The Player VS The Playing | T...

By hermosavidazach

835K 77.1K 1.6K

Menjadi gadis paling yang tidak menonjol adalah tujuan Andrea. Selama hidupnya, Ibunya tidak suka jika ia ber... More

BLURB - ANDREA
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
XV
XVI
XVIII
XIX
XX
XXI
XXII
XXIII
XXIV
XXV
XXVI
XXVII
XXVIII | END
Ekstra |1|
Ekstra |2|
Special Part Andrea & Arya

XVII

21.8K 2.2K 27
By hermosavidazach

Malam dimana ia diantarkan pulang oleh Bagus setelah lembur Rani memergokinya. Andrea di ledek habis-habisan oleh Rani dan gadis itu malah mengatakan kemungkinan terburuk bahwa cintanya akan bertepuk sebelah tangan.

Padahal, Andrea yakin Bagus bukan orang yang seperti itu. Rani dan otak rasionalnya adalah hal yang dibenci oleh Andrea. Sebagai sahabatnya yang sudah memiliki pengalaman dalam percintaan, Rani mengatakan bahwa Bagus tidak sebaik penampilannya.

Banyak good boy yang berubah menjadi harsh boy ketika berhubungan, dan Rani tidak menyetujuinya.

"Tapi Ran, kita belum tahu pribadi aslinya! Kamu nggak boleh seenaknya judge Bagus kayak gitu dong!" kata Andrea membela Bagus.

Rani mengangguk santai. "Aku tahu, ini pertama buat kamu, Ndre. Tapi.. Aku kurang sreg kalau itu Bagus. Ada nggak sih, cowok lain di kantor yang naksir kamu, Ndre?" tanya Rani.

Andrea seketika menegang ketika mengingat perkataan Arya di ruangannya. Pria gila itu memang berhasil membuat konsentrasi Andrea pecah seharian ini.

"Ada.. Ran."

Rani tersedak dengan nasi goreng yang sedang berusaha ia telan dan memandang Andrea tidak percaya. "Serius?"

Andrea mengangguk. "Tapi, Ran.. Aku suka sama Bagus."

"Itu bukan suka beneran, Ndre. Kamu itu lebih mengagumi dibandingkan suka."

"Apa bedanya? Aku mengagumi dia dan menyukai dia." kata Andrea.

Rani menggelengkan kepalanya. "Ada nggak sih, orang yang bikin kamu malu bertindak? Malu untuk mengatakan sesuatu hal yang harusnya sejalan dengan otak kamu tapi tidak pernah kamu lakukan untuk orang itu?"

"Ha?" tanya Andrea tidak mudeng. "Gimana sih, Ran?"

"Intinya, orang yang bikin kamu degdegan, salting kalau ketemu sama dia. Ada nggak?"

Andrea mengangguk. "Ada."

"Siapa?" tanya Rani penasaran.

"Bagus," jawab Andrea.

Rani berdecak malas, lagi-lagi Bagus. "Bukan, aku yakin bukan Bagus."

"Terus?"

"Kamu dan Bagus itu hanya cocok jadi teman sekantor aja. Percaya sama aku, Ndre!"

"Ih! Kamu ini! Bukannya mendukung, lah aku memang suka sama Bagus!" ujar Andrea yang semakin emosi.

Rani menarik napasnya. "Begini, Andrea. Hukum pertama dalam hubungan antara pria dan wanita adalah, wanita harus jadi pihak yang di kejar."

Kening Andrea berkerut mendengarnya. "Kenapa kayak begitu?"

"Karena memang sepatutnya seperti itu. Wanita tidak boleh mengejar laki-laki."

"Iya kenapa?!"

Rani kehilangan kesabarannya. "Andrea! Kamu pikir bagaimana jadinya jika seorang perempuan mengejar seorang pria? Wanita itu takdirnya di dapatkan dan di kejar. Bukan mengejar, dan perasaan kamu pada Bagus, bukan menjadi pihak yang menguntungkan. Kamu akan menderita!"

"Kenapa?"

Rani sekali lagi menahan kekesalannya. "Karena Bagus adalah tunangan dari adik pacarku! Puas?! Sekarang aku beritahu segalanya agar kamu tahu!"

Andrea diam tak bereaksi lagi, kenapa juga ia tak kepikiran jika kemungkinan Bagus memiliki kekasih?

"Kamu ini ngada-ngada, ya, Ran? Dan apa tadi kamu bilang? Kamu punya pacar? Kok nggak bilang?!" tanya Andrea kesal.

Rani tersenyum tipis. "Belum saatnya, aku ngomong begini jantungan setelah dengar kamu suka sama Bagus. Sementara, aku ketemu dia di rumah pacarku, notabenenya dia tunangan dari Kiki, adik pacarku!"

Andrea menganga tak percaya. "Kamu nggak bohong, kan, Ran?"

"Mana bisa aku bohong! Setelah lihat dia antar kamu pulang aku shock setengah mati!"

Andrea kehilangan semangatnya, ia lesu setelah mendengarkan apa kata Rani. Lalu, siapa tadi? Kiki? Tunangan Bagus? Ah, pria itu memang selalu bersikap manis padanya!

"Jangan-jangan, kamu yang baper sama dia, ya?" tebak Rani.

Andrea mengangguk dengan polosnya, bibirnya mengeriting membentuk pola sedih. "Sudah kubilang, kan.. Pantas saja akhir-akhir ini kamu malah sering nanya pendapat cowok yang aneh-aneh."

"Itu beda!" jawab Andrea kesal.

"Apanya yang beda?"

"Orangnya."

"Maksudnya?"

Ah, Andrea menggigit bibirnya kesal, masa iya dia harus menceritakan segalanya pada Rani? Termasuk Arya?

"Itu.. Aku.."

"Tadi kamu bilang ada cowok lain selain Bagus. Siapa?"

Andrea menggaruk pelipisnya yang tidak gatal dan ia tak bisa mengelak lagi. "Itu.. Aku.. Tadi siang,"

"Apa?" tanya Rani penasaran.

"Pak Arya bilang dia suka sama aku," jawab Andrea pelan.

Rani tersedak oleh nasi gorengnya untuk kesekian kalinya. Andrea memang terlalu polos dan jujur, tapi ini bukan prank, kan?

"Arya Atmodjo?"

Andrea mengangguk lagi. "Bukannya kamu bilang kamu jadi sekretaris dia?"

Andrea menggeleng. "Sudah di gagalkan kontraknya."

"Kok begitu?"

"Pokoknya panjang ceritanya! Dia tadi siang malah minta aku buat jadi pacarnya, Ran!"

Rani membulatkan matanya takjub. "Ndre? Are you okay?"

Andrea mengerutkan keningnya bingung dengan pertanyaan Rani. "Ya, I'm okay, Ran. I know I'm silly and ugly, I can relate about that. Masa sih, seorang Arya Atmodjo suka sama aku, Ran? Aku nggak bisa percaya sama sekali."

Kini Rani yang dibuat menganga oleh Andrea. Seorang Andrea mendapatkan umpan lebih baik daripada Bagus. Jika Andrea adalah dirinya, maka Rani tidak akan menyia-nyiakan kesempatan dan menjawab IYA pada saat itu juga pada Arya Atmodjo.

Tapi, sekali lagi Andrea adalah gadis yang tidak percaya diri. Andrea payah dalam membaca dirinya sendiri. Tidak bisa melihat kelebihan yang ada pada dirinya sendiri.

Harus Rani akui, Andrea itu cantik. Tanpa polesan makeup, natural dan tidak pernah tersentuh hal-hal modern pun gadis itu sudah cukup. Hanya saja, gaya Andrea terlalu monoton, dan dia selalu mengikuti apa yang Ibunya katakan tanpa mau melawan Ibunya.

Dari balik kacamata hitam besar yang Andrea pakai, terdapat mata cokelat besar dan bulu mata yang begitu lentik. Tidak sepatutnya Andrea rendah diri dan menganggap dirinya tidak pantas untuk siapapun. Buktinya, seorang Arya Atmodjo pun tertarik akan keunikan Andrea.

"Terima," celetuk Rani tiba-tiba.

Mata Andrea membulat. "Hah?"

"Terima Arya Atmodjo. Kapan lagi, Ndre? Plis, kamu.. Itu beruntung banget."

Andrea menggelengkan kepalanya, seenaknya saja Rani ini. "Aku bahkan nggak kenal dia. Di hari pertama aku datang ke rumahnya, dia sudah suruh aku masak ini itu, aku dijadikan pelayan sama dia! Kayaknya dia cuman mau manfaatin aku doang!"

"Nah ini! Kamu itu negatif thinking banget deh, Ndre. Kenapa kamu susah-susah kejar Bagus kalau dia udah ada yang punya? Arya Atmodjo nangkring dan dia suka sama kamu!"

Andrea berdecih, ia tak bisa membayangkan bagaimana jika ia menjadi pasangan dari Arya Atmodjo yang sempurna itu?

"Aku nggak bisa, Ran.. Aku nggak berani."

"Apa yang bikin kamu takut sih, Ndre?"

Andrea menghela napasnya. "Jadi pacar dari Arya Atmodjo pasti menguras hati banyak, belum lagi pikiran. Kayaknya, punya cowok sempurna kayak Arya Atmodjo bisa bikin aku stress. Cewek cantik banyak, dan kenapa Arya harus lihat aku? Di saat dia bisa memilih siapapun yang dia mau, dan lagi-lagi.. Kenapa harus aku?"

Rani mendesah, ia kesal menjelaskan beberapa kali betapa beruntungnya Andrea. "Kalau soal itu, aku pun nggak bisa jawab. Hanya Arya Atmodjo yang tahu, kenapa dia memilih kamu sebagai kekasihnya, Ndre."

Iya, kan? Kenapa harus aku? Yang biasa-biasa saja diantara perempuan luar biasa di dunia ini?

Continue Reading

You'll Also Like

1M 80.7K 64
》Love Makes Series 4《 • • • Hari itu merupakan hari tersial bagi sosok Auristela Darakutni. Ia mengalami kecelakaan hingga mengalami patah tulang di...
62.8K 5.4K 21
(Brothership-family) Sejak awal Ni-ki merasa ada yang tidak beres dengan tubuhnya. Rasa takut semakin membuncang saat lututnya berdenyut nyeri. Hingg...
548K 42.9K 48
[END] "Dikasih kesempatan sekali dua kali ga mempan!" "Say yes, please" [Tahap Revisi] Start : 18 Nov 2019 End : 2 mei 2020
101K 4.4K 14
Awalnya, Aerylin tau Sakha cuma dari namanya doang. Tapi, setelah kesan pertama yang ditinggalkan Sakha untuk Aerylin, dia jadi ngerasa kalau Sakha a...