ASTRAPI (ON GOING)

By yulia_moirei

1.9K 1.3K 1.2K

Blurb: Nyx Calista, gadis blasteran Indonesia - Yunani yang dirundung sedari kecil hingga hampir mati tertabr... More

Percakapan
Visual Tokoh.
BAB 1 : Hari Pertama di Latendra
BAB 2 : Markas Astrapi
BAB 3 : Haters.
Bab 4 : Persahabatan.
BAB 5 : Perang Dunia 3
Bab 6 : Damai
BAB 7 : HP baru.
Bab 8 : Celengan Babi
Bab 9 : Perlombaan Seni
Bab 10 : Kumpul Dadakan.
Bab 11 : Berlari di Lorong.

Prolog

220 132 202
By yulia_moirei

Sebelum kalian mulai membaca mending siapin nafas dulu yang banyak. Entar kalau kehabisan oksigen gak tanggung jawab 😂 sama mau ingetin untuk follow Ig: @geng_astrapi untuk tahu video dan foto-foto karakternya. Cek video yg diatas yah!!!

Okey jadi ini prolognya agak dark gimana gitu, kalau mau di skip dan nunggu Bab 1 sih gak apa-apa. Tapi kamu gak bakal tahu tujuan awal dari tokoh utama.

Selamat membaca guys ...
Bantu koreksi jugalah, ini belum direvisi sama sekali :(

----BATAS SUCI----


Prolog

Masa kanak-kanak tidak selamanya indah dan berwarna, terkadang dihiasi luka dan derita yang tidak sesuai dengan usia. Seperti suatu tragedi yang dialami anak perempuan berusia tujuh tahun. Setiap hari ia mendapat ejekan dari teman sebayanya dengan julukan "Orang pucat." Ia pun sering dikucilkan dan dibully karna fisiknya yang berbeda dari murid-murid di SD Nalendra.

Surainya berwarna coklat bak batang kayu jati, kulit seputih awan dan terdapat bekas luka berbentuk hati di dekat mata. Itulah yang membuat anak perempuan berkebangsaan Indonesia dan Yunani ini tampak semakin mencolok dan berbeda dari mojang Sunda di sekolahnya. Maka sebab itu, ia tidak memiliki teman dan selalu dijauhi banyak orang. Ia selalu sendirian menghadapi derita yang setiap hari diterima. Baginya manusia bisa berubah dan ia yakin suatu saat nanti teman-temanya akan berubah menjadi sahabat.

Semakin ia berharap semua akan berubah dengan keadaan yang lebih baik, semakin kejam derita yang ia alami. Seperti suatu tragedi yang mengerikan, dimana nyawanya dipermainkan sebagai taruhan hidup dan mati di rell kereta api. Inilah gerbang awal perjalanan hidup anak blasteran Indonesia dan Yunani yang terjebak diantara setiap masalah rumit dan percintaan yang tak biasa.

*****

Disuatu hari yang mendung dibulan Oktober tahun 2011. Seorang anak perempuan berusaha meraih kalung pemberian ibunya yang tersangkut dibatang Pohon Mahoni akibat dilempar teman sekelasnya. Ia berusaha sekuat tenaga, namun sangat sulit karna terlalu tinggi. Ia pun memutuskan menggunakan gagang sapu sembari berjinjit-jinjit. Bukanya berhasil, malah sapunya mengenai kepala anak laki-laki kelas enam yang tengah asik mengobrol dekat Pohon Mahoni.

Anak laki-laki itu pun marah sekaligus kesal, ia meminta teman-temanya untuk membantu mengejar anak perempuan itu. Dengan ketakutan, anak perempuan bersurai coklat itu berlari dari kejaran segerombolan kakak kelasnya.

"Orang pucat! Orang pucat!" teriakan segerombolan anak laki-laki tak didengar oleh anak perempuan berkulit putih itu. Ia benar-benar ketakutan, ia tidak mau sampai tertangkap oleh mereka. Ia berusaha lari sekuat mungkin keluar dari sekolah menuju sekolah SD Latendra tempat kakak laki-lakinya bersekolah. Jarak sekolah mereka memang tidak terlalu jauh, hanya dibatasi rell kereta api.

"Kembali kamu orang pucat!" suara mereka semakin cepat menghampiri anak perempuan itu.

"Kamu harus mati! Kamu menyusahkan kami!" teriakan mereka semakin mengerikan ditelinga anak perempuan.

"Aku harus lari, aku tidak mau mati!" ucapnya dengan tekad yang kuat. Tetapi belum sampai ia disekolah sang kakak, ia sudah terjatuh di pinggir rell kereta dengan lemas. Ia berusaha bangkit dengan sisa kekuatanya untuk berdiri, tapi segerombolan anak laki-laki itu datang dan mengepungnya.

"Orang pucat ... Orang pucat ..." suara nyaring itu membuat anak perempuan ketakutan, ia menutup telinganya rapat-rapat dengan kedua tanganya.

"Hentikan, aku mohon hentikan!" anak perempuan itu menangis tersedu-sedu, namun suara mereka semakin kencang, tak peduli dengan anak perempuan yang memelas memohon ampunan.

Tiba-tiba dari kejauhan terdengar suara kereta api yang mendekat kearah mereka. Ide gila pun muncul dari salah satu anak laki-laki.

"Kita dorong orang pucat ke rell!" serunya dengan semangat.

Mendengar hal itu, anak perempuan berusaha untuk kabur. Tetapi, tangannya ditarik dan ia didorong ke rell kereta. Ia menjerit ketakutan, badan gemetar dengan kencang, jantungnya berpacu dengan cepat, ia berharap ada seseorang yang menolongnya. Tapi harapan itu sirna karna kereta melaju semakin dekat kearahnya yang berdiri dengan lemas, lututnya terluka dan darah menetes dengan deras hingga mengeluarkan bau anyir.
Ia membeku ditempatnya berpijak, sembari menatap ajal yang menjemputnya. Ia pasrah karna tubuhnya sudah lemas dan sulit digerakan.

Segerombolan anak laki-laki tadi pun sudah pergi jauh ketepian rell, sembari tertawa terbahak-bahak melihat anak perempuan yang lemah menunggu kematian yang jaraknya semakin dekat.

"Ya Allah, apa kesalahanku pantas mendapat ini? kenapa mereka berbuat buruk padaku? Ya Allah aku takut kalau mati sekarang. Tolong aku Ya Allah!" batinya menjerit meminta pertolongan sangkuasa.

Klakson kereta semakin terdengar jelas, ia pun mulai menutup mata dengan pasrah jika tubuhnya akan terpental jauh dan remuk terlindas kereta yang cepat. Setidaknya nanti hidupnya akan bahagia, tidak ada derita yang harus ia terima setiap waktu. Mungkin Allah ingin hidupnya berhenti sampai disini. Tetapi sepasrah apapun ia, anak perempuan itu masih berharap ada yang menolongnya.

"Ya Allah selamatkanlah aku."
Tak lama dari itu angin berhembus semakin kencang dan tubuh anak mungil itu terhempas ke pinggir rell. Ia merasakan lututnya berdenyut nyeri, badanya menghantam bebatuan kecil dipinggir rell. Apa ia benar-benar sudah mati? Ia belum juga membuka kelopak matanya. Hingga suara anak laki-laki terdengar di gendang telinganya.

"Hey, kamu gak apa-apa?" iris anak perempuan itu pun terbuka.

Pandangan pertama yang ia lihat adalah anak laki-laki berseragam sekolah persis seperti milik kakak laki-lakinya. Anak perempuan itu melihat dagu anak laki-laki itu robek hingga kearea bibir dan mengeluarkan darah segar yang sangat banyak melebihi lututnya yang terjatuh tadi.

"Apa aku masih hidup?" tanya anak perempuan itu dengan raut wajah bingung.

"Ya, aku yang menolongmu tadi." jawab anak laki-laki yang terduduk lemas disebelah anak perempuan.

Tak lama dua anak laki-laki lain datang menghampiri dengan tergesa-gesa, yang satu berkaca mata bulat dan yang satu lagi menggunakan iket khas Bali.

"Zeus, kamu teu ku nanaon?" tanya anak berkacamata dengan raut wajah panik melihat darah segar yang bercucuran.

"Kita bawa Zeus ke rumah sakit aja cuk!" seru anak beriket Bali itu, sembari memapah anak bernama Zeus.

"Tunggu ..." Zeus meminta teman-temanya untuk berhenti berjalan. Ia berusaha mendekati anak perempuan yang terkapar lemas itu.

"Dia harus ikut." Zeus meminta anak berkaca mata untuk menolong anak perempuan itu juga. Mereka pun menuju rumah sakit terdekat.

*****

Bau obat-obatan tercium dihidung kecil anak perempuan itu. Ia menangis tersedu-sedu jika mengingat tragedi yang baru saja ia alami. Badanya gemetar dengan hebat, berulang kali dokter dan suster bertanya keadaanya, namun ia nampak sangat ketakutan. Polisi pun datang untuk menyelidiki kasus anak perempuan yang hampir tertabrak rell kereta itu, tapi ia tidak mau bercerita.

Dokter pun meminta kepada dua anak laki-laki yang sehat untuk membujuknya bicara. Namun lagi-lagi anak perempuan itu tak mau bicara. Polisi pun berusaha mencari tahu kebenaran lewat korban lain yang bernama Zeus, polisi mendengarkan kronologi awal bagaimana ia bisa melihat anak perempuan itu berada ditengah rell kereta. Polisi meminta Zeus untuk mendekati anak perempuan bersurai cokelat itu yang nampak trauma berat.
Zeus pun berjalan menuju ranjang anak perempuan itu, ia mendekatinya dengan senyum manis yang terukir jelas diwajahnya. Ia berharap anak perempuan itu lekas sembuh dari ketakutan dan menjadi anak pemberani yang mau bercerita tentang kronologi kejadian yang ia alami.

"Hey..." sapa anak laki-laki itu dengan ramah.

"Kamu sudah sembuh?" anak perempuan yang sedari tadi terdiam dan tak mau bicara itu bersuara merdu.

"Aku jagoan, mana mungkin aku sakit. Sebaliknya bagaimana keadaanmu?" anak berperban putih di dagu dan membawa infusan itu nampak menyombongkan diri.

"Aku baik-baik saja. Aku hanya takut dengan orang asing." anak perempuan itu menundukan kepalanya, berharap ayah dan ibunya segera menjemput.

"Mereka baik kok, tidak menggigit. Bahkan mereka merawatku dengan baik." anak laki-laki itu menunjuk perban yang melilit dagunya.

"Maaf." suara anak perempuan itu berucap dengan pelan, sembari menunduk dan menangis.

"Maaf buat apa?" tanya anak laki-laki dengan raut wajah polos.

"Kalau bukan karna aku, kamu gak bakal terluka." isakan terdengar dari anak perempuan itu.

"Gak apa-apa kok, aku kuat. Kamu jangan nangis yah, nanti aku dimarahi Pak Polisi loh." ucap Zeus dengan penuh harapan agar anak itu berhenti menangis.

"Iya, aku gak nangis kok." anak perempuan itu mengelap ingusnya yang keluar dengan tangan kecilnya serta menghapus air matanya yang menetes.

"Nah gitu dong jangan cengeng. Oh iya nama kamu siapa?" tanya Zeus dengan raut wajah penasaran.

"Ny.. Calista." anak perempuan itu menyebut namanya dengan sangat pelan hingga tak terdengar jelas ditelinga Zeus.

"Wow namamu cantik sekali Calista. Nama aku Zeus Latendra, dan dipojok sana adalah dua sahabat karibku, yang berkacamata namanya Aresya dan yang menggunakan iket namanya Artemis." Zeus menunjuk dua anak laki-laki yang tengah duduk dipojok ruangan bersama pak polisi.

"Panggil aku Art cuk! Bukan Artemis!" anak yang menggunakan iket protes dengan ucapan Zeus.

"Hahahaha, bukanya namamu Artemis?" Zeus tertawa dengan renyahnya tak peduli dengan luka didagunya, Calista pun tersenyum melihat Zeus tertawa.

"Kamu cantik kalau senyum. Aku suka lihat senyum kamu!" mendengar ucapan Zeus, Calista hanya terdiam dengan pipi yang merah.

"Gombal kali kamu Zeus." Artemis mendekat bersama Aresya ke ranjang milik Calista.

"Maneh bieu dibullyyah sama anak-anak Nalendra?" tanya Aresya kepada Calista.

"Bully itu apa?" tanya Calista dengan wajah polosnya.

"Abdi ge teu apal. Disuruh tanya sama Pak Polisi." Aresya menunjuk Pak Polisi yang berada dipojok ruangan. Sedangkan Pak Polisi hanya bisa tepok jidat, akhirnya pun Pak polisi berjalan mendekati Calista sembari membawa kertas dan bolpoin.

"Adek manis, kenapa kamu bisa ada direll kereta? Kok kamu mainya jauh banget?" tanya pak polisi. Calista pun mulai bercerita dari awal sampai akhir tentang kehidupanya hingga berakhir di rell kereta. Setelah itu pak polisi izin pamit, ia akan melihat CCTV di SD Nalendra dan menemukan anak-anak nakal yang bermain dengan nyawa manusia.

Zeus pun nampak iba dan kasihan dengan Calista, ia tidak menyangka jika Calista bisa diperlakukan buruk oleh teman-temanya.

"Calista, kamu harus janji sama aku. Nanti setelah ayah dan ibu mu menjemput, kamu harus bercerita kepada mereka. Kamu harus pindah sekolah ke tempat yang bagus lagi. Disana kamu harus bahagia dan jadi anak yang kuat. Kamu harus jadi anak pemberani, kalau ada yang jahatin kamu harus lawan yah. Jika suatu saat kita ketemu lagi, aku yakin kamu jodohku." Zeus berbicara dengan raut wajah serius. Sedangkan Calista mengangguk patuh dengan ucapan Zeus, baginya penolong hidupnya adalah Zeus, jika tidak ada dia mungkin ia sudah mati.

"Iya bener Calista, kamu gak boleh diem aja. " Artemis menimpali dengan senyum kudanya.

"Ceuk urang mah, kamu kudu kuat tong lemah!" Aresya berbicara dengan logat sunda yang kental dan tak kalah serius.

"Harus kuat kaya Naruto yah? Pake jurus seribu bayangan!" Artemis bergaya bak anime Naruto dari Jepang.

"Kalau gitu Calista harus jadi Sinobi dan pindah ke Desa Konoha." Zeus tertawa dengan ucapanya sendiri. Ia merasa geli mendengar ungkapan Artemis jadi ia menambahi kekonyolan itu. Tepat Zeus tertawa seorang pria dewasa masuk kedalam ruangan, ia menatap kesal kepada anak laki-laki yang tengah tertawa itu.

"Kau berbuat masalah lagi Ze? Anak kurang ajar kamu!" laki-laki itu menyeret Zeus untuk keluar dari ruangan Calista.

"Enggak Pah, Zeus gak nakal. Kali ini Zeus nolongin orang!" laki-laki berkumis dan bertubuh tegap itu tak mendengar ucapan anaknya.

"Ayo pulang, kalian juga ikut Om pulang!" laki-laki itu meneriaki Artemis dan Aresya untuk ikut bersama mereka. Sementara Calista masih termenung menunggu ayah dan ibunya menjemput.

"Calista ingat janjimu yah!" teriak Zeus yang sudah keluar dari ruangan.








Tamat deh prolognya, gimana seru gak sih? Bagaimana menurut kalian kasus perundungan/pembullyan yang dialami Calista? Dia di jauhi, diejek karena dia blasteran Yunani-Indonesia yang terkenal langka dan unik? Hem kira-kira gimana yah kelanjutannya? Apakah Calista dan Zeus bisa ketemu lagi di masa depan? Kuy siap-siap koreksi ...

Follow wp: @yulia_moirei
Follow IG: @yulia_moirei
Follow Yt: @yuliamoirei
Follow ig novel : @geng_astrapi

Continue Reading

You'll Also Like

940K 45.8K 61
Mendengar namanya saja sudah membuat Wilona bergidik ngeri, apalagi bertemu dengan sosoknya langsung. Mungkin Lona akan kabur begitu melihat bayangan...
5.3M 365K 68
#FOLLOW DULU SEBELUM MEMBACA⚠️ Kisah Arthur Renaldi Agatha sang malaikat berkedok iblis, Raja legendaris dalam mitologi Britania Raya. Berawal dari t...
2.1M 124K 42
Kanaya Tabitha, tiba tiba terbangun di tubuh seorang figuran di novel yang pernah ia baca, Kanaya Alandra Calash figuran dingin yang irit bicara dan...
3.6M 171K 63
[SEBELUM BACA YUK FOLLOW DAN VOTE SETIAP CHAPTER SEBAGAI BENTUK PENGHARGAAN BUAT AUTHOR YANG CAPE CAPE MIKIR ALURNYA, YA WALAU MUNGKIN ADA YANG GAK M...