggak kak, aku malah suka banget hitung hitungan gini." Jawab Jinwoo.

"Kamu gak ada waktu main dong kalau kayak gini?"

"Aku pulang sekolah langsung kerumah dan belajar kak. Jadi pinter itu juga gak enak. Banyak bebannya kak, takut gak sesuai sama ekspektasi orang ke aku. Dipikiran aku penuh sama kata kata negatif dan pandangan orang orang ke aku kalau aku gak bisa dapatin penghargaan kayak gini lagi."

Rival, Katanya (Junsang)Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu