The Player VS The Playing | T...

Door hermosavidazach

805K 75.6K 1.6K

Menjadi gadis paling yang tidak menonjol adalah tujuan Andrea. Selama hidupnya, Ibunya tidak suka jika ia ber... Meer

BLURB - ANDREA
I
II
III
IV
V
VI
VII
VIII
IX
X
XI
XIII
XIV
XV
XVI
XVII
XVIII
XIX
XX
XXI
XXII
XXIII
XXIV
XXV
XXVI
XXVII
XXVIII | END
Ekstra |1|
Ekstra |2|
Special Part Andrea & Arya

XII

21.5K 2.3K 36
Door hermosavidazach

"Andrea!" panggil Hamid.

Andrea menoleh dan berusaha tidak terlihat baru saja makan. Ia baru saja mengunyah brownies pemberian dari Kaia.

"Iya, Pak?"

"Mana daftar bintang tamu? Tadi pagi waktu meeting kamu hanya baru saja menyebut dua bintang tamu, tiga termasuk Fateh Baranan yang akan didatangkan bersama Ken Maxwell. Kamu tahu kalau kita harus cari bintang tamu untuk lima hari ke depan." omel Hamid.

Andrea lupa, harusnya ia memberitahu Hamid agar urusannya tak panjang lagi. "Saya sudah siapkan, Pak."

"Mana? Terus script buat besok mana?" tagih Hamid.

Produser satu ini memang luar biasa. "Iya Pak, saya akan kirim email Bapak."

Hamid menghela napasnya dan menatap Andrea dengan tegas. "Andrea, saya sarankan kamu lepas pekerjaan kamu dengan Pak Arya."

Andrea ternganga. "Saya juga inginnya seperti itu, Pak. Tapi Pak Arya─"

"Itu semua urusan kamu, kinerja kamu memburuk setelah menerima permintaan dari Pak Arya. Kalau kamu seperti ini terus, kamu menggadaikan program kamu sendiri!"

Semua staf tengah melihat, bagaimana Andrea di damprat oleh kemarahan sang Hamid. Production Assitant, Bagus hanya diam menatap keributan yang disebabkan oleh Hamid.

"Saya janji nggak bakal lalai lagi, Pak. Tadi saya hanya baru saja─"

"Ada apa ini?" tanya Arya yang baru saja datang dengan Hanung.

Hamid menghela napasnya kasar dan menatap Arya. "Pak Arya, saya tahu Anda CEO di sini. Tapi tolong, lihat kinerja yang Anda bebankan pada Andrea berdampak buruk. Bagaimana bisa dia menggarap dua pekerjaan sekaligus?"

Andrea menundukkan kepalanya, ia baru saja mempelajari semua berkas yang ada di drive yang Hanung berikan, jadi ia sampai lupa mengirimkan file bintang tamu yang akan di undang minggu ini.

"Apa benar kinerja kamu memburuk Andrea?" tanya Arya kali ini.

Andrea tak menjawabnya, pria itu menekan semua rasa kesalnya dan menarik napasnya. "Ikut saya ke ruangan, Andrea." perintahnya yang sudah meninggalkan kubikel Andrea.

Hamid berdecih sekali lagi. "Kamu bukan manusia super yang bisa mengerjakan dua pekerjaan secara bersamaan, Andrea. Kamu terlahir sebagai anak komunikasi! Camkan, dan ingat dimana kamu sekarang!" ujar Hamid sambil menunjuk wajah Andrea.

Andrea memejamkan matanya, ia berusaha menahan malu dan menghampiri Arya di ruangan pria itu.

Andrea melihat Arya yang sedang duduk di kursi kerjanya. Jas pria itu sudah terbuka, lengannya yang sudah tergulung hingga siku dan kedua kancing teratasnya yang sudah terbuka dan entah kemana dasinya menghilang.

"Pak," kata Andrea berusaha bersabar dalam keadaan kesal.

Arya menatap Andrea, melihat wajah Andrea yang terlihat kelelahan. "Duduk," kata Arya memerintah.

Andrea menurutinya, ia mengambil duduk di salah satu sofa. "Mau teh apa air mineral saja?" tawar Arya, pria itu mengingat bahwa Andrea tidak menyentuh sama sekali wine yang ia tuangkan.

"Air mineral saja, Pak."

Arya mengangguk dan menekan tombol interkom agar seseorang membawakan air mineral untuk Andrea.

Andrea menyandarkan tubuhnya di sofa, ia baru saja selesai mengatur segala program Menajam Langit yang baru saja live. Tadi adalah keadaan yang paling hectic, ada kesalahan teknis dimana ketika Nita Rahayu Saputra tengah berbicara saluran FGM malah di alihkan ke saluran FGM Bandung, beberapa part hampir terpotong.

Arya memberikannya air mineral. "Terima kasih, Pak."

Arya duduk di depan Andrea memerhatikan gadis itu meneguk habis satu botol air mineral yang diberikannya.

"Saya membatalkan kontrak kerja kamu, kamu bisa bebas dari pekerjaan sekretaris ini."

"Beneran Pak?!" tanya Andrea tak percaya.

Arya mengangguk dan menyatukan kedua tangannya. "Ya, tapi ada syaratnya."

Mata Andrea begitu berbinar. "Apa, Pak?"

Arya menatap Andrea dengan lekat, sementara Andrea merasakan hal aneh lagi. "Saya mau kamu jadi kekasih saya."

Ruangan yang hening, otak Andrea yang korslet, wajah Arya yang terlihat serius dan lagi jantung Andrea yang berdegup sangat kencang. Selama 22 tahun, Arya adalah pria pertama yang menyatakan perasaan padanya.

"Pa-pak, saya mau kembali ke bawah─"

"Andrea," Arya menahan lengan Andrea yang baru saja akan pergi keluar dari ruangannya. "Saya sudah bilang, bukan? Saya tertarik sama kamu." kata Arya dengan lembut.

Andrea tidak bisa menjawabnya, ia merasa tak percaya dengan apa yang baru saja ia dengar. "Nggak Pak, Bapak kayaknya salah─"

Arya menarik tubuh Andrea mendekat dan masih memegang lengan Andrea yang Arya angkat. Andrea menelisik wajah Arya yang sangat dekat dengannya. Aroma pria itu tercium samar olehnya, perpaduan musk dan Andrea yakin itu parfum mahal.

"Andrea.."

Andrea menelan ludahnya gugup. Ia baru saja bekerja di FGM selama tiga bulan, dan bagaimana bisa Arya?

Wajah Arya mendekat, Andrea merasa napasnya tidak bisa ia keluarkan begitu saja. "Pak, ini salah─"

"Tidak," potong Arya lagi. "Selama ini saya memerhatikan kamu dan sudah cukup bagi saya untuk mengklaim kamu sebagai milik saya."

Andrea merasa tenggorokannya tercekat. "Saya akui, ide menjadi sekretaris saya itu hanyalah akal-akalan saja. Tapi saya tidak bisa menyangkal bagaimana keinginan saya agar bisa dekat dengan kamu."

Andrea tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Tapi tatapan Arya yang hangat seolah menggambarkan suatu hal yang tidak pernah Andrea temukan. Dadanya berdesir aneh, jika ia bisa mendeskripsikan rasanya menyenangkan namun berada di posisi sedekat ini dengan Arya tidak membuatnya nyaman.

"Pak!" teriak Andrea melepaskan tangannya dari Arya. "Tolong.." pinta Andrea menyatukan kedua tangannya. "Saya hanya ingin bekerja dengan tenang di sini."

"Saya tidak akan menyulitkanmu, Andrea!" balas Arya berusaha meyakinkan Andrea. "Apa salah jika saya menginginkan kamu? Hanya dalam waktu singkat kamu sudah membuat saya jatuh cinta, Andrea!" ujar Arya terlihat frustasi.

Andrea menggelengkan kepalanya, ia gugup setengah mati! Harusnya ia bertanya pada Rani apa yang harus dilakukan di saat situasi genting seperti ini.

"Pak, saya akan kembali ke bawah. Permisi." kata Andrea kabur meninggalkan ruangan Arya, tidak ada pilihan lain, ia hanya harus jadi pecundang satu kali.

Menekan tombol lift berkali-kali sambil mengatur napasnya, Arya Atmodjo adalah pria gila, dan Andrea yakin sebentar lagi ia pun akan menjadi gila karena mendengarkan kata-kata aneh yang keluar dari mulut Arya.

...

...

Membayar hutang kesalahannya membuat Andrea lembur. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam tapi Andrea masih belum bangkit dari kubikelnya.

Ia mencari kontak manager Dwi Santoso, pemenang medali emas atas badmintonnya di Pesta Olahraga Asia yang di selenggarakan di Jakarta tahun ini. Nama Dwi Santoso melambung tinggi, para remaja Indonesia menggemari Dwi Santoso karena ketampanan atlet berkebangsaan Indonesia itu.

Andrea memanggil nomor manajer Dwi Santoso untuk menjadi bintang tamunya yang keempat di hari keempat.

"Halo? Permisi, maaf ganggu waktunya saya Andrea dari tim kreatif Menajam Langit FGM ingin mengkonfirmasi kembali apa Mas Dwi bisa datang jadi bintang tamu kami di minggu ini?"

Manajer Dwi Santoso menjawabnya dengan ramah, Andrea tersenyum lega begitu mendengarkan jawaban persetujuan dari sang manajer itu.

"Bisa, Mbak? Terima kasih ya, Mbak hari kamis di lantai 25 studio Menajam Langit."

"Iya, Mbak nanti saya kontak kembali, terima kasih atas waktunya selamat malam, Mbak." kata Andrea menutup sambungan panggilan itu.

Ia tersenyum kembali, tinggal satu bintang tamu yang Hamid sarankan tadi sore yaitu veteran Indonesia. Sebentar lagi tanggal 10 November dan akan ada hari pahlawan nasional.

Hanya saja, lumayan sulit bagi Andrea untuk mengkontak para veteran Indonesia. Andrea membuka salah satu website Legiun Veteran Republik Indonesia, ia menemukan kontak markas besar para veteran dan langsung mengontak secepat mungkin. Jika tidak malam ini, Andrea yakin ia akan di cecar oleh Hamid besok pagi.

Andrea memutuskan untuk menyiapkan script lanjutan setelah mendapatkan konfirmasi dari kantor Veteran. Ia mencari artikel yang akan lebih menggali dunia badminton bagi Dwi Santoso, dan untuk Veteran sendiri masa-masa perjuangan terdahulu, dan mencari asal usul pendiri Veteran dan sejarahnya.

Hanya ada suara Andrea yang fokus mengetik di kubikelnya, tadi Kaia sudah pamit terlebih dahulu dan membawa kunci indekosnya. Ternyata sahabatnya itu mengalami dismenore[1].

Bagus melihat kubikel Andrea yang masih terang, pria itu baru saja datang dari coffee shop dan ingat ada Andrea di atas yang tengah lembur dan membelikan cokelat panas untuk gadis itu.

"Belum pulang?" tanya Bagus menyimpan satu cup coffee itu.

Andrea terkejut lalu tersenyum begitu menyadari siapa yang baru saja berbicara. "Oh, Pak.. Iya, ini sebentar lagi beres kok."

Bagus mengangguk dan menyanderkan tubuhnya di pinggiran kubikel. "Minum deh, biar relaks."

Andrea tersenyum melihat cup berisi cokelat panas yang Bagus berikan untuknya. "Terima kasih, Pak. Ngomong-ngomong kenapa Bapak belum pulang?"

"Baru selesai editing, kamu pulang dengan siapa, Andrea?"

Wajah Andrea memanas, ia yakin sebentar lagi akan terlihat memerah. "Sendiri, Pak."

"Oh, ya sudah kalau gitu sama saya saja. Saya akan mengantarkan kamu pulang."

Apa ini bukan mimpi? "Oh, itu.. Anu, saya naik taksi aja, Pak."

Bagus menggeleng dengan kedua tangannya yang terlipat di depan dada. "Nggak, saya akan tetap mengantarkan kamu. Bahaya, ini sudah malam, Andrea."

"I...iya, Pak. Tapi, Bapak bukannya sudah selesai, kan?" tanya Andrea.

Bagus mengangguk. "Kamu sudah selesai? Jika sudah, ayo kita pulang."

Andrea mengangguk dan membawa sisa pekerjaan script-nya yang bisa ia kerjakan di kosan nanti.

Pulang diantar Bagus? Kapan lagi? Ini kesempatan emas untuk Andrea. Ah, hari ini.. Meskipun hectic dan banyak begitu hal yang terjadi tapi Bagus seolah genre yang pas untuk mengakhiri hari yang buruk.

Ya, sangat buruk bagi Andrea hingga ia tak bisa fokus, ucapan Arya terus terngiang-ngiang di otaknya.

Ah itu lagi....

──────────────────────

[1] Dismenore adalah kram atau nyeri pinggul saat haid.

Ga verder met lezen

Dit interesseert je vast

3.4M 26.8K 47
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
6.5M 334K 60
[SEBAGIAN DIPRIVATE, FOLLOW AUTHOR DULU SEBELUM BACA] Tanpa Cleo sadari, lelaki yang menjaganya itu adalah stalker gila yang bermimpi ingin merusakny...
108K 8.6K 30
Punya masalah dengan pacar? Baru saja patah hati? Sedang jatuh cinta dan tidak tahu harus bagaimana? Konsultasikan saja semuanya pada DEWI CINTA Julu...
27.3K 3.5K 6
Bersahabat dan masih sama-sama sendiri hingga usia nyaris menyentuh kepala tiga, membuat orang tua Gaven dan Adel gemas sampai akhirnya mereka memutu...