DATERA ✔ [TAMAT]

By cyclopssftr

7.3K 656 36

Kamu kayak nano-nano ya. Asem, manis, semuanya jadi satu. More

Gak mau nembak?
Pemaksa
Gue cemburu!!!
Dafa cemburu
Pulang Bersama
Gara-gara Aldebaran!!
Dia .... Aluna?!
Salah Paham
Lupakan masalalu
Dia Ayahnya, Dafa?!
D & G🐯🦁
Lomba dan baikan
Yes or No?
Date with you
Kawan Lama
Dilematika
Akhiri saja
Berubah
Rahasia Dafa
Dasar Ratu Ular!!
[Spesial Chat : DATERA]
Lentera sakit (1/2)
Lentera sakit (2/2)
Spesial Part : GERRA (GERALD-FARA)
Titik Terang☀
Pasar Malam (1/2)
Pasar Malam (2/2)
Mungkin ini adalah jalan yang terbaik
I'm strong
Tak Lagi Sama
Pertunangan Dafa
Date With Regal
[SPESIAL CHAT : REGRA]
Secret
LDR (Lentera, Dafa dan Regal)
BACK TO ME
Gerabaldo Family [1/2]
Gerabaldo Family [2/2] + Perpustakaan
Menuju ujian kelulusan
H-1 ujian👻
Sebuah 'planning'
Libur telah tiba, hore hore!!
Love Scenario
EPILOG

Kerumahnya Dafa?!

183 25 1
By cyclopssftr

Typo bertebaran, harap koreksi para Bunda dan bapack bapack:v







"Kamu tuh bikin saya greget aja deh,
Greget pengen dimiliki, hehehe."

—Pak Boss—







Sejak tadi pagi Dafa terlihat sangat gelisah bahkan gusar ditempatnya, Lentera yang memang berangkat bersama dengan Dafa pun merasakan betapa gelisahnya Dafa bahkan laki-laki itu berapa kali kedapatan melamun saat dirinya mengajak Dafa mengobrol.

Sebenarnya apa yang terjadi?

Dafa menarik nafasnya dalam-dalam, ia harus berusaha agar tenang dan tidak membuat Lentera kebingungan. "Saya tidak apa-apa."

Terlihat Lentera mengerutkan keningnya pertanda bingung, "Gue tau lo bohong ya Daf, jujur aja. Gapapa."

Berulang kali Dafa mengucap istighfar dalam hati karena Lentera selalu berhasil membuat kerja jantungnya menjadi berpacu lebih cepat sampai-sampai dirinya dibuat kelimpungan menahan debaran di dadanya yang selalu menggila jika berada didekat Lentera.

"Anu ..."

"Anu lo,kenapa?"

Semua yang ada di koridor menghentikan langkahnya lalu menoleh kearah Lentera dan Dafa. Mereka hanya bingung mendengar ucapan Lentera tadi yang terdengar sangat ambigu.

Bayangkan, anu lo kenapa? Nah, yang mereka pikirkan saat ini 'anu-nya' Dafa kenapa?

Salahkan saja Lentera yang tidak berpikir panjang mengatakan itu sehingga menimbulkan banyak pertanyaan diantara mereka semua.

Oh untunglah Dafa— laki-laki itu hanya menatap bingung kearah Lentera karena tidak mengerti akan pertanyaan gadis itu.

Untung polos ya Daf.

"Jadi begini ..., ". Dafa menarik nafasnya dalam-dalam. "B-bunda saya nyuruh saya buat ngajak kamu ... Kerumah saya ... Eum ... Kamu mau, tidak?"

Dafa berujar dengan susah payah sambil menahan malunya karena ia yakin setelah ini ia akan ditolak mentah-mentah oleh Lentera. Bisa ia lihat gadis itu melongo dengan bibirnya yang terbuka lebar. Ah memalukan sekali.

"Mama mertua nyuruh gue kerumah??!! AH DEMI APA GUE BAHAGIA BANGET?!! ASTAGA ASTAGA GUE HARUS GIMANA NANTI DAFA?! GUE HARUS CANTIK NANTI, GUE GAK MAU KELIHATAN JELEK DIMATA MAMA MERTUA!!"

Dafa mengerjapkan matanya; bibirnya terbuka lebar karena ucapan heboh dari Lentera, Dafa tak menyangka jika Lentera berseru heboh seperti ini. Sungguh diluar ekspektasi sekali.

Mama mertua?

Ah pipinya berubah menjadi hangat setelah mendengar Lentera mengucapkan 2 kata itu.

Lentera merubah raut wajahnya menjadi lebih serius, "Tapi Bunda lo kenal gue lewat mana? Kita kan gak pernah ketemu?"

Dafa membenarkan itu, "Memang iya, tapi Bunda liat hp saya ... Dan dia baca semua pesan-pesan yang dulu-dulu kamu kirim ke saya ... Dan Bunda penasaran sama kamu dan pengen kamu datang ke rumah katanya."

Lentera membeo pelan, "Gila Daf, tadi adalah kalimat terpanjang dari mulut lo yang baru gue denger."

Nyatanya fakta bahwa tadi itu memang kalimat terpanjang dari Dafa. Oh perubahan lagi!!!.



















"Yaudah gue ke kelas dulu Daf, ntar kita pulang sekolah berangkat kesana nemuin Mama mertua." Lentera mengacak-acak rambutnya Dafa lalu berbisik pelan. "Belajar gih yang rajin, biar gue makin sayang. Bye calon suami~"

Dan Lentera berlalu pergi dari sana meninggalkan Dafa yang terdiam dengan perasaannya yang tiba-tiba menghangat.

Dafa mengulum senyumnya, ia melangkahkan kakinya menuju kelasnya.

Bye calon istri~

















.











.

















.




Semua murid kelas XI IPA 1 tiba-tiba heboh ketika melihat seorang Dafa datang ke kelas dalam keadaan  tersenyum-senyum sendiri. Lihatlah wajah idiotnya, semuanya nampak bergidik ngeri.

Oh jangan tanya kenapa, Dafa sangat bahagia ketika Lentera memanggilnya dengan sebutan 'calon suami'. Oh tidak bisakkah gadis itu membiarkan jantungnya beristirahat? Gadis itu selalu membuat jantungnya tidak pernah diam, selalu berisik.

Dugun-dugun aja si Dafa.

"Woi Daf! Ngapa lo senyum-senyum? Kesurupan lo?!" Fika berujar sambil menatap ngeri wajah Dafa yang senyum dengan wajah idiotnya, tapi kalau kata Lentera mah ganteng pake bangettt.

Apalagi kulit Dafa itu putih dan mulus, makanya Lentera tampak tergila-gila. Ah sudahlah, lupakan saja si bucin garis keras Dafa itu.

"A-ah? Saya tidak apa-apa."

Nyaris seperti bisikan, suara bariton Dafa sukses membuat gadis-gadis dikelas itu melongo ketika pertama kalinya mendengar suara Dafa yang terdengar agak sangat maskulin.

Oh, jika ada Lentera disini sudah dipastikan gadis itu akan berteriak heboh.

"Jujur aja deh, ah lo pasti senyum-senyum karena Lentera ya?!" Fika berteriak heboh diikuti Lidia yang ikut nimbrung diantara mereka bertiga, Juwita sendiri hanya diam mendengarkan perbincangan antara mereka karena ia duduk bersebelahan dengan Dafa jadi ia bisa mendengarnya tanpa harus berdiri menghampiri mereka.

"Sebenarnya Lentera mau kerumah saya," Ucap Dafa sambil tersipu malu, Fika dan Lidia melongo. Sedangkan Juwita mengerjapkan matanya.

Sebenarnya Lentera itu suka sama siapa? Dafa? Atau masih belum move on dari Kevin?

Juwita cukup penasaran dengan hubungan antara Dafa dan Lentera, kedua orang itu sering bersama. Ah tidak, lebih tepatnya Lentera yang selalu mengintili Dafa kemanapun. Dan gadis itu juga sering menjaga Dafa jika ada yang berani menyakiti lelaki itu.

Dan Juwita tahu kalau tatapan Lentera ke Dafa itu penuh cinta, sama seperti Lentera menatap Kevin dulu. Lalu kenapa Lentera masih bermesraan dengan Kevin jika gadis itu memang menyukai Dafa?








"Dia kerumah lo?! Ngapain?! Ah curiga nih gue!!"

Lidia berseru heboh setelah sadar dari lamunannya, gadis itu langsung menarik asal bangku didekatnya lalu mendudukkan dirinya didepan Dafa.

"B-bunda saya menyuruh dia kerumah saya." Cicit Dafa dengan telinganya yang memerah. Oh lucu sekali.

Lagi-lagi Fika, Lidia, dan Juwita dibuat melongo.

"Terus ... Lo sama dia pacaran?" Juwita langsung ikut nimbrung tanpa memperdulikan Lidia dan Fika yang menatapnya dengan bingung.

"P-pacaran? Em— ..."

Belum selesai Dafa menyahuti ucapan Juwita, tiba-tiba Dennis datang sambil memanggil Dafa.

Masih ingat Dennis? Itu loh suruhannya Lentera, laki-laki ini sering membuntuti Dafa secara diam-diam karena Lentera menyuruhnya. Jika bukan karena digaji besar sih, ia malas. Bayangkan saja sehari ia dibayar 150 ribu hanya untuk mengasih informasi yang ia dapat hasil bertanya pada teman sekelasnya Dafa seputar laki-laki itu.

Kan duitnya lumayan untuk membeli bensin dan sebungkus rokok.

"K-kenapa?"

Dafa masih tidak bisa menghilangkan nada gugupnya jika tengah diajak oleh orang lain, namun bedanya saat bersama Lentera ia mulai terbiasa dan tidak gugup lagi.

"Itu si Lentera mau ngomong katanya." Sahut Dennis lalu mulai menghubungi Lentera lewat video call, setelah tersambung lalu Dennis menyerahkan handphonenya ke tangan Dafa dan disambut oleh Dafa.

"Loud speaker, Daf!" Bisik Juwita lalu gadis itu menekan tombol loud speaker dihandpone milik Dennis tanpa menimbulkan Lentera curiga diseberang sana.

"Daf? Gue ganggu gak?"

Suara Lentera terdengar sedikit nyaring, untunglah suasana kelas XI IPA 2 tengah sedikit ribut. Jadi tidak ada yang tahu jika Lentera tengah video call bersama Dafa.

"Tidak."

Dafa tersenyum kecil, dan Lentera lagi-lagi berujar heboh disana.

"Gila gila gila, manis banget tuh senyuman astaga!!"

Juwita tersenyum kecil ketika mendengar suara sahabatnya, ah maksudnya mantan sahabatnya itu yang nampak heboh hanya karena senyuman seorang Dafa Gerabaldo. Padahal mah biasa aja.


Gue harap lo sukanya ke Dafa Ra, tolong kasih gue kesempatan untuk kembali lagi sama Kevin.






"Nanti ke kantin nggak, yang?" Tanya Lentera lalu tersenyum manis, sedangkan Dafa laki-laki itu menunduk malu dengan telinganya yang memerah.

Oh sungguh lucu sekali pasangan tanpa status ini.

Panggilnya sayang-sayangan tapi gaada status, yhahahahhahahahaha.

"Saya gak ke kantin soalnya Bunda ngasih bekal, kamu mau makan di kantin?" Tanya balik Dafa, laki-laki itu sudah tidak terlalu merasa canggung lagi.

Disatu sisi Lidia dan Fika tengah berusaha menahan teriakan mereka karena terlalu gemas melihat interaksi antara Lentera dan Dafa.

"Gue makan dikelas lo aja gimana? Ntar beli makanan dulu baru kesana."  Gadis itu membenarkan beberapa helaian rambutnya yang nampak menganggunya itu.

"Kamu makan saja bersama saya ... Emm makan bekal buatan Bunda. Kamu mau?"

"Astaghfirullahaladzim Mas suami ih suka gitu, bentar ya calon istri Mas Dafa bakalan meluncur. Tunggu mbak istri ya Mas suami!!."

TUT!!!






Lentera memutuskan video call nya dengan Dafa, gadis itu tengah bersiap-siap menuju kelasnya Dafa.

Disatu sisi, Dafa masih diam sambil mencerna apa yang diucapkan oleh Lentera tadi. Tuh kan, ia bilang juga apa kalau Lentera itu selalu membuat degupan jantungnya menggila. Dennis mengambil handphonenya lalu pergi dari sana, toh urusannya sudah selesai. Lagipula Dennis ingin pergi ke kantin karena perutnya sudah keroncongan.

"GILAKK GEMES BANGET!!!!"

Fika memukul gemas meja dihadapannya, gadis itu terbawa perasaan karena melihat ke-uwu an pasangan tanpa status ini.

Sambil memukul meja, Fika berseru histeris sambil sesekali tersenyum-senyum sendiri.

Korban sinetron sekali.

"Dafa!!"

Lentera datang dengan berseru dengan heboh sambil berlarian menuju kursi tempat dimana Dafa berada.

Lalu gadis itu mengernyit bingung, "Loh kok ada kalian?"

"Btw ini kelas gue." Sahut Fika dengan nada datar, gadis itu masih kesal karena ucapan pedas dari Lentera beberapa hari yang lalu pada Juwita— sahabatnya. Gadis itu sangat tidak suka dengan keberadaan Lentera yang nampak menganggu apalagi kehadiran gadis itu selalu mengajak Juwita untuk adu mulut dan memancing emosi mereka semua.

Lentera mengerjapkan matanya, jadi selama ini Dafa satu kelas sama Juwita? WHAT THE—?

Memang setiap kali Lentera ke kelasnya Dafa, kebetulan Juwita and the gank selalu tidak ada dalam kelas. Maka itulah alasan kenapa Lentera tidak mengetahui kalau Juwita satu kelas dengan Dafa.

"Terus ngapain kalian ngumpul disini?" Tanyanya lagi dengan bingung, Lentera menolehkan kepalanya kearah Dafa minta penjelasan.

"Ya dari tadi memang mereka disini, terus mereka juga denger omongan kamu selama kita— "

Lentera melebarkan kedua matanya, "HAH?!"

Sungguh hari ini banyak sekali kejutan untuk gadis itu, sehingga harus menarik nafas dalam-dalam. Sungguh, ia benar-benar malu untuk saat ini.

Yaiyalah malu, mana tadi manggil Dafa "Sayang". Ah Lentera ingin mengubur dirinya hidup-hidup saja.

"Yaudah ayo makan!"

Ia lebih memilih mengalihkan pembicaraan, sungguh Lentera sangat malu kali ini. Gadis itu pun menarik asal bangku yang ada di sana lalu mendudukkan dirinya disamping Dafa-nya.

"Kamu duluan." Dafa menyodorkan sebuah kotak nasi yang tadi pagi sempat Bundanya siapkan.

"Gak, aku maunya bareng sama kamu!"

Sahut Lentera lalu menyodorkan kembali kotak nasi milik Dafa ke lelaki itu.

"Aku? Kamu?"

Oh tidak sadarkah kedua orang ini kalau masih ada Fika, Lidia dan Juwita yang mendengarkan pembicaraan penuh keromantisan itu?

"Biar romantis, lagian lo mah lama banget nembak gue. Apa gue harus nembak lo?"

Semua yang didalam kelas langsung hening karena omongan Lentera tadi termasuk dalam kategori sangat nyaring. Secara tidak langsung gadis itu mengajak Dafa untuk berpacaran, sedangkan Dafa bingung harus menjawab apa karena ia sedang tidak ingin berpacaran karena ingin fokus belajar takut ada lomba olimpiade dalam waktu dekat ini.

"Yaelah Daf santai, nafas dulu coba. Buset ntar meninggoy lu!!"

Lentera tertawa terbahak-bahak sambil mengusap gemas rambut Dara karena laki-laki itu langsung menahan nafas ketika ia bilang ingin menembak alias menyatakan perasaan pada laki-laki itu, lebih tepatnya ingin mengajak Dafa untuk berpacaran.

Jangan tanya kenapa karena Lentera menunjukkan ke semuanya terutama untuk Juwita and the gank nya kalau Dafa itu hanya miliknya dan hanya bisa dimiliki olehnya.

Posesif sekali Bun.



"Rambut saya jadi berantakan."

Gumam Dafa dan laki-laki itu merapihkan kembali rambutnya yang jadi berantakan karena ulah Lentera, tapi ia tak marah. Toh apapun yang dilakukan Lentera, ia akan tetap menyukainya.

Masya allah bucin sekali.









"Makan dulu."

Dafa lagi-lagi menyodorkan kotak nasi miliknya yang berisikan tumis kangkung dan beberapa tempe. Selain itu juga beberapa ikan pun terlihat dari dalam kotak bekal itu. Sungguh sederhana sekali.

"Suapin." Rengek Lentera, sebenarnya bukan ingin bermanja-manja dengan Dafa. Gadis itu tidak bisa memakan ikan, ia bingung bagaimana cara memakannya. Ia trauma karena waktu dulu pernah ke telen tulang ikan dan berakhir tulangnya nyangkut di tenggorokannya dan itu sangat sakit. Dan berakhirlah ia tidak memakan ikan lagi setelahnya.

"Sayurnya dikit aja, aku kurang suka ... Terus ikannya jangan sampai ada tulangnya, aku takut ketelen."

Dan setelahnya Dafa pun menyuapkan nasi beserta sedikit kangkung beserta dengan potongan kecil ikan ke mulut gadis itu, dan setelahnya ia menyiapkan makanan kedalam mulutnya karena Lentera memaksanya.

Lentera hanya tersenyum-senyum ditempat, sungguh Dafa sangat manis sekali ketika menyuapinya. Bahkan dengan telaten laki-laki itu membersihkan tulang dari ikan yang akan disuapkan kemulutnya. Oh sangat manis sekali.

"Daf, berarti nanti pas kita nikah dan gue hamil ... Imagine nya kayak gini, lo nyuapin gue. Terus lo usap-usap perut gue dan bilang 'Hay nak, ini Ayah. Makan yang banyak ya?'"

"Uhuk-uhuk!!"

Dan berakhirlah Dafa yang tersedak makanan karena ucapan Lentera yang hobi sekali berkhayal tentang kehidupan mereka dimasa depan.

Dafa pun tak menyangkal jika dirinya bahagia ketika gadis itu membayangkan pernikahan mereka nanti dan dikaruniai anak.

Oh sungguh ia akan sangat bahagia jika hal itu terjadi.















*







*









*












"Assalamualaikum Bunda, Dafa pulang!!" Seru Dafa lalu masuk kedalam rumahnya diikuti oleh Lentera yang berada disampingnya sambil menatap menjelajahi seluruh isi rumahnya Dafa yang sangat sederhana namun sangat rapi. Dan Lentera suka itu.

Mungkin rumah Dafa termasuk kategori sangat kecil, mana gaada AC tapi Lentera suka kok karena masih ada sejuk-sejuknya didalamnya. Gapapa, ini kan rumah calon mertua, jadi Lentera mah gaboleh ngeluh sama protes.

"Waalaikumsalam."

Sosok wanita paruh baya dengan rambut sebahu tiba-tiba keluar dan menemui mereka, Lentera sedikit melongo melihat wanita dihadapannya ini yang terlihat masih muda dan sangat cantik.

Apa dia ini Bunda nya Dafa? Kok cantik? Mana muda banget. Kalau iya, buset dah ... Emaknya aja cantik banget, ya wajar aja sih kalau Dafa nya ganteng

Dan gadis itu cekikikan dalam hati karena memang benar, Dafa itu ganteng. Cuman ya ketutupan sama gayanya yang katanya culun sama kacamata hitam besar yang membingkai wajah laki-laki itu. Padahal ganteng kok, ini aja Lentera sampai tergila-gila dibuatnya.

Lentera bertekad akan merubah tampilan Dafa nantinya, tapi tidak untuk sekarang. Karena Lentera belum menyiapkan hatinya untuk hal itu, ia takut tidak kuat dan berakhir menangis tersedu-sedu karena Mas Aldebaran-nya kalah saing oleh kegantengan Dafa.

Yasudahlah terserah Lentera saja.








"Loh? Ini yang namanya Lentera Daf?" Wanita paruh baya tadi menolehkan kepalanya menatap penampilan Lentera yang sangat manis dan cantik bersamaan. Karena gadis itu memakai dress selutut dengan motif bunga-bunga berwarna soft pink, ditambah kulit Lentera itu sudah putih makanya membuatnya nampak sangat cantik dan manis. Gadis itu juga memakai bandana dengan motif serupa dengan baju yang ia pakai.

Jangan tanya dimana Lentera menemukan baju itu, karena tadi ia sempat membelinya sebentar setelah pulang sekolah ke toko baju yang letaknya dekat dengan rumah Dafa. Gadis itu memang membuktikan ucapannya kalau ia ingin tampil mempesona dihadapannya mama mertua-nya eh— maksudnya Ibunya Dafa😊.

Sebenarnya bukan gaya Lentera sekali, biasanya gadis itu selalu memakai celana pendek atau sobek-sobek dan selalu memakai kaos polos. Pure tidak ada feminimnya sama sekali, namun ia harus berubah penampilan sedikit demi mengambil hati Ibunya Dafa siapa tahu pulang nanti ia diberikan restu dan menikahkan dirinya dengan anaknya.

Aish enaknya menghalu~







"Iya Tante, aku Lentera."

Lentera menyunggingkan senyuman termanis yang ia miliki; kemudian bersalaman dengan sopan ke Ibunya Dafa.

"Panggil Bunda aja." Pinta Ibunya Dafa— Raina lalu tersenyum kala melihat Dafa diam-diam melirik Lentera.

Sebenarnya alasan Raina menyuruh Dafa untuk mengajak Lentera kerumahnya hanya sekedar mengetes apakah gadis itu serius apa tidak dengan anaknya. Raina sendiri tahu betul kalau anak sulungnya itu tidak disukai disekolahnya dan selalu dibully, yah meskipun Dafa selalu menutupinya tapi ia tahu kalau wajah anaknya itu sering lebam karena habis dipukuli.

Dan selain penasaran dengan sosok Lentera, Raina juga sangat penasaran apa maksud gadis itu mengirimi pesan ke anaknya dengan isi yang membuatnya perutnya terkocok geli.

"Mari kita makan dulu ... Dafa kamu mandi atau ganti baju dulu sana"

Dan Dafa hanya mengangguk, laki-laki itu melangkahkan kakinya menuju kamarnya yang tak jauh dari sana. Sedangkan Raina kini mengajak Lentera untuk duduk diruang tamu.

"Kamu cantik sekali." Puji Raina sambil mengusap lembut kepala Lentera dengan sayang, ternyata pikirannya salah mengenai sosok Lentera. Gadis itu baik dan yang lebih penting— gadis itu berhasil membuat anaknya seperti tengah jatuh cinta.

Terbukti ketika ia pernah melihat Dafa senyum-senyum sendiri sambil bermain hp.

Oh putranya sudah besar!.

"Ah Bunda bisa aja." Setelahnya Lentera tertawa kecil, bukan gayanya sekali. Tapi yakali dia ketawa ngakak didepan Ibunya Dafa? Mau taruh dimana mukanya nanti pas ketawa gitu? Bisa-bisa restu dari Ibunya Dafa hangus^^. Hehehe.

Dan Dafa kembali dengan pakaian santainya, yakni hanya kaos polos berwarna hitam dan celana panjang berwarna hitam putih.

Ah ternyata memang fakta kalau cowok pakai baju hitam polos itu gantengnya berkali-kali lipat, Lentera membenarkan itu. Gadis itu beberapa kali mengerjapkan matanya, ah kenapa Dafa jadi tambah ganteng gini sih?

Ia kan jadi pengen meninggoy:')








Raina tertawa kecil ketika melihat ekspresi wajah Lentera yang nampak tercengang ketika melihat anaknya keluar setelah mengganti pakaiannya, gadis itu ternganga lebar sambil mengerjapkan matanya. Sungguh lucu sekali pikirnya.

"Bang Dafa!!!."

Tiba-tiba sosok anak kecil tiba-tiba datang menghampiri mereka, dengan pipi gembilnya gadis kecil itu langsung berhambur ke pelukannya Dafa dan disambut oleh laki-laki itu. Keduanya berpelukan sebentar hingga si gadis kecil itu menyadari keberadaan Lentera dan menatapnya bingung.

Lentera mencoba untuk mengakrabkan diri dengan ekhem— adik iparnya, jadi ia harus berakting menjadi sosok yang lemah lembut dan sedikit keibuan. "Hay anak manis, aku Lentera. Kamu bisa panggil aku Kakak."

Gadis kecil itu minta diturunkan oleh Dafa lalu menghampiri Lentera dan duduk disampingnya.

"Kak Len!" Serunya lalu tersenyum sangat manis.

Ini keluarga kenapa cantik-cantik plus ganteng-ganteng sih? Apa jangan-jangan bokap Dafa juga ganteng bahkan melebihi Dafa? Oh, tolong kuatkan hati ini Ya Tuhan~!

"Nama kamu siapa?" Tanya Lentera yang disambut oleh senyuman manis dari gadis kecil itu.

"Resya, Kak Len!!"

Reina hingga Dafa berdecak kagum kearah Lentera, karena pasalnya gadis itu berhasil mengakrabkan diri dengan Resya yang notabennya tidak terlalu suka dengan orang asing. Dan ternyata Resya menyukai Lentera, baiklah permulaan yang sangat bagus bukan?

"Lebih baik kita makan-makan dulu, yuk."

Ajak Raina dan semuanya kini menuju ke dapur, diikui oleh Resya yang meminta Lentera untuk menggendongnya. Dan berakhilah Lentera menggendong Reina dab Dafa yang berjalan dibelakang Lentera sambil sesekali mengusap lembut Resya.

Duh uwu sekali😊

Sungguh adik ipar yang neomu neomu kiyowo:')

Reina dan Dafa berpandangan sejenak, lalu Reina mengedipkan matanya kearah Dafa dan menggoda putranya itu dan berhasil membuat anaknya tersipu malu.

Lentera sudah berhasil membuat anaknya jatuh hati, ughh Reina jadi gemas sendiri melihat keduanya.

"Dimakan ayo Lentera, jangan malu-malu." Ujar Raina dengan ramah dan hanya diangguki oleh Lentera. Gadis itu sedikit meringis karena lauknya ikan lagi. Ia kan tidak bisa memakan ikan.

"Lentera tidak bisa makan ikan Bun."

Sahut Dafa lalu laki-laki itu mulai memotong ikan lalu mulai menyodorkannya ke piring Lentera setelah dibersihkan dari tulangnya.

Ah pengertian sekali calon suaminya ini~



Reina tersenyum kecil melihat interaksi Dafa dan Lentera, ditambah kehadiran Resya yang duduk dipangkuan Lentera membuat ketiganya seperti keluarga bahagia. Dan Reina sudah pasti mendukung hubungan anaknya dengan Lentera.

Karena ia juga ingin anaknya bahagia.

"Daf kita kayak udah nikah, ya? Aduh gak kebayang deh aku kalau kita nikah terus punya anak selucu Resya. Kamu nanti mau anak berapa setelah nikah sama aku, Daf?"

"Hah?!"












Udah kan upd nya•_•

Kok Dafa uwu bgt sih, gw gakuat ngetik jadinya😌😤🤕

Spoiler chapter depan : nongol mbak pelakor bentar.

Hehe, pegangan dulu Bundz.

Pelakor siap melaju menghantam kapal Datera😌

10/01/2021
06/02/2020

Continue Reading

You'll Also Like

Cool Boy By xaiurora

Teen Fiction

104K 2.9K 39
Apa jadinya jika Sasha bertemu dan memperjuangkan cowok yang super cuek? Secuek patung diem? ---------------------------- Semua diawal dari organisas...
383K 35K 87
Takdir kita Tuhan yang tulis, jadi mari jalani hidup seperti seharusnya.
1.1M 25.3K 11
Vely Angelina. Gadis remaja yang masih duduk di bangku SMA. Berpenampilan cupu dan tak menarik. Karena penampilannya, dia sering dibully oleh teman-t...
Gadira By Berilzhra

Teen Fiction

10.3K 2.8K 48
"Kita mungkin sama terlahir di dunia dengan telanjang tapi jalan hidup dan takdir kita pasti tak akan pernah sama." Adira gadis yang tak pernah ingin...