Aphrodite : Behind The Mask

By itz-vyy

1.1K 276 24

"Topeng seperti apa pun yang kalian pakai, mereka tetap tidak bakal bertahan lama." Yong Rachelle adalah seor... More

Intro : Aphrodite.
OO.
O1.
O2.
O3
O4
O6
O7
O8
O9

O5

58 23 2
By itz-vyy

Lampu di dalam ruangan itu seketika menyala sehabis pemiliknya menekan sakelar di dekat pintu masuk. Pada dinding ruangan, foto-foto dipajang berbingkai. Pada sudut ruangan, tinggal bingkai-bingkainya yang sudah tidak terpakai atau belum terpakai, diletakkan sembarangan. Di lemari dekat tumpukan bingkai itu, kamera dengan berbagai macam model disimpan.

Min Yoongi menghela napas. Sudut ruangannya yang tampak berantakan, sejujurnya cukup mengganggu. Yoongi bukan tipe orang yang tahan dengan sesuatu berantakan begitu. Namun, kalau mau merapikan ruangan dalam kondisi tubuh dan mentalnya saat itu, rasanya tidak memungkinkan.

Ia membanting badan pada sofa di pusat ruangan. Badannya disandarkan, kepalanya menengadah ke atas dengan mata memejam. Belakangan, Yoongi seperti mengalami ujian batin secara beruntun.

Kalau diingat secara rinci, minggu lalu ia bertengkar dengan sang adik yang sebenarnya sudah lama tidak ia akui sebagai adiknya. Masalahnya sepele, minta uang untuk senang-senang. Yoongi yang punya sifat pelit mendarah daging, mana sudi dimintai begitu.

Tidak lama setelah itu, Yoongi menghadapi krisis dengan pemilik bangunan yang kini ia sewa sebagai studio foto itu. Memang usahanya sedang tidak lancar belakangan ini, uangnya juga sudah ia pakai banyak untuk mencukupi kebutuhan pribadi serta studio.

Sebab itu, waktu Yoongi menerima tawaran jadi fotografer di pesta ulang tahun pernikahan teman lamanya, dia mau-mau saja. Apa lagi, setelah diiming-imingi upah besar. Siapa sangka kalau sekarang, bukannya hidup tenang dengan uangnya, si lelaki Min itu justru dibuat stres lagi.

Pesta malam itu benaran luar biasa baginya. Serius, Yoongi pikir, dari awal pesta hingga akhir, itu adalah pesta paling bersejarah dalam hidupnya. Begitu megah, makanannya enak-enak, banyak gadis cantik dari golongan konglomerat, dan ada satu hal yang mungkin tidak ia temui di pesta lain. Terror penembakan yang malam itu juga memakan nyawa.

Yoongi membuka matanya. Tiap kali memikirkan nyawanya sendiri hampir melayang di pesta itu, si lelaki Min otomatis merinding.

Namun, sejujurnya ia sudah merasa ada yang janggal ketika pulang dengan selamat ke rumah. Bukan janggal karena ia masih hidup setelah kejadian itu. Melainkan, karena saat itu seingatnya, bukan cuma Yoongi yang ditugaskan untuk mengabadikan momen-momen dalam pesta. Beberapa reporter diundang untuk menulis artikel dan menaikkan image keluarga Kim. Tapi anehnya, kenapa tidak satu pun artikel atau berita yang terbit di media?

Jangan-jangan---

Yoongi buru-buru merogoh tasnya, mengambil kamera dan memeriksa isinya. Di dalam sana, potret momen saat kejadian itu masih ada lengkap. Bahkan saat terjadi kekacauan, Yoongi masih sempat merekamnya sedikit. Buru-buru, Yoongi mengambil memory card kameranya dan menyembunyikan benda itu di tempat aman.

Ting!

Baru saja Yoongi selesai menyembunyikan memori kameranya, bel di dekat pintu masuk berbunyi. Menandakan kalau pintu dibuka dan ada yang datang.

Lelaki itu mengintip lebih dulu dari balik ruangan persembunyiannya. Seorang perempuan dengan rambut panjang legamnya yang digerai. Kalau ia perhatikan, perempuan itu kelihatan seperti orang golongan atas. Sebab, dari dress yang ia kenakan hingga tas dan sepatunya, semua kelihatan mahal. Sayangnya, Yoongi tidak bisa melihat wajah perempuan itu karena ia memunggungi Yoongi.

Si lelaki Min berpikir sejenak sebelum benaran muncul di hadapan perempuan tadi. Dalam situasi saat itu, hanya satu orang yang kemungkinan bakal mencarinya---Nam Sora.

Namun, melihat orang itu sepertinya datang sendiri, Yoongi akhirnya memberanikan diri untuk keluar dari persembunyiannya.

"Ehem," ia berdehem singkat hingga perempuan itu mengalihkan atensi pada Yoongi, menghadapkan badannya ke arah si Min.

Kendati wajahnya masih ditutupi kaca mata, tapi Yoongi tahu kalau yang mencarinya bukanlah Nam Sora. Perempuan itu menurunkan kacamatanya, lalu menatap Yoongi dengan sorot mata dingin.

Anehnya, saat itu Yoongi tidak tahu kenapa mulutnya otomatis terbuka seperti ingin mengucapkan sesuatu, tapi tidak jadi. Yang jelas, sorot mata perempuan asing itu cukup mengintimidasinya.

"Kau Min Yoongi?" ia bicara dengan suaranya yang sehalus sutera.

Si lelaki Min tidak langsung menjawab, lebih dulu terpaku selama beberapa saat pada manik milik si perempuan. "Ah, iya," jawabnya setelah beberapa saat. "Apa ada yang bisa saya bantu?"

Netra perempuan itu kini mengedar ke penjuru ruangan. Sejurus kemudian, duduk di sofa pada ujung ruangan. "Kau diundang untuk jadi fotografer pada acara malam itu 'kan?"

Yoongi mendekat ke arah perempuan itu. "Saya tidak tahu apa maksud Anda," bohongnya.

Perempuan itu tersenyum miring. "Kau tahu, kau tidak pandai berbohong." Ia kemudian bergumam kecil, tapi masih sedikit terdengar ke telinga Yoongi, "Bukankah kau terbiasa jujur?"

Yoongi mengerutkan kening. "Anda bicara apa barusan?"

"Lupakan saja. Kau tidak ingat aku?"

Saat tidak mendapat respon dari Yoongi, perempuan itu mengeluarkan kartu nama, menyodorkannya pada si adam.

"Rachelle Yong?" Yoongi menggumamkan nama yang tertera di sana.  

"Malam itu aku juga ada di pesta. Sejujurnya, aku tidak begitu ingat apa yang terjadi. Tapi aku ingat seseorang menyelamatkanku saat hampir tertiban lampu," terang Rachelle.

Yoongi memacu memorinya untuk mengingat kembali kejadian malam itu. Ia memang ingat, sebelum pulang ke rumah, ia sempat menggendong seorang perempuan yang mabuk dari pesta hingga ke tempat parkir. Selanjutnya, ia ingat menyerahkan perempuan itu pada seorang pria berjas, entah mungkin itu supir atau pengawal pribadinya.

"Ah ... jadi itu kau." Yoongi memandang Rachelle sekali lagi.

Salah satu alis gadis itu dinaikkan. "Kau? Sekarang kau sudah bicara banmal?"

Menyadari perubahan pada perkataannya, Yoongi mencoba menetralkan diri agar tidak terintimidasi oleh gadis di hadapannya. "Bukankah dari tadi kau juga bicara banmal? Aku rasa, aku juga boleh."

Rachelle tersenyum tipis. "Sudahlah. Aku ke sini bukan untuk itu." Ia mengubah air mukanya menjadi serius. "Apa kau masih punya file-file pesta malam itu?"

Yoongi kembali berbohong, "Tidak ada."

"Sudah kubilang kau tidak pandai berbohong, jadi katakanlah sejujurnya." Ia mengalihkan pandangan ke pintu masuk yang tertutup, kemudian kembali menatap Yoongi. "Asal kau tahu, para reporter yang meliput acara malam itu, semuanya sudah dibereskan. Jadi, file yang kau sembunyikan itu akhirnya juga akan jatuh ke tangan mereka."

Ia kemudian menyeringai. "Tapi, bisa jadi kau juga ikut menghilang bersama file itu nantinya."

Benar saja, belum sampai satu menit semenjak kalimat itu melayang dari mulut Rachelle, terdengar suara decitan ban mobil yang direm mendadak, serta pintu-pintu mobil yang dibanting cukup keras. Pada detik selanjutnya, pintu masuk studio itu digebrak-gebrak dari luar.

Rachelle refleks berdiri, menarik tangan Yoongi ke tempat persembunyian si lelaki Min sebelum menemui Rachelle tadi.

"Beruntung pintunya sempat kukunci tadi," gumam Rachelle.

Ia memang sempat mengunci slot pintu masuk, tapi karena hanya dikunci slot, jadi lebih mudah dibuka dari luar. Meski waktu yang diperlukan orang-orang di luar sana untuk membuka kunci pintu itu lebih sebentar, tapi itu cukup bagi Rachelle dan Yoongi menyembunyikan diri.

Rachelle mengintip dari celah ruangan, sama seperti yang dilakukan Yoongi sebelum bertemu dengannya tadi. Dwinetranya jelas menangkap presensi Nam Sora berdiri di tengah-tengah para pria berjas yang sibuk mencari sesuatu di dalam studio. Sepertinya, wanita itu yang mengkomando para pria tadi.

Buru-buru, Rachelle menatap Yoongi dengan tajam. "Berikan filenya padaku. Kau tidak akan rugi apa-apa, akan kujamin keselamatanmu."

Yoongi tidak langsung merespon. Lelaki itu tampak kebingungan sekaligus was-was, sebabkan Rachelle mau tidak mau kembali menggertak dengan suara pelan. "Kau tidak lihat, wanita itu membawa para preman datang ke sini. Sudah pasti kau akan dipaksa menyerahkan file itu padanya dan disingkirkan bersamaan dengan file itu."

Rachelle melotot seram ketika Yoongi tidak kunjung memberi jawaban. Sementara di luar sana, Sera sudah menatap ke arah persembunyian mereka.

"Berikan padaku!" Rachelle kembali menggertak dengan suara pelan, merasa geram sebab Yoongi masih saja diam.

Langkah kaki Sera semakin mendekat ke arah ruangan yang ditempati Yoongi dan Rachelle. Wanita itu memicing sambil diam-diam mengkomando anak buahnya untuk mendekat ke ruangan itu.

"Periksa ke arah sini," katanya tegas, tapi dengan suara pelan.

Rachelle semakin melebarkan matanya saat Sera dan anak buahnya makin mendekat. "Berikan padaku, bodoh! Kau mau mati?"

"Sst." Sera menginstruksikan anak buahnya untuk berhenti bergerak saat mendengar suara bisikan Rachelle dari dalam ruangan itu. "Cepat periksa ke dalam," titahnya.

Pintu ruangan itu dibuka dengan cepat oleh anak buah Sera. Sementara si wanita Nam menyusul sesaat setelah pintu itu terbuka, mengedarkan pandangan ke penjuru ruangan dengan air muka curiga.

Namun, begitu matanya menangkap sesuatu di dalam sana, Sera otomatis menatap tidak percaya pada kedua orang di hadapannya.

"Kalian ... apa yang kalian lakukan?"

[]

Hayo apa yang diliat Sera?

Continue Reading

You'll Also Like

222K 20.5K 36
"Peperangan diantara para belalang adalah pesta bagi kelompok burung gagak." Kematian anggota klub renang bernama Danu yang dinyatakan polisi sebagai...
702K 62K 45
Diterbitkan oleh Penerbit LovRinz (Pemesanan di Shopee Penerbit.LovRinzOfficial) *** "Jangan percaya kepada siapa pun. Semua bisa membahayakan nyawam...
477K 22.1K 93
Ratih berusia 30 tahun yang telah memiliki seorang anak lelaki bernama Dani dari suaminya yaitu Yadi. Ratih diganggu mahluk misterius yang menjelma s...
25.1K 2.4K 29
Semalam yang membekas di ingatan😋 #POOHPAVEL ONLY OKE💋