Guys, tolong dukungannya🙏
Vomment dong, jangan jadi siders😭
***
MATA Queen fokus pada televisi didepannya sambil berbaring diranjang dalam dekapan hangat dari suaminya.
Bryan melirik kebawah untuk menatap Queen, mengelus pipinya dengan penuh sayang lalu memberikan satu kecupan lembut dikepalanya. Mempererat dekapannya dan membiarkan Queen berada didalam posisi nyaman sambil menonton.
Suara dering ponsel mengalihkan perhatian Queen. "Handphone kamu?"
Bryan mengangguk sambil menggeser layar untuk menjawab panggilan.
"Siapa?" Mata Queen memicing waswas, jangan bilang itu dari seketaris Bryan, Monika.
Bryan mengusap pipi Queen dengan ibu jari. "Agam."
Queen refleks langsung berbinar. Sudah lama sekali dia tidak bertemu dengan Agam. Terakhir kali mereka bertemu adalah tiga tahun yang lalu.
Wanita itu mengambil ponsel saat Bryan menyodorkan untuknya. Bryan tahu, Queen sangat merindukan Agam—kakak angkatnya—yang bahkan sudah ia anggap seperti kakak kandungnya sendiri
"Hallo" Queen menyapanya dengan bersemangat.
"Queen?"
***
Siang tadi, Agam menelfonnya untuk memberitahu kalau dia beserta keluarganya akan bersilaturahmi kerumah Queen malam ini.
Malam telah tiba, wanita itu memasak begitu banyak dan telah tertata rapi diatas meja makan. Dia begitu bersemangat ketika Agam mengatakan akan kerumahnya malam ini.
"Dad," Queen memanggil Bryan yang dibalas dehaman singkat oleh lelaki itu.
"Tolong buah yang dikulkas cuciin dulu ya, aku mau manggil anak-anak bentar" Queen langsung beranjak ke atas setelah Bryan mengangguk.
Membuka knop pintu kamar Bara yang kemudian langsung disuguhkan pemandangan dimana Beltran sebagai pihak yang tersakiti sedang dipukuli dengan guling oleh Bara.
Beltran yang menyadari keberadaan Mommynya langsung berteriak meminta pertolongan.
"Mommy! Anak kesayangan Mommy disiksa, save me, Mom!"
Bara memberikan satu pukulan terakhir lalu melempar gulingnya kekasur. Ikut merebahkan diri diranjangnya setelah membantai adik tidak tahu diri seperti Beltran.
"Adik kamu buat ulah apa lagi, Bang?" Tanya Queen pada Bara sedangkan Beltran menatap Queen dengan pandangan terluka.
"Mommy," Beltran memegang dadanya seakan dia merasakan rasa sakitnya disana. "Maksud Mommy nanya gitu apa? seolah memang aku yang salah. Aku sakit hati, Mom!"
Queen mengabaikannya, dia bertanya pada Bara. "Barang kamu dirusakin lagi?"
"Nggak sengaja kok, Mom. Buat apa aku rusakin barangnya si Bara? Kek kurang kerjaan aja."
"Nanti Mommy beliin yang baru ya buat Abang. Dan Beltran, kamu jangan sering-sering pinjem barang Abang kamu. Kamu itu ceroboh, kalau nggak rusak ya pasti hilang. Bilang aja sama Mommy, nanti Mommy beli yang baru"
"Iya, Mom"
"Udah solat, nak?" Mereka berdua serempak menggeleng.
"Solat dulu. Nanti pas turun pake baju yang sopanan dikit, soalnya keluarga Om Agam mau dateng"
"Siap, Kapten!" Beltran berlagak hormat sambil berdiri dengan tegak.
***
Bara dan Beltran baru saja turun saat tamu telah duduk di meja makan. Sebelum ikut duduk, tidak lupa mereka menyalami tamu.
Ini pertemuan ketiga kalinya Bara dan Beltran dengan keluarga yang sedang bertamu saat ini. Pertemuan pertama saat mereka masih kecil, pertemuan kedua adalah tiga tahun lalu. Jadi, wajar saja bila mereka masih merasa canggung walau lelaki yang setahun lebih tua dari Daddy dan Mommy mereka itu adalah kakak angkatnya sang Mommy.
"Udah besar ya anak kalian, jadi makin ganteng" Ujar Anna, istri Agam. Agam bertemu dengan Anna pertamakali ketika sedang kuliah diluar negeri. Karena berasal dari negara yang sama, mereka jadi akrab dan dekat bahkan sampai melaksanakan pertunangan. Setelah lulus, mereka memutuskan untuk langsung menikah.
Beltran yang dipuji langsung tersenyum lebar. "Banyak kok yang bilang gitu, hehe"
Anna tertawa kecil. "Sekarang kelas berapa?"
"Kelas sepuluh, Tan." Beltran menyahut sambil menyengir.
"Sama kayak Yuna dong." Agam menyambung, melirik gadis yang duduk disampingnya.
Seketika pandangan Beltran jatuh pada gadis bernama Yuna. Cantik tetapi memiliki tampang wajah jutek. Lihat saja bahkan dia tidak melirik Beltran yang tampan ini, dia juga tidak tersenyum, wajahnya keliatan tidak ramah. Sayang sekali, dia bukan tipe Beltran.
"Kalo Bara? Eh, nama kamu bener Bara kan? Tante lupa, udah lama banget soalnya."
Bara mengangguk lalu menjawab, "Kelas tiga"
"Oh, udah mau lulus ya berarti" Anna tersenyum yang sejak tadi diperhatikan Beltran. Anna tampak ramah, Agam juga sama, namun kenapa anak mereka tidak terlihat begitu?
***
Beltran sedang asyik mengchat gebetannya, membiarkan para orang tua berbicara diruang santai. Dia bersama Bara sedang berada diruang tamu atas permintaan Queen yang menyuruh mereka untuk mengajak Yuna mengobrol. Namun, kelihatannya gadis itu tampak cuek saja sambil memainkan ponselnya.
Karena itu, Beltran pun sama. Sementara Bara tidak usah ditanyakan. Lelaki itu tidak akan pernah mau menyapa pertama kali, bukan sebab gengsi tetapi karena malas.
Binasha Aluna❤️
sayang?
cinta?
kamu dah makan belom, cinta?
apa apaan sih?
nggak usah chat gue lagi.
hadeuh.
gue heran sama cewek cewek yg selalu nolak pesona gue.
kalian tuh nolak gue karna gue terlalu ganteng buat kalian apa bagimane dah? sumpah, heran banget.
kalo gue benci ya benci gausah banyak nanya apalagi ngebacot.
yaudah jadi pacar gue aja yuk? kalo nggak mau biar gue aja yang jadi pacar lo
ogah
oke fiks sekarang kita pacaran.
idih apaansi
sayangnya, gue gaterima penolakan
cowo gila, stress, sinting!
love you too, sayang❤️
IDIOT!
Beltran terkekeh sendiri membaca pesan dari Nasha—gebetannya atau harus dia ralat, yaitu pacar barunya.
Dia mengangkat pandangannya dan tidak menemukan Bara disana. Sialan!
"Oy, liat abang gue kemana nggak?" Tegur Beltran, menanyakannya pada Yuna.
Gadis yang sekarang tengah memegang perutnya itu mengendikan bahu pertanda dia tidak tahu. Raut wajahnya mencoba untuk biasa, tetapi Beltran menyadari kalau Yuna seperti sedang menahan sakit.
"Lo kenapa?" Beltran bertanya dengan hati-hati.
Yuna menggeleng dengan ekspresi wajah jutek andalannya.
"Yakin?" Beltran mengangkat salah satu alisnya. "Gue sih nggak yakin karena keliatan banget lo lagi nahan sakit. Lagi sakit perut kan? Hm, biasanya cewek kalo sakit perut itu mau dateng bulan."
Yuna mendongakkan wajahnya yang tadi dia tundukkan. "Mau nolong gue?"
Beltran mengeluh dalam hati. Dia sudah dapat menebak apa yang akan Yuna katakan selanjutnya. Gadis itu pasti akan memintanya membeli pembalut di supermarket. Seharusnya, Beltran berpura-pura tidak tahu saja dari awal. Dasar bodoh.
"Nggak mau? malu kan? " Yuna tidak terlalu terkejut, dia sudah dapat menebak jawaban Beltran dari rautnya.
"Gini deh, gue anter ke minimarket deket sini nanti lo yang turun. Um...udah nembus celana belum? Kalo udah pake jaket gue aja buat nutupinnya." Beltran sebenarnya agak canggung berbicara mengenai masalah perempuan. Tetapi Yuna sama sekali tidak menunjukan tanda-tanda tidak nyaman, malu, atau apapun itu.
Cewek itu menyodorkan tangannya kepada Beltran membuat lelaki itu menaikan alisnya bingung.
"Jaket lo?" Yuna menjelaskan tatapan bingung dari Beltran.
"O..oh bentar gue ambil"
***
TBC
FOLLOW IG:
(at)declaire_
Updated January 12, 2021.
HAPPY BIRTHDAY DO KYUNGSOO🎉🎊❤️