Married Dadakan

By sweetiesone

164K 13K 3.8K

Arevin nero ardiaz, salah satu anak kembar keluarga Nero yang harus menanggung permusuhan beruntun yang ayahn... More

01. Pertemuan Kampret
02. Sah!
03. Definisi Cowok Nyebelin
04. Revan Vs Revin
05. Berbeda
06. New Life
07. Why?
08. Kesal
09. Pain
10. Bisa pasti bisa
11. teror satu
12. Revan
14. misi dan visi
15. Perbincangan sore
16. Malam Minggunya Kita
17. Pacar saya
18. Permulaan
19. Sedikit Tanda
20. Official
21. Keraguan
22. Keluarga Adijaya
23. Pertemuan para William
24. Insiden
25. Mulai terlihat
26. Mulai bergerak
27. Mama
28. Pengorbanan pertama
29. Kepergian Aleta
30. Medan Perang
31. Ungkapan lama
32. Akhir Cerita
TERIMAKASIH
SPIN OFF ; Mengejar Cinta Muslimah

13. Plan

3.9K 440 123
By sweetiesone


Leta terduduk manis diatas tempat tidur Revin mengamati Revin yang sedang membaca beberapa buku dan mengerjakan soal di meja belajar yang tidak jauh dari tempat Leta berada sekarang.

Jarum jam sudah menunjukkan pukul dua belas malam namun Revin masih giat mempersiapkan diri menghadapi try out esok hari. Leta sangat kagum melihat sikap rajin Revin yang melebihi dirinya. Buktinya sekarang ia saja sedang bermain ponsel menjelajahi dunia maya, sebuah kegiatan yang sangat tidak bermanfaat dan tidak membantu masa depannya.

Apa gue harus belajar lagi juga sekarang? Batin Leta menimang-nimang keputusannya. Tidak ada satu menit Leta sudah memutuskan untuk tidur saja. Ia juga butuh tubuh yang segar kan untuk menghadapi try out besok. Dengan riang Leta meletakkan ponsel kuningnya di nakas coklat muda yang terletak disamping tempat tidur.

Leta merebahkan dirinya menutupi sebagian tubuhnya dengan selimut abu-abu milik Revin tentunya. Baru saja mau menutup mata Leta kembali terkejut dengan keberadaan Revin yang berdiri disampingnya.

Leta berkedip penuh tanya pada lelaki yang hanya diam menatapnya. "Mau ngapain?" tanya Leta dengan tatapan mengintimidasi pada Revin. Mungkin saja kan Revin mau macam-macam dengan dirinya.

Revin meneguk salivanya menatap ke arah lain. Leta makin curiga dengan kelakuan Revin, dengan segera Leta menutup badannya sampai atas dada dengan selimut. Revin sebenarnya juga bingung dengan kelakuan Leta, ia hanya ingin meminjam buku namun Leta bertindak seperti ia akan memangsanya.

"Lo masih ada buku biologi kelas sebelas? Kalau ada gue pinjem" Revin akhirnya menyampaikan apa maksudnya. Leta yang awalnya takut kini sedikit bernafas lega. Leta bangkit dari posisi tidurnya memberi isyarat pada Revin untuk menyingkir. Revin yang paham segera memundurkan langkahnya mengikuti Leta yang berjalan ke sudut ruangan tempat tumpukan kardus berisi barang-barang Leta.

Leta berjongkok membuka sebuah kardus mengobrak-abrik isi kardus tersebut mencari buku yang Revin maksud. Revin hanya diam fokus memperhatikan Leta yang masih sibuk. "ah ini ada," gumam Leta kala menemukan buku bertuliskan biologi XI. Leta berdiri membalikkan badan langsung menghadap dada Revin membuat ia sedikit gugup. "Ini," Leta menyodorkan buku yang diminta Revin tidak berani menatap wajah Revin.

Revin mengambil buku yang ia mau kemudian berbalik menuju meja belajar ia tidak punya banyak waktu untuk mempelajari materi lainnya. Leta mendengus, alih-alih berterima kasih mengatakan sepatah kata pun tidak Revin lakukan. Leta berjalan kembali ke tempat tidur dengan menghentakkan kakinya ke lantai berharap Revin peka namun juga tidak terjadi.

Revin terus fokus pada yang ia lakukan sampai getaran ponsel mengugah Revin untuk melihatnya. Revin memiringkan kepala tanda bingung kala melihat sebuah e-mail masuk dari orang yang tidak ia kenal. Karena penasaran, Revin membuka e-mail dari seorang bernama samaran richbbyboy.

Hai, gimana ya kalau satu sekolah tahu lo udah nikah sama Leta? Apa Leta bakal dikasih ijin buat ikut ujian nasional?

Revan tersentak, siapa orang yang mengiriminya pesan seperti ini terlebih orang ini nampak banyak tahu tentang dirinya.

"richbbyboy" gumam Revin membaca berulang-ulang nama samaran itu. Leta yang baru terlelap kembali bangun kala mendengar apa yang Revin gumamkan. Ia nampak familiar dengan yang Revin gumamkan.

Password Nino? Batin Leta terus memperhatikan Revin yang sibuk pada ponselnya. Karena tingkat penasaran akut sudah menjalar dalam diri Leta, ia pun memberanikan diri bertanya. "Itu lo tau darimana?"

Revin menoleh sebentar menatap Leta lalu kembali menatap ponselnya tidak menggubris pertanyaan Leta. Disisi lain Leta sudah kesal sekali, Revin ini bisu atau bagaimana lama-lama Leta ingin melenyapkan Revin tidak apa kalau ia menjadi janda yang terpenting tidak terus-terusan terkena siksa batin. Daripada memikirkan laki-laki yang sama sekali tidak memikirkannya lebih baik Leta memilih tidur.

°•°•°•°

"Udah ngga pa-pa?" tanya Leta pada Revan yang tengah berjalan disampingnya. Kini ia, Revan dan Revin sedang berjalan di koridor kelas sepuluh menuju koridor kelas mereka yang terletak hampir diujung sekolah. Setelah kecelakaan yang menimpa Revan, setiap harinya Revan menumpang Revin jadilah mereka dapat berangkat bersama.

Biasanya Revan selalu naik mobil motor sendiri kalau tidak ia akan naik motor dengan Vano, Revin juga sebenarnya terbiasa naik motor namun karena sekarang sudah ada Leta jadilah ia memilih naik mobil.

Revan tersenyum menggeleng pelan menanggapi pertanyaan Leta, "Kaga apa kalik, lihat nih gue udah lancar jalan". Leta juga ikut tersenyum, memang cukup lama Revan baru bisa berjalan kembali. Walaupun tertimpa musibah tidak sedikit pun Leta pernah melihat Revan kehilangan senyumnya berbeda dengan Revin yang sangat jarang tersenyum.

Leta dapat melihat banyak perbedaan antara dua kembaran ini. Dari sikap sampai gaya berpakaian pun mereka sangat berbeda. Revan lebih ramah dan ceria sedangkan Revin lebih tertutup dan bertatapan datar. Revan juga sangat suka memakai pakaian dengan gaya Harajuku yang terlihat banyak me-match beberapa pakaian sedangkan Revin lebih senang berpakaian sederhana dengan satu baju dan outer atau kemeja saja namun terlihat keren dan rapi. Hampir dua bulan bersama keluarga Ardiaz membuat Leta mulai memahami pribadi masing-masing anggota keluarga.

"Ngga lagi deh gue remehin e-mail asing" ucap Revan dengan tawaan diakhir katanya membuat Revin teringat akan e-mail yang ia terima dari orang asing kemarin malam. "e-mail apa?" Revin menghentikan langkah kakinya mengajukan pertanyaan pada Revan.

Revan juga ikut berhenti, melirik saudaranya yang berada di samping kanan Leta. "Sebelum kecelakaan gue dapet e-mail ancaman dari richbbyboy" Revan mengaku membuka Leta dan Revin terkejut.

Pengirim yang sama, isinya ancaman juga batin Revin mencocokkan beberapa kejadian yang merugikan dirinya dan Revan bahkan sudah hampir pada Leta. Disisi lain Leta sangat terkejut mengetahui nama pengirim yang Revan sebutkan, sangat sama dengan password Nino bahkan semalam ia juga mendengar Revin menggumamkan password Nino. Berbagai asumsi negatif menghantui pikiran Leta sekarang.

"setelah try out selesai gue mau kita bicara Van masalah penting" ucap Revin kemudian berjalan mendahului Revan dan Leta kala mendengar bel persiapan berbunyi. Revan menggeleng pelan, "lah tiap hari juga bisa ngomong bareng, sok misterius dah adek gue" ucap Revan menyisipkam tawa di kalimat terakhirnya.

Leta masih diam menatap Revan pikirannya masih berkelana entah kemana. "Ayo ntar telat lagi,"

°•°•°•°

Leta memperhatikan Nino yang tengah lahap menyantap batagor kantin. Try out terakhir sudah selesai beberapa menit yang lalu, sekarang sudah waktunya pulang sekolah namun Leta masih menemani sahabatnya yang mengaku lapar. Leta berdehem hendak bertanya perihal password Nino yang terus ia pikirkan.

"Lo yang teror Revan?" tanya Leta to the point membuat Nino hampir tersedak kentang. "teror apa sih? Ngga ada angin ngga ada hujan tiba-tiba nanya begitu" jawab Nino mengambil gelas kaca berisi es teh manisnya.

"Lo tau Rev—"
"ngga tau gue" Nino memotong perkataan Leta membuat Leta geram hingga menarik hidung mancung Nino. "Diem dulu dengerin," Nino mengangguk mengusap ujung hidungnya yang memerah karena perbuatan Leta.

"Sebelum kecelakaan Revan dapet e-mail ancaman nah itu nama samaran pengirimnya richbbyboy sama kaya password lo, lo jangan gitu dong No kala—" belum selesai Leta berbicara Nino sudah tertawa terbahak-bahak memukul pelan meja panjang didepannya. Nino sangat bingung dengan pemikiran Leta.

"Lah emang cuma gue yang bisa pake itu kata semua orang bisa lah lagi pula ya Aleta Quenby itu tuh nama samaran youtuber gaming dari Rusia semua cowo bisa aja lah pake itu nama" jelas Nino saat tawanya mereda. Leta masih menatap Nino dengan tatapan introgasi masih mencerna perkataan Nino.

"Hadeh, lo tau sendiri kan Let dari sekolah menegah pertama sampai sekarang gue selalu pake satu akun mustahil gue nambah, lagi pula gue juga ngga kenal deket sama Revan apalagi keluarga gue tahu Revan hidup aja ngga" Nino kembali menjelaskan pada Leta. Leta mengangguk kecil memang benar yang Nino katakan Nino juga bukan tipikal orang yang suka menyakiti bila disakiti.

Nino menghela nafas meraih tangan Leta, "Udah deh kalau masih ngga percaya lo bisa cek laptop sama dua handphone gue, ayo pulang ibu guru muridmu sudah selesai makan" ajak Nino bangkit dari duduknya menggandeng Leta keluar dari kantin. Memang setelah ini Leta harus kembali menjadi guru les Nino.

Leta menatap wajah sahabatnya ini dari samping. Wajah yang ceria dan tenang, memang tidak seharusnya Leta meragukan Nino apalagi Nino sangat baik kepada dirinya selama ini. Tabiat Nino pun Leta juga sudah tahu semuanya, lalu apa yang ia curigakan bahkan ia sudah mengenal Nino lebih dari diri Nino sendiri.

°•°•°•°

"Gue pengen lihat e-mail nya" pinta Revin pada saudara kembarnya yang sedang duduk menenggak gelas berisi beer. Revin ingin berbincang santai di tongkrongan mereka tapi Revan malah membawa dirinya dan Vano ke sebuah club yang nampak masih sepi, maklum saja sekarang masih pukul enam sore.

Revan meraih ponsel putihnya dari saku celana abu-abu miliknya. Dengan santai Revan membuka password ponselnya berlanjut mencari e-mail yang ia terima tujuh minggu yang lalu. "nih liat," ucapnya menyodorkan ponselnya pada Revin dan Vano yang sudah nampak sangat penasaran.

bersenang-senanglah pagi sampai siang ini, karena setelah sore bahkan menangispun lo ngga akan bisa. hati-hati aja, sembunyi ke orang tua lo kalo mau selamat

Revin berpikir sejenak benar saja nampaknya e-mail yang ia dapat dan Revan dapat berasal dari orang yang sama. "Lo udah coba cari tau?" tanya Vano setelah selesai membaca pesan pada ponsel Revan. Revan menggeleng, "Gue males ladenin orang kaya gitu".

"lo udah dicelakain boy gunain dah otak kecil lo buat mikir," Vano berdesis menatap sengit temannya itu. "sebenernya gue juga dapet e-mail dari orang yang kirim e-mail ke lo" pengakuan Revin membuat Revan dan Vano terkejut. Revan berdecak tersenyum sinis tidak mengerti apa yang terjadi. "Dia bilang apa?" tanya Vano tidak sabar melihat apa yang diancamkan pada Revin.

Revin mengambil ponsel dari saku jaket bomber biru navy yang ia gunakan untuk menutupi sragam sekolahnya. Revin meletakkan ponselnya di meja membiarkan Revan dan Vano membacanya.

Hai, gimana ya kalau satu sekolah tahu lo udah nikah sama Leta? Apa Leta bakal dikasih ijin buat ikut ujian nasional?

"Gila sih ni orang, bener-bener nyari masalah sama lo berdua" Vano bersandar pada punggung sofa menatap hambar pada kedua temannya.

Rahang Revan mengeras, sebenarnya kalau hanya dirinya saja ia tidak akan perduli. Tapi ini mengancam keselamatan saudara kembarnya juga Leta. "Bukan cuma kita berdua, tapi satu keluarga" tutur Revin setelah terdiam cukup lama.

Vano dan Revan menatap Revin meminta jawaban. Tidak ada satu menit Revan tersadar akan suatu hal. "Lo inget van kalau papa punya musuh dulunya? Gue rasa dia"

"nuntut balas" Revan memotong perkataan Revin. Sekarang ia tidak bisa hanya diam saja karena sebenarnya bukan hanya dirinya tapi satu keluarganya sedang dirusak.

Revin menarik senyum sinis ia senang Revan paham. Kini ia harus memikirkan sebuah cara untuk memancing orang dibalik nama samaran ini.

"Gue punya ide Vin, kita lihat dulu aja permainan dia selanjutnya. Gue bakal coba bayar orang buat lacak lokasi tuh akun setelah dapet kita baru susun rencana" usul Revan pada Revin yang nampak sedang berpikir juga. "Gimana kalau dia bocorin rahasia gue sama Leta?" tanya Revin menimpali rencana Revan.

"Bukan masalah, lagi pula lo nikah sama Leta juga bukan karena hal macem-macem kita bisa akalin tuh selain itu kita bisa suruh papa buat bayar kepala sekolahnya buat bikin pengakuan palsu kalau lo sama Leta cuma sodara" Revan menjawab dengan jawaban yang mantap. Walaupun terlihat bodoh tapi otaknya encer kalau bermain peran manusia licik.

Revin mengangguk menyetujui apa yang Revan rencanakan. Lagi pula Revan juga lebih tua tujuh menit dari dirinya, bukan kah ia harus menurut pada yang lebih tua. Vano hanya diam mengamati dua saudara yang sedang berdiskusi.

Revin meraih gelas berisi beer yang sudah ia pesan juga, Revin menyesapnya sedikit berlanjut melirik ponselnya berharap ada sebuah pesan dari Leta. Sebenarnya Revin tidak setuju kalau Leta menjadi guru les bagi Nino entah mengapa ada rasa tidak ikhlas dalam hatinya.

Baru saja dipikirkan Leta sudah menelpon, Revin tersenyum kecil melihat layar ponselnya. "Kenapa?" tanyanya pada Leta yang berada di seberang telepon. Revin bisa merasakan dengusan kesal disana. "Dimana?" Revin mengernyit bingung tidak biasanya Leta bertanya tentang keberadaannya. "Ada" dari banyak kata yang ada dipikirannya hanya itu yang Revin katakan.

"Bisa jemput ngga? Mau pulang naik ojek ngga punya duit," pinta Leta dengan nada memelas membuat Revin hampir saja tertawa. Ia baru ingat kalau hanya memberikan gadis itu sepuluh ribu rupiah dari pagi. Revin berdehem, berlanjut mematikan telepon. Satu menit kemudian ia dapat melihat Leta yang mengirimkan lokasinya berada sekarang, dengan sebuah pesan kalau Revin tidak menjemputnya maka ia akan pulang berjalan kaki.

Revin menarik senyumnya, sedari dahulu ia belum pernah sedekat ini dengan wanita kecuali mama-nya. "Hayolo senyum-senyum" ledek Vano mengguncang bahu Revin membuat Revin mengembalikan wajah datarnya lagi.

"Ciee suami," Revan ikut menimpali, melakukan hi-five bersama Vano. Sangat jarang bagi Revan melihat kembarannya salah tingkah dan bersemu. Revin hanya diam membenarkan jaketnya meraih tas ransel hitam miliknya berjalan menjauhi Revan dan Vano yang masih setia berteriak mengejeknya.

°•°•°•°

Silahkan tinggalkan jejak dengan menekan tanda bintang.
Maaf kalau sekarang update tiga hari sekali karena memang lagi sibuk revisi cerita lain.

Spam next disini.

Continue Reading

You'll Also Like

A L U N A By SR

Teen Fiction

1.1K 13 1
Aluna Yasmine identik dengan julukan gadis sejuta pendiam. Masalalu yang mengerikan berkedok mimpi buruk, menjadikannya gadis berkarakter yang tidak...
285K 20.2K 38
Ini tentang Rizky Delana, sang Bad boy yang paling disegani di sekolahnya. Minum, tawuran, rokok dan perempuan, seolah tidak pernah lepas dari cowok...
27.1K 1.9K 31
[SEQUEL DARI SECOND WIFE] ALDEBRAN & ARABELA ____________________________________________________________________ "Kamu pernah bilang, "I'm so into y...
186K 18.4K 48
Dingin. Kasar. Berhati batu. Begitulah caraku menggambarkan Giannuca. 10 tahun sudah aku menyukainya secara sepihak. Sampai akhirnya aku merasa, haru...