The Player VS The Playing | T...

By hermosavidazach

805K 75.6K 1.6K

Menjadi gadis paling yang tidak menonjol adalah tujuan Andrea. Selama hidupnya, Ibunya tidak suka jika ia ber... More

BLURB - ANDREA
I
II
III
IV
V
VII
VIII
IX
X
XI
XII
XIII
XIV
XV
XVI
XVII
XVIII
XIX
XX
XXI
XXII
XXIII
XXIV
XXV
XXVI
XXVII
XXVIII | END
Ekstra |1|
Ekstra |2|
Special Part Andrea & Arya

VI

26.4K 2.5K 25
By hermosavidazach

"Ran," kata Andrea pada Rani yang tengah menyetrika seragam kerjanya.

"Ada apa? Galau? Cerita sini, cerita." ledek Rani sambil melambaikan tangannya.

Andrea berdecak malas. "Serius, Ran."

"Kenapa sih? Serius amat, aku jadi takut nih. Nanti ya, tunggu diseriusin sama anak Bintaro dulu."

Andrea makin tak paham dengan obrolan Rani yang makin melantur itu. "Hah?"

Dengan wajah tanpa rasa bersalah Rani tertawa, sementara Andrea sudah kesal dan kini menginjak ranjang Rani yang sudah rapi. "Aku acak-acak ini ya!" ancamnya.

Rani membulatkan bibirnya. "Hei! Aku udah beresin kasurku itu, haduh! Kotor nanti aku harus ganti seprainya lagi, hei Andrea!" teriak Rani dengan heboh, padahal Andrea baru saja menyimpan jempol kakinya di ujung kasur.

Andrea membetulkan kacamatanya yang copot, ia menatap Rani dengan tajam seolah gadis itu mangsanya kini. "Kamu keceplosan tadi, Ran. Yang kamu bilang orang Bintaro siapa coba?"

Rani berdeham dan mencabut kabel setrika dari stop kontak. "Dia, masih belum official,"

"Terus?"

"Ya aku cuman kasih informasi aja, kalau dia orang Bintaro. Udah itu aja."

"Orangnya baik, nggak?" tanya Andrea dengan mode emak-emaknya yang sudah aktif itu.

Rani terlihat berpikir. "Dia baik, tapi sudah ditebak."

"Kalau memang kamu sudah punya firasat nggak enak nggak usah diteruskan lah, Ran. Kayak aku ini, kamu ingat Arya? Arya Atmodjo CEO FGM?"

"Aku tahu Arya Atmodjo, Ndre. Kamu jangan anggap bodoh begitu dong. Seantero Indonesia pasti tahu siapa Arya Atmodjo!"

Andrea mengangguk cepat dengan wajah tak sabaran. "Tapi aku selalu nggak enak hati kalau dekat sama dia, Ran."

Rani tertawa mendengarnya. "Memang dia sejenis manusia menyebalkan gitu, ya?"

"Kayaknya iya," jawab Andrea. "Dia nawarin pekerjaan sama aku. Hanya untuk percobaan, aku di suruh jadi sekretaris dia."

Rani membulatkan matanya terkejut. "Serius kamu?!

Andrea mengangguk kembali. "Iya, kemarin aku makan siang sama dia."

"Andrea?!" jerit Rani berlebihan.

"Kenapa? Ada yang salah?" tanya Andrea bingung.

"Bu-bukan gitu, aduh kamu memang bego kebangetan. Kamu makan siang sama Arya Atmodjo?"

"Nggak berdua kok, Ran. Ada Pak Bagus sama Kaia juga."

Rani memajukan bibirnya memberikan ekspresi gemas. "Aku kira kalian makan berdua!"

"Lho? Memangnya kenapa, sih?" tanya Andrea sekali lagi.

Rani menggeleng pasrah, menjelaskan soal perasaan dan segala macam bahan flirting pada Andrea akan membuatnya lelah. Jadi, lebih baik ia membiarkan agar Andrea berkembang sendiri saja.

"Nggak apa-apa. Terus kamu gimana? Terima jadi sekretaris dia? Andrea, jadi sekretaris itu capek, pasti sibuk banget. Belum lagi kamu harus bisa handle pekerjaan si Arya kalau dia lagi ada urusan pekerjaan di luar. Dan lagi, kamu akan masuk ke dalam kehidupan pribadi dia. Kenapa kamu nggak coba pikirin matang-matang?"

"Hmm, soal itu.." Andrea menautkan jarinya dengan gugup. "Pak Bagus setuju dan dia juga menyarankan aku untuk menjadi sekretaris Pak Arya."

"Apa?!" tanya Rani yang heran setengah mati. "Hanya karena ucapan Pak Bagus kamu menyetujuinya dengan cepat?"

"Aku percaya sama sarannya Pak Bagus, Ran." kata Andrea kini yang berusaha meyakinkan Rani.

Rani menelisik wajah Andrea dengan serius, dan ia menemukan sesuatu hal yang berharga. "Kamu suka sama Pak Bagus, Ndre?" tebak Rani dengan wajah jahilnya.

Andrea membulatkan matanya. Celaka lima belas kalau Rani sampai tahu segalanya. "Ng-nggak lah! Geez, kamu aneh-aneh aja." kilah Andrea.

Rani tertawa puas sambil memegangi perutnya sendiri. "Astaga, Ndre.. Kamu itu memang nggak bisa berbohong kalau sama aku."

Rani masih terus tertawa, sementara wajah Andrea sudah merah padam karena ketahuan oleh Rani, dan sahabatnya itu masih tertawa seakan puas karena mendapatkan bahan lelucon malam ini.

"Andrea.. Sejak kapan kamu suka sama Pak Bagus? Kok nggak cerita, sih? Wah, ibaratkan nih ya, di rumahku harusnya ada acara bikin tumpeng buat kamu, Ndre." tunjuk Rani pada Andrea. "Akhirnya, kamu bersikap sebagai gadis normal, di usia 22 tahun ini akhirnya kamu ngerasain jatuh cinta. Apa aku bilang! Jakarta dan tempat kerja pasti akan menimbulkan chemistry yang nggak kamu sadari, Ndre."

"Tapi aku nggak sedekat yang kamu bayangkan itu, Ran. Aku hanya.. Aku, aku.. Mengagumi Pak Bagus, itu saja." jawab Andrea gugup.

Rani mengangguk paham. "Ya apapun itu bentuknya, artinya kamu merasakan cinta, Ndre. Cinta yang sebenarnya memang di mulai dari rasa kagum, nggak salah kamu milih Pak Bagus."

"Kamu setuju?" tanya Andrea terkejut dengan reaksi Rani.

Rani mengangguk. "Iya, Pak Bagus punya prospek yang bagus buat dijadiin pasangan, Ndre. Dia gentleman, baik dan kayaknya penyayang."

"Kok kamu?"

"Aku cuman asal menebak aja, sih." cetus Rani sambil merapikan pakaiannya. "Hari dimana kita makan malam dan satu meja dengan dia, kamu nggak pernah ngelepasin mata kamu dari Pak Bagus, Ndre. I know you!" Rani meledeknya lagi.

Andrea berdecak malas dan berpura-pura seakan ia biasa-biasa saja. Padahal, jantungnya sudah bertalu sejak tadi. Ia seolah-olah takut ketahuan, namun apa daya? Rani memang cerdik dalam soal mengamati.

"Jadi aku harus gimana, Ran? Kalau aku kerja jadi sekretaris Arya Atmodjo, pasti aku bakal jarang ketemu sama Pak Bagus."

Rani sedikit kaget dengan apa yang Andrea katakan, jadi itu yang ditakutkan oleh Andrea? Waktunya dalam mengagumi pria pujaannya akan terbagi?

"Wah, kamu sudah bisa berpikir sejauh itu ya, Ndre? Nggak nyangka aku." puji Rani. "Tapi, bagus.. Kayaknya memang kamu jadi berpikir setelah suka sama Pak Bagus."

"Aku serius, Ran!" teriak Andrea frustasi.

"Aku lebih serius, Ndre!" balas Rani tak mau kalah. "Kalau kamu memang sesuka itu sama Pak Bagus, coba kasih dia perhatian. Yang nggak lebay juga tapi, ya tanya hal-hal sederhana yang biasanya nggak pernah kamu lakuin untuk dia, coba kali ini kamu beranikan."

Andrea menunduk kembali dan menekuri pakaiannya. "Tapi aku takut, Ran."

"Takut apa?"

"Takut di tolak."

Sekali lagi Rani tertawa mendengarkan kepolosan Andrea. "Andrea.. Aku nggak tahu harus senang apa sedih. Kamu ternyata pesimis banget, belum aja bergerak!"

Andrea menatap Rani dengan bingung. "Memang apa yang salah sih, Ran? Ini kan pengalaman pertamaku, harusnya kamu dukung aku!"

Rani kini maju dan memeluk Andrea dengan erat. "Aku selalu mendukung kamu! Makanya aku minta kamu untuk maju!"

"Terus, Arya Atmodjo gimana?"

Rani mengelus puncak kepala Andrea dengan gemas. "Nggak gimana-gimana, dia hanya akan menjadi Bos kamu. Dan kamu, cukup bekerja yang baik dan tunjukkan kalau kamu bisa melampaui ekspektasi dia."

"Gitu, ya?"

Rani mengangguk meyakinkan Andrea. "Hmm.. Jadi, apa sekarang masih ragu?"

Andrea menarik napasnya dan melepaskan pelukan Rani. "I'll try it."

"Ya, you can do it! Patah hati, bukan soal terbesar dalam hidup, Ndre. Tapi itu pelajaran yang harus kamu pelajari. Mengerti? Ibaratkan materi, kasusnya mengenai cinta tidak akan pernah selesai. Dan kamu harus tetap mempelajarinya seumur hidup."

Andrea terpukau mendengarkan kata-kata Rani. Gadis itu mengangkat jempolnya dan memuji sahabatnya. "Kamu beneran pakar cinta ya, Ran?"

Rani mengibaskan rambutnya dengan jumawa. "Bisa dikatakan seperti itu."

"Wah.. Aku jadi menyesal." celetuk Andrea kini.

"Menyesal?"

"Ya, menyesal. Kenapa aku nggak pacaran sejak SMA? Harusnya aku berusaha menarik perhatian para anak-anak cowok kan, Ran?"

Rani menganga, tak menyangka mendapatkan apa yang ia dengar dan tertawa. "Ndre.. Kamu benar-benar luar biasa."

...

...

Too cold to handle, Andrea tidak akan bisa membayangkan bagaimana posisinya mencari perhatian dari Bagus? Pria itu misterius, dan seolah meminta banyak untuk digali tentangnya.

Andrea tertantang. Ia menyentuh dadanya yang terus berdebar, membayangkan senyuman Bagus yang selalu menghampiri memori otaknya.

Benar apa kata Ibunya, jatuh cinta itu awal dari celaka. Celaka diri, dan juga celaka kesehatan. Sejak ia menyukai Bagus, jantungnya selalu berdegup dengan kencang, napasnya tidak bisa terkontrol dengan baik jika berada di dekat Bagus. Dan lagi, aroma Bagus yang selalu Andrea ingat. Mint bercampur dengan vanilla, untuk ukuran seorang pria Bagus memang memiliki aroma unik.

Andrea sekali lagi berusaha memejamkan matanya. Besok adalah hari kerjanya, dan Rani mengatakan kalau ia harus mulai aktif bertanya pada Bagus. Jika memang ingin mendapatkan perhatian pria itu, artinya Andrea tidak boleh menjadi orang yang pasif lagi.

Selama ini, ia memang pasif. Lebih menyukai orang yang bertanya padanya daripada ia yang bertanya. Ia lebih suka menjawab, dan tidak bisa mencari pembahasan untuk perbincangan yang cukup lama.

Besok adalah perpindahan tugas untuknya. Divisi Kreatif Menajam Langit memang bukan dirinya saja, tapi Andrea berharap program itu akan baik-baik saja di handle oleh Mita.

"Oh jantung... Istirahatlah.." gumam Andrea sambil menepuk-nepuk dadanya.

Jika benar apa yang Rani katakan kalau ia harus lebih berani. Maka, esok dan seterusnya adalah jalan dimana bagu Andrea mengenalkan diri dengan baik.

"Nggak semua cinta berujung baik, aku sudah putus berkali-kali dam kamu tahu itu." ujar Rani dengan percaya diri. "Kalau memang Bagus bukan buat kamu, Ndre. Tuhan bakal menunjukkan jalannya, akan selalu ada dimana hal yang bisa kamu mengerti di saat tertentu, Bagus itu tepat untuk kamu atau bukan."

Iya, begitu. Memang harusnya begitu, bukan? Semua pasti ada jalan, untuk saat ini Andrea hanya berusaha optimis, berharap perasaannya akan berbalas. Jatuh cinta di usia dua puluhan memang tidak aneh, tapi memutuskan pada siapa untuk jatuh cinta pertama kali adalah hal paling besar yang pernah Andrea rasakan.

So, here we go, Andrea..

Continue Reading

You'll Also Like

3.4M 26.8K 47
harap bijak dalam membaca, yang masih bocil harap menjauh. Kalau masih nekat baca dosa ditanggung sendiri. satu judul cerita Mimin usahakan paling b...
98.5K 6K 23
Regina, cewek biasa aja yang sudah menjomblo dua tahun bertemu dengan Martin cowok yang digilai banyak wanita. Wajah tampan, kulit putih bersih, ting...
2.4M 37.2K 50
Karena kematian orang tuanya yang disebabkan oleh bibinya sendiri, membuat Rindu bertekad untuk membalas dendam pada wanita itu. Dia sengaja tinggal...
108K 8.6K 30
Punya masalah dengan pacar? Baru saja patah hati? Sedang jatuh cinta dan tidak tahu harus bagaimana? Konsultasikan saja semuanya pada DEWI CINTA Julu...