The Player VS The Playing | T...

By hermosavidazach

806K 75.6K 1.6K

Menjadi gadis paling yang tidak menonjol adalah tujuan Andrea. Selama hidupnya, Ibunya tidak suka jika ia ber... More

BLURB - ANDREA
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
XV
XVI
XVII
XVIII
XIX
XX
XXI
XXIII
XXIV
XXV
XXVI
XXVII
XXVIII | END
Ekstra |1|
Ekstra |2|
Special Part Andrea & Arya

XXII

22.8K 2.2K 45
By hermosavidazach

Andrea bangun pagi ini karena silau matahari yang masuk ke dalam ruangan asing yang membuat Andrea terlonjak kaget. Ia melihat ke sekelilingnya dimana ia menemukan perabotan modern, sofa hitam besar dengan manusia besar yang ada di sisinya.

ARYA ATMODJO!

Semalam ia berciuman dengan pria itu, Andrea meraba bibirnya secara tak sadar dan melihat Arya yang masih tertidur di sofa. Jadi, semalam ia dan Arya tidur bersama? Di sofa besar ini? Dan tidak memakai selimut sama sekali?

Sepanjang malam Arya memeluknya, pria itu menyatakan cinta untuknya yang membuat Andrea malu tak mau membuka matanya dan pura-pura tertidur di pelukan pria itu. Tahunya, ia jadi tidur bersama dengan Arya?

Astaga.. Andrea memaki dirinya sendiri, ia merasa berdosa mengingat wajah Ibunya. Pasti Ibunya sudah kecewa sekarang.

Ting tong!

Suara bel apartemen mengejutkan Andrea, ia ingin membangunkan Arya tapi sepertinya Arya tipikal manusia kebo yang tidak bereaksi mendengarkan suara keras.

Ia berjalan melihat interkom yang ada di samping pintu, melihat siapa yang baru saja datang dan Andrea melihat wajah Ayahnya di sana.

Ia hampir saja berteriak dan bergegas membuka pintu apartemen Arya.

Napas Ayahnya terlihat memburu namun sekilas wajahnya berubah menjadi khawatir.

"Natte?" tanya Matteo bingung.

"Ayah.." cicit Andrea takut.

"Dimana Arya sialan?!" teriak Matteo kali ini.

Pria itu memasuki apartemen mewah milik Arya. Begitu melihat Arya yang tertidur di sofa, Matteo dengan kesal menendang Arya dan membangunkan pria itu.

"Arya!" bentak Matteo.

Arya membuka matanya dan mengerjap lambat. "Apa sih, Om?" tanggap Arya dengan santai.

Andrea sudah menggigit jarinya karena ketakutan, tapi reaksi Arya malah biasa saja. "Dasar anak kurang ajar, semalam Andre menginap bersama kamu?"

Arya bangun dari sofa dan menguap sekali lagi. "Ya, dan kita tidur bersama." jawab Arya sangat santai.

Andrea menatap Ayahnya was-was, tapi Matteo hanya menghela napasnya dengan pasrah. "Ah, kamu memang benar-benar gila, Arya. Zoya, I mean her mom was arrived." kata Matteo kali ini.

"Apa?!" teriak Andrea terkejut. "Ibu ada di sini, Yah?!"

Matteo mengangguk dengan wajah sendunya. "Ya, Ibumu ada di sini dan sebentar lagi akan—"

"Andrea!"

Suara nyaring Ibunya terdengar dari luar lorong apartemen Arya. Andrea membulatkan matanya, bagaimana bisa Ibunya tahu bahwa Andrea ada di sini? Lalu.. Bagaimana dengan Ayahnya? Kenapa semua terasa mendadak?

Astaga, pakaiannya! Andrea menatap pakaiannya dari atas hingga bawah.. Dan terlebih lagi, makeup yang ia pakai. Ah, seberapa hancurnya wajah ia sekarang?

"Andrea!"

Kini Ibunya ada di hadapannya, Andrea menoleh sekilas pada Ayahnya yang terlihat malu, sementara Arya dengan jumawanya memamerkan senyuman.

"I...ibu.." cicit Andrea takut.

Zoya Kinara Chandra berjalan penuh percaya diri mendekati putrinya yang selama enam bulan terakhir ini tidak ia pedulikan.

Tapi setelah Matteo Lubis datang menemuinya di Bandung, pria itu meminta maaf dengan cara yang paling tidak pernah Zoya pikirkan sebelumnya membuat Zoya ingin menjemput Andrea kali ini juga.

"Pulang!" seret Zoya kali ini.

"Ibu.. Aku—"

Matteo menahan lengan kiri Andrea, kini posisi Andrea berada di tengah-tengah Zoya dan Matteo.

"Zoya, aku Ayahnya." ujar Matteo kini.

Kedua mata Zoya berkilat penuh amarah. "Dan aku Ibunya, lepaskan tanganmu dari tangan anakku!"

"Tidak," ujar Matteo lebih tegas. "Aku mencari kalian berdua selama ini dan aku tidak akan mudah melepaskan kalian."

Zoya menarik lengan Andrea lagi dan membuat Andrea meringis. "Enak saja! Aku memang memaafkan kamu! Tapi bukan berarti aku menerima kamu kembali!"

"Kalau begitu hak asuh Andrea ada pada tanganku!" kali ini Matteo menarik lengan Andrea cukup kuat.

Arya yang melihat perdebatan menjijikkan di depannya buru-buru memisahkan tangan mereka dan menyeret Andrea ke dalam pelukannya.

"Tolong untuk kalian berdua!" teriaknya pada Matteo dan Zoya. "Putri kalian sudah besar, dan Andrea berhak untuk menentukan hidupnya sendiri.

Kedua mata Matteo maupun Zoya membulat ketika melihat Andrea yang kini berada di dalam pelukan Arya.

"Siapa kamu?!" bentak Zoya di depan wajahnya. "Seenaknya kamu menarik putri saya ke dalam pelukan kamu!"

Arya tersenyum pada Zoya, sementara Andrea memeluk Arya lebih erat. "Pertama-tama, maafkan saya karena sudah lancang. Saya kekasih Andrea." jawab Arya percaya diri.

"Kekasih?!" teriak Matteo dan Zoya bersamaan, lalu setelahnya mereka berdua saling membuang pandangan mereka satu sama lain.

"Ya betul, saya adalah kekasih Andrea putri kalian. Jadi, tolong berhenti ribut dan memperebutkan Andrea, karena sebentar lagi Andrea akan jadi milik saya."

Andrea tersenyum di dalam pelukan Arya. Entah kenapa ia senang mendengarkan penuturan Arya.

"Arya, don't be ridiculous," kata Matteo dengan tegas dan suara dalamnya. "Berikan Andrea pada Om."

Alis Arya terangkat sebelah. "Memang Andrea ini barang? Cukup, jika kalian ingin membereskan masalah kalian, silakan. Tapi Andrea akan bersama saya."

Arya kini menarik Andrea masuk ke dalam kamarnya, meninggalkan dua manusia dewasa itu yang tengah menatapnya tercengang.

Arya menutup pintu kamarnya, membiarkan Matteo dan Zoya agar membereskan masalah mereka sendiri.

Andrea yang merasa malu, buru-buru mengusap wajahnya yang terasa panas. Karena Arya baru saja melakukan aksi paling keren yang Andrea kagumi lagi.

"Terima kasih," kata Andrea pelan.

"Don't worry, asalkan kamu mau jadi kekasihku, aku tidak akan meminta imbalan lain lagi." kata Arya.

Andrea tersenyum dan gadis itu mengangguk. "Okay,"

"Is it okay for what?" tanya Arya mendadak bego.

"For being your girlfriend, right?" tanya Andrea balik.

Arya tersenyum lebar, lagi-lagi ia memeluk Andrea dan mencium kening gadis itu. "Susah banget buat kamu ngerti,"

"Hm, aku memang belum pernah pacaran." jawab Andrea.

Arya terkekeh pelan. "I know,"

"Thanks karena lagi-lagi menjadi jembatan kedua orangtuaku dan aku bisa bertemu."

Andrea merasa matanya basah, Tuhan lagi-lagi memberikan orang baik padanya. Melalui Arya, ia bisa bertemu dengan Ayahnya. Dan melalui Arya lagi, ia bisa melihat Ayah dan Ibunya bertatap muka kembali.

"Sepertinya aku memang menjadi jembatan untuk semua masalah kamu. Tapi, lebih dari itu semua, aku yang berterima kasih, karena berkat kamu aku bisa merasakan perasaanku kembali hidup, Andrea."

"We made it? Kalau begitu, simbiosis mutualisme?" kata Andrea.

Arya tersenyum mendengarnya. "Aku kehilangan definisi dari kata mencintai, tapi kenapa kamu mengubah aku secepat ini? Apa yang kamu lakukan?"

Andrea menggeleng di pelukan Arya dan berkata. "Aku nggak melakukan apapun."

"Hm, kalau begitu.. Masakan kamu yang sudah meracuni aku."

Andrea memukul punggung Arya. "Ih!" rengeknya.

Arya terkekeh pelan, ia tak menyangka kalau ia akan jatuh cinta pada balita yang sempat ia lihat sejak dulu. Arya berusia tujuh tahun kala itu, melihat Andrea bayi di pelukan Matteo yang tengah menangis itu kini menjadi kekasihnya? Bagaimana bisa?

Selama ini Arya percaya bahwa ia hanya bisa melabuhkan hatinya pada Tarasya. Tapi ternyata teori itu salah. Ia jatuh cinta pada bayi yang pernah membuatnya jijik karena ingus bayi itu sendiri.

Oh, Tuhan memang memiliki jawaban diantara semua teka teki.

...

...

"Jadi, Andrea tetap ikut dengan Ibu." kata Zoya tetap memaksa agar Andrea ikut dengannya.

Wajah Matteo terlihat sendu, Arya tak sampai hati ingin ikut membully. "Ibu, tapi kan Andrea kerja di sini, Bu."

"Nggak, keputusan Ibu sudah bulat. Kamu ikut pulang dengan Ibu, dan lagi pula siapa cowok ini?" tunjuknya pada Arya kini.

Matteo menghela napasnya pasrah. "Zoya, dia putra dari Arana dan Pradipta. Apa kamu lupa? Dia Arya Atmodjo."

Zoya menatap Arya tak percaya. "Dia anaknya Pradipta Atmodjo?"

Arya kini mengangguk meyakinkan Zoya. "Iya Tante, saya Arya Atmodjo."

"Lalu, kenapa bisa kenal dengan Andrea?"

"Arya adalah CEO di FGM tempat dimana Andrea bekerja." jawab Matteo.

Zoya memutarkan bola matanya malas karena Matteo selalu menjawab pertanyaannya. "Yang aku tanya Arya, bukan kamu!"

"Astaga Ibu.." lirih Andrea khawatir. "Ibu kan baru ketemu sama Ayah, kenapa harus marah-marah sih, kalau bisa dibicarakan dengan baik?"

Matteo mengangguk setuju dengan apa yang putrinya katakan. "Zoya, sudah buang semua kemarahan kamu, aku sudah minta maaf, bukan?"

Zoya terlihat malu dan kini masih menatap Andrea. "Jadi sekarang kamu punya pacar?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.

Andrea mengangguk. "Iya, Arya udah bantu Andrea ketemu sama Ayah, belum lagi Ibu dan Ayah yang sekarang saling bertemu lagi."

"Sederhana itu? Kamu cinta sama dia?" tunjuknya pada Arya.

Andrea menggeleng. "Kalau cinta kayaknya belum, masih progres. Andrea sendiri nggak tahu ini cinta apa bukan, tapi rasanya kok Andrea suka dekat sama Arya."

Matteo menepuk keningnya. "Itu namanya kamu suka sama Arya, Sayang!"

"Ya, kayaknya begitu." jawab Andrea malu.

Sementara Arya hanya bisa menghela napasnya pasrah. Andrea memang tidak akan bisa mendeskripsikan perasaannya sendiri setelah apa yang mereka lakukan semalam.

"Ibu belum bisa percaya, kamu balik aja ke Bandung ayo!" ajak Zoya lagi.

Andrea mengernyitkan dahinya. "Ibu.. Ibu kok aneh begini, sih? Andrea kan ada pekerjaan di sini, Bu. Mana bisa Andrea pergi dari Jakarta?"

"Eksistensi kamu di sini nggak akan dihargai lagi, Andrea. Percaya sama Ibu, Arya cuman penasaran aja sama kamu!"

Lihat, dampak dari ketidakpercayaan Zoya pada setiap pria berimbas pada Andrea.

"Lho, siapa yang bilang saya hanya penasaran?" kata Arya kini. "Kalau saya hanya penasaran, pasti saya akan melakukan hal-hal gila saja pada Andrea."

"Tuh, itu niatmu, kan!?" tuduh Zoya. "Sudah lah, Ibu sudah tahu tipe-tipe cowok begini! Andrea percaya sama Ibu atau kamu yang akan hancur sendirian."

"Zoya," ujar Matteo kali ini.

Zoya menggelengkan kepalanya. "I've told you, Andrea memang bagian dari diriku dan kamu, tapi aku nggak bisa membiarkan Andrea jatuh ke tangan orang sembarangan, Matteo. Thanks karena kamu akhirnya bisa menerima Andrea, she deserve better than this, dan maafkan Ibu, Andrea. Ibu tetap tidak bisa menyetujui kamu dan Arya. Apa lagi untuk lanjut ke jenjang pernikahan."

Andrea membulatkan matanya, buset juga Ibunya.. Belum apa-apa, sudah membahas pernikahan saja.

"Ibu siapa yang mau menikah cepat, sih?" tanya Andrea kesal. "Bahkan aku dan Arya juga masih dalam tahap saling mengenal satu sama lain."

"Tapi setiap hubungan pasti ada tujuan yang akan dicapai di dalamnya. Kamu dan Arya, adalah sepasang anak manusia yang ujung-ujungnya harus menyempurnakan agama kalian dengan menikah. Everybody say menikah adalah ibadah, Ibu tahu kamu sudah dewasa dan berhak memilih jalan hidup kamu sendiri." jelas Zoya dengan tenang. "Sejak kamu pergi ke Jakarta dan memutuskan tinggal sendiri, Ibu pikir itu akan baik-baik saja. Selagi pendirian kamu teguh, Ibu tidak takut apa-apa, Andrea. But you meet with your Father, obviously your father yang selama ini kamu ingin temui. I'm so sorry for that, Ibu menyesal."

Zoya menarik napasnya, Matteo tak percaya kalau sikapnya di masa lalu berdampak besar pada Zoya dan ini cukup menyakitkan untuknya.

"Kekhawatiran Ibu bukan lagi soal kamu sendirian, I'm so proud of you, Ibu senang melihat Andrea yang berbeda setelah enam bulan kita berpisah. Tapi melihat kamu jatuh cinta.. Membuat Ibu takut, don't you think my feel, Nak? Ibu hanya takut."

"Zoya," ujar Matteo berusaha menenangkan wanita itu. "Andrea so different, dia yakin bisa menangani perasaannya."

"Siapa yang tahu?!" balas Zoya dengan emosi. "Aku hanya tidak mau melihat Andrea hancur sama persis denganku. Jangan! Ibu nggak mau Andrea hancur."

Andrea beralih memeluk Zoya dan mencium kening Ibunya. "I'm really fine, Bu.. I'm doing better, bahkan Andrea baru kenal apa itu cinta. Arya yang mengenalkannya."

Arya tidak tahu jika masalah Matteo akan se-complicated ini. Masalah utamanya, jika Zoya menjadi Ibu mertuanya, akan berapa banyak drama yang terjadi?

"Arya," kini Matteo bertanya pada anak itu. "Are you serious with my daughter?"

Arya mengangkat bahunya. "Kelihatannya?"

"Arya, jawab Om dengan benar." kata Matteo dengan tegas. "Zoya, I mean Ibu Andrea takut akan pemahaman cintanya yang sudah berubah. Om nggak yakin kamu akan tetap bisa bersama dengan Andrea jika begini caranya."

"Yang bermasalah Om dan Tante Zoya. Ini nggak adil buat Andrea, Om." timpal Arya yang kini membuat Zoya menatapnya. "Nggak seharusnya kalian seperti ini, over thinking about love. Kalau Om dan Tante Zoya pun masih saling mencintai, kenapa harus menyiksa satu sama lain?"

Semua orang di dalam ruangan itu tercengang dengan perkataan Arya. "Aku akan memiliki waktu seumur hidup untuk berusaha mengenali Andrea. Begitupun dengan Om, we should learn about love, life, missing, and other problem fuck off love." ujarnya tanpa disaring. "And ya, I will learn to spent of my life with Andrea, aku memang belum pernah berpikir sejauh ini, merencanakan pernikahan dengan gadis yang bahkan baru kukenal luarnya saja. Tapi apa usaha dari keseriusanku tidak bisa dijadikan ajang penilaian tetap?"

Matteo menatap Arya dengan serius, tidak menyangka kalau Arya akan berbicara panjang lebar dengan wajah serius. Jika seperti ini, Arya mirip sekali seperti Pradipta.

"Okay, aku dan Andrea hanya akan berteman. We are just friend, I told you right now, aku tidak akan mempermainkan Andrea sampai aku dan dia benar-benar menemukan titik temu untuk kita berdua."

Zoya menghela napasnya lega setelah mendengarkan kata-kata Arya yang cukup meyakinkan. "Okay, Tante bisa menerima hal ini. Anggap saja hubungan kamu dan Andrea dalam masa percobaan."

Arya mengangguk dengan tegas. "Boleh, jika Andrea bersedia, maka aku pun bersedia."

Andrea kini menatapnya lekat dan gadis itu mengeritingkan bibirnya. "Hm, demi Ibu dan mengembalikan kepercayaan Ibu, aku akan melakukan ini. Ayah dan Ibu, you can healing each other, iya, kan?" tanya Andrea kini.

Matteo dan Zoya saling berpandangan satu sama lain. Zoya menghela napasnya kesal, sementara Matteo tersenyum penuh kemenangan.

"Ya, we can healing each other." ujar Matteo dengan serius.

Di sisi lain, bukan hanya Andrea yang senang, tapi kini Matteo yang sangat bahagia. Seolah mendapatkan kesempatan, ia takkan melepaskan Zoya lagi. Tidak, Zoya adalah tempatnya untuk kembali pulang.

Continue Reading

You'll Also Like

852K 79.8K 51
Ini adalah Kisah dari Kila. Kila Prastika yang ternyata memiliki seorang bapak kos yang kebelet kawin ... "Nikah sama saya, kosmu gratis seumur hidu...
43.7K 7.7K 28
Sebuah buku sketsa tanpa identitas Leo temukan dalam lokernya di ruang seni. Awalnya, Leo sama sekali tidak peduli. Hingga dia mendapati sebuah sket...
17M 754K 43
GENRE : ROMANCE [Story 3] Bagas cowok baik-baik, hidupnya lurus dan berambisi pada nilai bagus di sekolah. Saras gadis kampung yang merantau ke kota...
172K 18.8K 41
#Romance-comedy #Make-up series #Food series Bagi Cinnamon, skincare dan make up adalah dua hal yang sangat penting untuk menunjang penampilannya seb...