"JUNA?!"
Dengan cepat Erliza, Alesha, Rindu, dan Amara menghampiri Juna yang terkapar lemah dilantai karena terpental dari kelasnya. Erliza membantu Juna berdiri. Juna memegangi rahangnya yang sakit, ditambah lagi tubuhnya yang terpental dari kelas.
"Kenapa sih lo Jun? Nggak us--" ucapan Erliza terpotong ketika melihat Garen yang kembali menarik kerah baju milik Juna.
Bugh!
Garen memberikan pukulan lagi untuk Juna. "Sampai gue dengar, lo ngomong gitu lagi ke gue, gue nggak segan-segan buat lo menderita, sekalipun lo teman gue!" Ancam Garen penuh penekanan.
Juna tersenyum miring. "Bukannya itu kenyataan? Cuma gara-gara cewek itu lo jadi lupa sama kita Gar!" Ujar Juna.
Siswa siswi pun masih menyaksikan. Tidak ada yang mampu melerai keduanya. Bahkan Elvin tadi juga terkena pukulan Garen ketika ingin memisahkan.
"BANGSAT! BERHENTI CARI MASALAH SAMA GUE, ARJUNA!" Sentak Garen semakin emosi.
"CARI MASALAH APA?! ITU KENYATAAN GARENDRA! APA LO TAU? LO ITU UDAH BUTA CINTA! BUTA GAR BUTA CINTA! Karena cewek itu lo jadi melupakan tanggung jawab lo, sebagai Ketua, lo nggak pantas jadi ketua!" Sentak Juna tak kalah keras, laki-laki itu juga benar-benar emosi dengan temannya itu.
Bugh!
"APA LO PERAH NGERASAIN JADI GUE? COBA LO JADI GUE ANJING!" Garen semakin naik pitam dibuatnya.
Bugh!
"KALAU GITU, LO GANTIIN GUE JADI KETUA, ANJING! BIAR LO TAU RASANYA, BANGSAT!"
Bugh!
"GAREN UDAH!" Teriak Alesha. Garen dengan nafas naik turun pun menghentikan memukuli Juna ketika Alesha menahan tangan laki-laki itu.
"Garendra lo sadar! Dia temen lo, berhenti lo kaya gini!" Ucap Elvin lalu menarik Garen untuk menjauh dari Juna yang sudah terkapar lemah. Erliza pun membantu Juna untuk berdiri.
"Apa?! Lo semua, juga mau bela dia?! Sekalian aja dia gantiin gue jadi Ketua Damianos!" Setelah mengucapkan kalimat itu Garen pun dengan penuh emosi meninggalkan kerumunan.
"Garen!" Panggil Alesha dan ikut mengejar Garen yang sudah perlahan menjauh dari mereka.
"Gue antar ke UKS Jun, sekalian gue obati luka-luka lo." Ucap Erliza yang masih memegangi lengan Juna.
"Nggak perlu, gue nggak apa-apa gue bisa sendiri," jawab Juna sembari memegangi rahangnya.
"Sekali aja, lo nurut bisa nggak sih?!" Bentak Erliza tidak suka.
"Ck, terserah lo!" Jawab Juna pasrah lalu menuruti Erliza untuk dibawa ke UKS. Bahkan tangan Erliza juga tak kunjung dilepaskan dari lengannya.
"Lihat temen lo, dia nggak sadar kalau dia juga udah mulai bucin." Ucap Revin kepada Elvin.
"Gue sempat lupa, kalau dia temen gue!"
- g a r e n d r a -
"Gar! Garen! Berhenti Gar, ck, berhenti gue bilang!" Teriak Alesha kepada Garen yang masih berjalan angkuh didepannya. Sungguh sekarang Garen terlihat sangat menakutkan dari biasanya.
Bruk!
"Awsh!" Ringis Alesha pelan sembari memegangi lututnya.
Tanpa sengaja Alesha menginjak tali sepatunya sendiri, jadilah gadis itu terjatuh ke lantai dengan lututnya yang lumayan terasa nyeri dan sedikit terluka.
Garen menghentikan langkahnya. Ia mendengus pelan, lalu ia berbalik menatap Alesha. Ia telah membuat gadisnya terluka.
"Lo nggak apa-apa?" Tanya Garen membantu Alesha berdiri.
"Awsh, pelan-pelan!" Ringis Alesha ketika dibantu berdiri dari jatuhnya.
"Gue obati luka lo," ucap Garen.
"Nggak perlu, gue nggak apa-apa." Jawab Alesha menatap dalam Garen yang masih termenung dihadapannya.
"Sorry, gara-gara gu--"
"Nggak perlu minta maaf, gue tau posisi lo," potong Alesha.
"Bolos sama gue, yuk?" Ajak Garen sembari memasukan kedua tangannya didalam saku celananya.
"Nggak! Gue tak--" ucapan Alesha terpotong ketika Garen dengan cepat menggendong Alesha seperti membawa karung beras.
"Gar, gila lo! Lepasin, malu dilihat orang!" Pekik Alesha terkejut.
"Diem!"
"GAR LO GILA, YA! DASAR LO COGIL! NYE--"
"Diam! Atau kalau nggak, gue cium lo didepan semua orang!"
- g a r e n d r a -
"Kenapa kita harus di Rooftop? Jelek, banyak sampah!"
"Tempatnya enak buat bolos." Jawab Garen enteng sembari menarik Alesha untuk duduk di sampingnya.
Terjadi hening untuk beberapa saat, tidak ada yang membuka suaranya, keduanya masih sibuk dengan pikiran mereka masing-masing.
"Kenapa lo berantem sama, Juna? Kalian itu teman, bahkan udah lama, kalau terjadi apa-apa sama lo atau dia, gimana?" Akhirnya gadis itu berani membuka suaranya.
"Lo khawatir sama gue?"
"Ck, bukan cuma sama lo, sama Juna juga!"
"Urusan cowok, lo nggak akan paham." Jawab tangan Garen terangkat, menyingkirkan sehelai rambut Alesha yang menutupi wajahnya.
"Gara-gara gue?" Tebak Alesha.
"Bukan."
"Lo bohong, Gar! Gue tau ini pasti gara-gara gue, salah gue!"
"Bukan, Sha."
"Lutut lo, masih sakit?" Lanjut Garen, mengganti topik yang sedikit mengganggunya.
"Udah mendingan, sedikit ngilu kalau dipakai buat jalan."
"Jadi, lo minta gue gendong lo terus?" Ujar laki-laki itu tersenyum tipis.
"Gue nggak bilang, ya! Lo jangan sok tau deh!"
"Gue tau, lo ngode gue."
"Please, deh Gar, jangan sok tau!"
"Sha?"
"Ya?"
"Gue, sayang sama lo," ucap Garen tiba-tiba, entah apa yang membuat dirinya ingin mengatakan kalimat itu.
Blush!
Pipi gadis itu merona bak kepiting rebus. Yang benar saja, ia baru saja salah tingkah, dengan Garen?
"Masa, lo yakin?" Tanya Alesha berusaha menghilangkan rasa gugupnya.
"Lo cantik, kalau lagi salah tingkah," ujar Garen.
Alesha mendelik kearah Garen. Dengan cepat Alesha memukul lengan Garen sedikit keras. "Jangan nyebelin!"
"Sha," panggil Garen lagi.
"Apa lagi, hah?! Lo mau ledek-ledek gue lagi!" Marah Alesha.
"No, gue cuma pengen bilang," Garen menggantungkan ucapannya.
"Apa?" Tanya Alesha menaikkan sebelah alisnya.
"Jangan pernah lo tinggalin gue dalam keadaan apapun, gue nggak bisa kehilangan seseorang, lagi. Apapun itu, ketika ada masalah jangan pernah ada kata putus, diantara kita." Ucap Garen panjang lebar.
"Lo janji?" lanjut Garen.
"Hm," jawab Alesha, gadis itu hanya menatap Garen, namun tatapan itu tak ada arti apapun.
"Lo nggak keberatan?"
"Keberatan apa?"
"Kalau gue sayang sama lo?" Jawab Garen.
"Selagi bukan sebagai Arizka, gue gak!" Alesha semakin salah tingkah dibuatnya. Laki-laki itu, benar-benar menyebalkan!
Cup
Garen mencium pipi Alesha tiba-tiba. Alesha yang diperlakukan seperti itu semakin membelalakkan matanya, mematung ditempat, gila benar-benar gila.
"Kalau gue sudah merasa pantas buat lo, baru yang ini," ucap Garen sembari mengusap bibir Alesha.
GAREN LO BUAT GUE GILA! Dan buat gue pengen bunuh lo, deh.
"Gimana kondisi, jantung lo?" Tanya Garen terkekeh pelan, melihat Alesha seperti ini, ia jadi sedikit merasa senang.
"Garen! Pipi gue udah nggak suci lagi?!" Pekik Alesha. Gadis itu hendak memukul Garen, namun laki-laki itu sudah berdiri dan berlari kecil meninggalkan Alesha.
Alesha menatap datar kepergian Garen. Ia tak berusaha mengejarnya.
Alesha memegangi pipinya. Menatap kepergian Garen dengan tatapan yang tidak bisa diartikan. Senyuman yang baru saja terbit perlahan memudar. Alesha mengusap kasar pipinya.
Tatapan yang semula terlihat menenangkan itu perlahan berubah dengan tatapan yang menajam.
"Brengsek, lo brengsek!"
- Garendra -
Garen
Alesha
SEE U NEXT PART^^